Lama gak isi posting blog. Bukan berarti tanpa wacana. Puih!!!, hampir 5 bulan ini saya berkutat dengan rangkaian praktik pengajaran di sekolah dasar. Materi pelajaran berupa pendidikan lingkungan hidup ranah pesisir.
Masih berupa wacana uji-coba (trial-error) yang nanti-nya, berdasarkan akad dengan pihak sekolah akan coba digagas lebih lanjut sebagai kurikulum muatan lokal.
Masih berupa wacana uji-coba (trial-error) yang nanti-nya, berdasarkan akad dengan pihak sekolah akan coba digagas lebih lanjut sebagai kurikulum muatan lokal.
Poin awalnya cukup sederhana, adalah kemirisan tentang minim-nya tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan mereka sendiri. Yang notabene adalah warga khas pesisir. Atau setidaknya bagi warga yang berinteraksi langsung dengan cakupan wilayah laut. Sisi lain, masih sangat terbatas wacana khusus mengenai pendidikan lingkungan itu sendiri.
Sementara dunia pendidikan belakangan ini mulai muncul trend akan perlunya menyisipkan pendidikan integral yang berpondasi ilmu lingkungan. Artinya, Lingkungan sekitar merupakan media belajar yang paling efektif. Terapan yang tepat di berbagai bidang mata pelajaran/ lintas kurikulum.
Proses pembelajaran tentu saja tidak standar baku. Namun terbuka peluang untuk dikembangkan lebih inovatif. Menyenangkan, tidak ber-label fenomena "class-room" ... alias paradigma in-door. Tapi lebih prioritas out-door (outing class). Media belajar bisa didapatkan dari aneka bahan sederhana yang ada di sekitar. Observasi di alam terbuka. Dan menerapkan game-game menarik dengan muatan pendidikan.
Sementara dunia pendidikan belakangan ini mulai muncul trend akan perlunya menyisipkan pendidikan integral yang berpondasi ilmu lingkungan. Artinya, Lingkungan sekitar merupakan media belajar yang paling efektif. Terapan yang tepat di berbagai bidang mata pelajaran/ lintas kurikulum.
Proses pembelajaran tentu saja tidak standar baku. Namun terbuka peluang untuk dikembangkan lebih inovatif. Menyenangkan, tidak ber-label fenomena "class-room" ... alias paradigma in-door. Tapi lebih prioritas out-door (outing class). Media belajar bisa didapatkan dari aneka bahan sederhana yang ada di sekitar. Observasi di alam terbuka. Dan menerapkan game-game menarik dengan muatan pendidikan.
Terapan selanjutnya, siswa yang disasar adalah anak kelas 4 & 5 SD. Menjadi poin penting adalah pelaksanaan akan ideal bila diterapkan di kelas kecil (small group). Tujuannya, meningkatkan minat dan konsentrasi belajar para murid. Kendalanya tentu saja pada kondisi riel. Dari 2 beda lokasi yang telah dipilih oleh lembaga tempat saya bernaung. (LLEE) Sangat beda kategori. Lokasi pertama SD di Lombok Timur, terdiri dari 2 bagian. Sekolah Utama dan filial(cabang). Inipun sudah beda karakteristik, SD utama agak jauh dari pesisir, sedang Sekolah Filial berdekatan dengan pantai. Dari jumlah murid, SD utama kelas 4 terdiri 2 kelas dengan total murid hingga 50an anak. SD Filial berjumlah 27 anak. Apalagi singgung tabiat khas anak pelosok. Parameter-nya akan lebih varian.
Opsi lokasi lain ada lagi SD khusus yang berada di pulau kecil. Bernama SDN 1 Batu Putih berada di gili Asahan. Masuk wilayah selatan kabupaten Lombok Barat. Uniknya karena penduduknya sedikit, jumlah murid juga terbatas, berkisar 12 anak, gabungan kelas 4 dan 6. Cukup memadai untuk kategori kelas kecil (small group). Selebihnya sisa murid lain adalah level kelas 1 dan 3, juga dengan gelintir nominasi. Namun dari segi responsif terhadap jabar materi pelajarran mereka ini lebih antusias. Mudah cepat tanggap. Mungkin terkait lingkungan yang notabene mereka langsung dan keseharian-nya berinteraksi dengan laut. Mayoritas profesi ortu sebagai nelayan.
BTW, singgung masalah pelajaran yang kami berikan adalah tentang 3 definisi habitat di pesisir. Ekosisitem padang Lamun (Seagrass), ekosisitem bakau (Mangrove) dan ekosistem terumbu karang (Coral-reef).
Opsi lokasi lain ada lagi SD khusus yang berada di pulau kecil. Bernama SDN 1 Batu Putih berada di gili Asahan. Masuk wilayah selatan kabupaten Lombok Barat. Uniknya karena penduduknya sedikit, jumlah murid juga terbatas, berkisar 12 anak, gabungan kelas 4 dan 6. Cukup memadai untuk kategori kelas kecil (small group). Selebihnya sisa murid lain adalah level kelas 1 dan 3, juga dengan gelintir nominasi. Namun dari segi responsif terhadap jabar materi pelajarran mereka ini lebih antusias. Mudah cepat tanggap. Mungkin terkait lingkungan yang notabene mereka langsung dan keseharian-nya berinteraksi dengan laut. Mayoritas profesi ortu sebagai nelayan.
BTW, singgung masalah pelajaran yang kami berikan adalah tentang 3 definisi habitat di pesisir. Ekosisitem padang Lamun (Seagrass), ekosisitem bakau (Mangrove) dan ekosistem terumbu karang (Coral-reef).
My Little Botanist... around the town,
Uji coba yang lain adalah menerapkan pada anak saya sendiri. Setidaknya ikut upaya melestarikan gerakan penanaman sadar lingkungan. Sekaligus berpartisipasi langsung membentuk generasi hijau. Walaupun dengan bekal "masih hijau".
Sub-judul "my Little Botanist" sengaja saya pilih terkait dengan gerakan pembelajaran tentang lingkungan sekitar tadi. Tidak saya terapkan alokasi waktu tertentu, bisa kapan saja. Terkait kesibukan rutinitas kerja. Artinya berlaku jadwal fleksibel. Tentu saja faktor kekerapan akan semakin bagus demi kesinambungan proses belajar. Kendala muncul pada saat mood si anak ketika sedang kambuh, sedang saya sendiri terikat waktu kerja. Intinya, kudu di siasati dengan akad sinergitas dan konsekuensi bersama. Sebab sesi belajar dari alam sangat simpel. Dapat di lakukan saat jalan-jalan, jeda rehat sepanjang alur trotoar, maupun kunjung zona green-belt. Cukup berbasis teori sederhana, Belajar dari respon panca indera ; Lihat, dengar, sentuh dan rasa.
Setelah mulai terbentuk minat dan antusiasme pada anak, selanjutnya akan lebih mudah menumbuhkan sisip varian cara pembelajar aktif pada anak. Sebagai stimulasi verbal yang dapat mengarah terbentuknya kemampuan kognitif personal. Diawali tahap kemampuan daya sensorik. Bergerak bebas di alam terbuka memberi peluang anak untuk lebih leluasa mengekspresikan naluri alamiah. Cerna apapun yang ada via daya visual.. dan kita para ortu berperan langsung sebagai pembimbing.
Misal pada inset di samping.
Gingga (nama putri saya) sengaja saya suruh untuk memilih secara acak dari serak guguran daun yang ada di salah satu sudut trotoar kota. Persis dibawah baris pepohonan mahoni. Lalu menyusun dedaunan tadi sesuai format tumbuh dan besar-kecil model pelepah daun. Suatu kebetulan, belakangan ini pihak Dinas Pertamanan Kota sedang getol men-tagging beberapa jenis vegetasi tanaman keras yang ada di sepanjang lintas trotoar kota Mataram. Ada beberapa spesies pohon, meliputi ; Mahoni, Angsana, Kenari, Ketapang, dll. Bagi saya ini merupakan kesempatan bagus memanfaatkan momentum. Dengan menyemangati si botanist cilik untuk kian tergerak untuk belajar. Opsi lain, pada kurun tertentu saya arahkan pada zona hijau di pelataran kampus universitas Mataram. Pokoknya, menerapkan prinsip dimana-pun kita bebas untuk belajar. Gratis dan minimalis biaya......,
Contoh terapan lanjutan adalah menyalin gambar. Mengembangkan kemampuan visual. Membedakan 2 karakteristik format daun berpasangan maupun silang. Bisa juga mengikutkan sesi mewarnai obyek. Ini bisa dilakukan on the spot atau sebagai PR , tergantung kemauan dan kemampuan anak. Terutama upaya mengenalkan teori gradasi dan kontras warna. Sisi gelap terang dan bayangan dalam bentuk paling sederhana. Anjuran saya, sebaiknya langsung di lakukan di tempat.
Apa langkah ini cukup? Tentu saja tidak. Sebab memang masih banyak peluang dan inovasi lain yang bisa kita kembangkan bersama. Semoga ada hikmah pencerahan bagi pembaca yang sempat kunjungi blog ini. Kritik dan saran tetap merupakan benih berharga bagi saya untuk pengembangan lebih lanjut.
aplikasi edukatif lebih detil silahkan baca link di SINI
Contoh terapan lanjutan adalah menyalin gambar. Mengembangkan kemampuan visual. Membedakan 2 karakteristik format daun berpasangan maupun silang. Bisa juga mengikutkan sesi mewarnai obyek. Ini bisa dilakukan on the spot atau sebagai PR , tergantung kemauan dan kemampuan anak. Terutama upaya mengenalkan teori gradasi dan kontras warna. Sisi gelap terang dan bayangan dalam bentuk paling sederhana. Anjuran saya, sebaiknya langsung di lakukan di tempat.
Apa langkah ini cukup? Tentu saja tidak. Sebab memang masih banyak peluang dan inovasi lain yang bisa kita kembangkan bersama. Semoga ada hikmah pencerahan bagi pembaca yang sempat kunjungi blog ini. Kritik dan saran tetap merupakan benih berharga bagi saya untuk pengembangan lebih lanjut.
aplikasi edukatif lebih detil silahkan baca link di SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar