Sungguh, sudah lewat waktu. Sebulan ini hampir terjalani dengan berbagai variasi kegiatan. Sepeninggal catatan akhir blog. Atau lebih tepatnya log-book (brangkali).... Terlalu jenuh disiksa koneksi yang lemot. Alhasil kini saya membekali dengan 2 opsi modem. Gak ada yang utama. Cukup berfungsi back-up. Penunjang 1 sama lain...,
Selayang pandang Januari 2013...,
Seingat saya masih berkutat dengan sepoi badai Tropis, yang disebut-sebut dengan inisial Narelle. Itupun bercampur dengan dominasi langit mendung. Pekat atau sekedar kelabu tipis. Subsidi hujan sudah tentu menambah intesitas curah dari biasanya. Kian menambah daftar iklim yang tidak bersahabat. Tumben mendekati Februari, yang biasa lebih identik kecamuk angin barat di peralihan tahun baru China, Gong Xi Fat Cai.
Bagi kami yang bertempat tidak jauh dari pantai. Tentu terlampau mudah mengidentifikasi datangnya gempur angin. Pesisir Ampenan yang berjarak kisar 400meter cukup mampu menghantarkan debur gema hantaman ombak. Terlebih jika malam beranjak lebih larut. Lengang semakin beri kans hiruk-pikuknya. Keras angin juga membawa dampak lain. Listrik kerap padam. Bahkan bisa sampe 5-6 X byar-pet! Bisa dimaklumi efek yang terlanjur mudah diterima nalar. Musim banyak pohon tumbang. Tentu, menjadi tugas berat Dinas Pertamanan Kota Mataram dan institusi PLN. Setiap keluyuran lintas aspal pemandangan itu akrab ditemui. Pangkas rimbun tajuk daun. Herannya kog baru beraksi ketika geliat angin sedang getol kuat hembus. Selalu bukan tindak preventif. Antisipasi yang mubazir. Mau bilang apa lagi klo sudah begitu citra kinerja.
Aktivitas foto saya sedikit berkurang. Lembab... kuyup basah bukan kondisi yang ideal untuk daya tahan kamera tipe low-end yang saya miliki. Nikon D3100... bukan jenis item yang tahan banting dan tangguh di medan ekstrim. Toh, mesti tetap disyukuri eksistensi-nya memberi saya keleluasaan saat diperlukan. Still life, foto produk untuk asupan dokumentasi blog dan isi toko maya, juga tematik outdoor. Jadi minim kudu punya atensi extra demi asas manfaat selagi kondisi dan peruntukan sesuai dengan tujuan pemilikan. Semoga tetap bandel sampe Shutter-Counter tercapai limit akhir. Lumayan kuras kocek. Tapi semoga kelak bisa up-grade level semi-pro... atau sekalian tipe full-frame. gak usah nanggung punya obsesi. Hehehe.....,
7 Januari 2013 :
Sirkulasi pagi gulir seperti biasa, namun ada momen yang tidak biasa. Sisa 1/4 daya kantuk saya mendadak hengkang. Ada sedikit gema onar di depan rumah. What's news??... begitu buka pintu depan, mendadak saya disuguhi pemandangan kepul asap hitam. Membumbung tinggi diarah utara rumah berjarak 2 blok. Beberapa ekspresi panik mulai terlihat di wajah tetangga sekitar. Yah termasuk saya! Hanya sedikit lega, karena posisi asap tadi letaknya agak jauh dari zona kawasan Pertamina di pinggir pantai. Cuma dijajaran gudang tua nurut saksi mata yang melintas.
Antusias kambuh. Segera ambil kamera dan ambil sepeda kayuh dekati spot lokasi. Ternyata yang terbakar kios rokok non permanen, persis nempel tembok gudang tua berhalaman luas. Resiko-nya cukup besar. Dibelakang spot kobar api adalah lahan parkir beberapa truk besar pengangkut minyak. Persis berlajur deret ruko tua khas graha lama. Miniatur nuansa pecinan, China Town.
Bahkan, jarak 300 meter arah barat adalah zona kilang Pertamina. Tampak gurat cemas para staf Pertamina. Ini termasuk dalam lingkar range utama... zona bahaya.
Bejibun manusia nonton. Anehnya wajah mereka hanya dipenuhi keingin-tahuan tanpa menyadari resiko. Saya tiba saat raung mobil PMK sedang masuki ujung gapura simpang lima. Segera aksi jepret berlangsung. Cuma masih jaga jarak 50-an meter. Dan satu momentum, mendadak semua orang berlarian menjauh titik zona api. Api menyembur julang atas.... hampir capai ketinggian 25-an meter. Momentum lari ini cukup menarik untuk di abadikan. Cuma tersadar, kuatir sepeda yang saya parkir, bakal jauh pengawasan. Sama saja konyol klo kecolongan. Ogah! cukup saya jepret dari jauh. Selanjutnya saya gegas pulang... dan balik lagi. Ngos-ngosan berlarian gak mau kehilangan segmen peristiwa.
Gitu balik suasana sudah lebih rame dari sebelumnya. Dinas PMK sudah mulai semprot air. Sementara beberapa rekan wartawan terlihat nyusup di antara kerumun manusia dan petugas pemadam. Yah, akhirnya terkuak dari mana sumber api. Ternyata kios rokok selain menjual bensin eceran juga menampung sejumlah drum berisi solar. Bumbung api tadi penyebab utama ada 1 drum yang tersulut, dan meletup karena tertutup. Panas kobar api telah memaksa permukaan atas drum menjadi cembung! Dan pastinya efek panggang api telah menyebabkan golak kian meningkat. Syukur gak meledak! Padahal gak terbayangkan klo saja drum tadi dalam posisi tergeletak...entah kemana arah sembur-nya.
Tim PMK dinas kota Mataram bergegas umbar aksi. Sudah hampir 4 tanki air yang datang. Diantara hiruk-pikuk toh akhirnya muncul Janggal. Kenapa pihak Pertamina yang memiliki satuan pemadam (internal) gak bersegera tanggap lebih awal turun tangan? Analisa sederhana saja. Mestinya pihak mereka terlebih dahulu yang sigap mengamankan aset teritorial mereka dari ancaman rembet api. Kenapa mesti tunggu PMK dinas kota yang kedatangan bakal lebih lama karena jarak tempuh dan durasi penanganan selisih jauh?
Kumpulan logika ini semakin merangkai analisa berikutnya. Bisa jadi bagi pihak Internal Depo Pertamina Ampenan situasi ini menjadi bak buah simalakama. Secara gamblang mudah diirunut, bahwa muasal "pangkalan" distrik BBM eceran itu jelas ilegal. Bukan resmi mendapat "jatah" subsidi minyak... tapi merupakan hasil penimbunan ber-kala. Umumnya dari hasil oknum warga yang geluti usaha sampingan. Tangkap peluang bisnis "Truk Kencing". Dan pemandangan itu tampak nanar. Gak ada upaya penertiban. Gamblang di setiap pintu masuk & keluar depo Pertamina. Pasti ada saja warga belarian. Bekal ember atau wadah plastik cat bekas size 20 liter. Menghentikan truk tangki... beberapa detik saja. Cukup sekedar buka katup keran sekedar menuai "tetes" yang bernilai. Analogi mudah. Truk datang sore... artinya ambil sisa tetes. Stop truk pergi, keluar pagi berarti memanfaatkan sisa tetes, sekaligus yang lebih menggiurkan, adalah selisih kadar minyak yang dibawa tangki. Ada porsi lebih yang sebenarnya secara standar operasional kudu melebihkan sedikit jatah tampung. Untuk antisipasi susut, selama BBM di distribusikan ke wilayah tujuan. Ini sih fenomena umum bin lumrah yang bisa ditemui dimanapun. Bukan hanya Depo Ampenan!
1 jam berlalu, upaya takluk api mulai tampak gejala mengecil. tapi gak total padam. Bahkan aliran tumpahan solar yang terbawa air masih menyala. Dan secara perlahan tim Fire Fighter Pertamina mulai unjuk peran. Truk khusus mereka mundur perlahan dekati zona api. Tampak selang yang dijulur ukuran lebih kecil. Memang bukan keluar semprotan air. Tapi seperti bahan kimia tertentu. Gak sempat saya interview tentang bahan khusus apa yang dipakai. Hasilnya sangat efektif. Api mati seketika. Hanya setelah itu meninggalkan jejak bau yang pekat. Plus menciptakan efek semacam kabut tebal di sekitarnya. Serasa terkungkung dalam belantara halimun. Nebula putih.. ditambah langit mendung. Bahkan gak ada celah matahari. Suasana yang unik. Beberapa wartawan malah menyempatkan saling jepret ajang narsis. Memanfaatkan situasi. Kelegaan tampak disemua wajah. Sumringah. Hingga terlontar celetuk.. "Kenapa gak dari tadi?..Huh!!! "
Sejurus kemudian, alih tugas polisi memasang yellow band - Police line. Menandai poligon TKP. Aktivitas berangsur normal. Truk pemadam hengkang satu persatu. Berganti seliweran kendaraan lain. Halimun buatan tadi juga mulai menipis bersama terpa angin. Sudah cukup panen berita hari ini? ternyata tidak! Dari obrolan wartawan saya mendengar kisah lain. Dilalah tadi malam juga ada sedikit bencana dialami nelayan Pondok Prasi.
Selenting berita yang terlewatkan. Padahal semalam saya baru tidur jauh malam. Angin memang tetap gempita hantam pesisir. Bercampur gema house musik, hingar bingar kejauhan dipusat warga penampunngan titik Pelabuhan. Tabiat biasa... di kutat habitat.
Sempat pula mangkel. Heran sama orang-orang disitu. Angin kondisi mirip prahara, toh mereka tetap saja suka-cita... easy going.
Belakangan ketahuan, sekitar jam 11 malam ( 6 Januari 2013) kondisi ombak juga bergelora hebat. Secepat kilat saya anjang sana observasi situasi. Bahkan kondisi lebih unik. Jajaran jukung jumlah ratusan yang biasa tata rapi di sepanjang pesisir Pondok Prasi berubah posisi parkir.
Hampir semua dihempas ombak hingga menutupi lintas aspal kampung nelayan disana. Kebanyakan rumah di garda depan semua dihujam moncong jukung. Sedimen pasir juga turut terangkat hingga menutup aspal. Terlihat lonjoran katir terserak sana-sini. Baik kondisi utuh dan patah. Pastinya jika dikalkulasi total alami kerugian besar. Terlebih situasi gelombang belakangan tidak baik untuk melaut. Seorang nelayan bertutur perihal situasi malam itu. Bukan angin penyebab ombak bergelora, tapi akibat dampak ombak sorong. Istilah tabiat arus yang menyebabkan pola pergerakan arus. Sampai-sampai mereka menyangka ada gejala tsunami.
Logika tepat, bahwa pergerakan dorongan arus kian meningkat tensi terjang. Bagaimana tidak. Posisi kontur pantai landai cuma tersisa dari garis Pondok Prasi ke arah utara. While, dari ujung Jangkuk - Melayu Bangsal daya terjang ombak diantispasi deretan krib dan tembok penghalang. Sehingga akumulasi daya tuang meluber kearah tepi pantai yang lebih landai. Tanpa atribut penghalang apapun. Alami maupun buatan.
Antusias kambuh. Segera ambil kamera dan ambil sepeda kayuh dekati spot lokasi. Ternyata yang terbakar kios rokok non permanen, persis nempel tembok gudang tua berhalaman luas. Resiko-nya cukup besar. Dibelakang spot kobar api adalah lahan parkir beberapa truk besar pengangkut minyak. Persis berlajur deret ruko tua khas graha lama. Miniatur nuansa pecinan, China Town.
Bahkan, jarak 300 meter arah barat adalah zona kilang Pertamina. Tampak gurat cemas para staf Pertamina. Ini termasuk dalam lingkar range utama... zona bahaya.
Bejibun manusia nonton. Anehnya wajah mereka hanya dipenuhi keingin-tahuan tanpa menyadari resiko. Saya tiba saat raung mobil PMK sedang masuki ujung gapura simpang lima. Segera aksi jepret berlangsung. Cuma masih jaga jarak 50-an meter. Dan satu momentum, mendadak semua orang berlarian menjauh titik zona api. Api menyembur julang atas.... hampir capai ketinggian 25-an meter. Momentum lari ini cukup menarik untuk di abadikan. Cuma tersadar, kuatir sepeda yang saya parkir, bakal jauh pengawasan. Sama saja konyol klo kecolongan. Ogah! cukup saya jepret dari jauh. Selanjutnya saya gegas pulang... dan balik lagi. Ngos-ngosan berlarian gak mau kehilangan segmen peristiwa.
Gitu balik suasana sudah lebih rame dari sebelumnya. Dinas PMK sudah mulai semprot air. Sementara beberapa rekan wartawan terlihat nyusup di antara kerumun manusia dan petugas pemadam. Yah, akhirnya terkuak dari mana sumber api. Ternyata kios rokok selain menjual bensin eceran juga menampung sejumlah drum berisi solar. Bumbung api tadi penyebab utama ada 1 drum yang tersulut, dan meletup karena tertutup. Panas kobar api telah memaksa permukaan atas drum menjadi cembung! Dan pastinya efek panggang api telah menyebabkan golak kian meningkat. Syukur gak meledak! Padahal gak terbayangkan klo saja drum tadi dalam posisi tergeletak...entah kemana arah sembur-nya.
Tim PMK dinas kota Mataram bergegas umbar aksi. Sudah hampir 4 tanki air yang datang. Diantara hiruk-pikuk toh akhirnya muncul Janggal. Kenapa pihak Pertamina yang memiliki satuan pemadam (internal) gak bersegera tanggap lebih awal turun tangan? Analisa sederhana saja. Mestinya pihak mereka terlebih dahulu yang sigap mengamankan aset teritorial mereka dari ancaman rembet api. Kenapa mesti tunggu PMK dinas kota yang kedatangan bakal lebih lama karena jarak tempuh dan durasi penanganan selisih jauh?
Kumpulan logika ini semakin merangkai analisa berikutnya. Bisa jadi bagi pihak Internal Depo Pertamina Ampenan situasi ini menjadi bak buah simalakama. Secara gamblang mudah diirunut, bahwa muasal "pangkalan" distrik BBM eceran itu jelas ilegal. Bukan resmi mendapat "jatah" subsidi minyak... tapi merupakan hasil penimbunan ber-kala. Umumnya dari hasil oknum warga yang geluti usaha sampingan. Tangkap peluang bisnis "Truk Kencing". Dan pemandangan itu tampak nanar. Gak ada upaya penertiban. Gamblang di setiap pintu masuk & keluar depo Pertamina. Pasti ada saja warga belarian. Bekal ember atau wadah plastik cat bekas size 20 liter. Menghentikan truk tangki... beberapa detik saja. Cukup sekedar buka katup keran sekedar menuai "tetes" yang bernilai. Analogi mudah. Truk datang sore... artinya ambil sisa tetes. Stop truk pergi, keluar pagi berarti memanfaatkan sisa tetes, sekaligus yang lebih menggiurkan, adalah selisih kadar minyak yang dibawa tangki. Ada porsi lebih yang sebenarnya secara standar operasional kudu melebihkan sedikit jatah tampung. Untuk antisipasi susut, selama BBM di distribusikan ke wilayah tujuan. Ini sih fenomena umum bin lumrah yang bisa ditemui dimanapun. Bukan hanya Depo Ampenan!
1 jam berlalu, upaya takluk api mulai tampak gejala mengecil. tapi gak total padam. Bahkan aliran tumpahan solar yang terbawa air masih menyala. Dan secara perlahan tim Fire Fighter Pertamina mulai unjuk peran. Truk khusus mereka mundur perlahan dekati zona api. Tampak selang yang dijulur ukuran lebih kecil. Memang bukan keluar semprotan air. Tapi seperti bahan kimia tertentu. Gak sempat saya interview tentang bahan khusus apa yang dipakai. Hasilnya sangat efektif. Api mati seketika. Hanya setelah itu meninggalkan jejak bau yang pekat. Plus menciptakan efek semacam kabut tebal di sekitarnya. Serasa terkungkung dalam belantara halimun. Nebula putih.. ditambah langit mendung. Bahkan gak ada celah matahari. Suasana yang unik. Beberapa wartawan malah menyempatkan saling jepret ajang narsis. Memanfaatkan situasi. Kelegaan tampak disemua wajah. Sumringah. Hingga terlontar celetuk.. "Kenapa gak dari tadi?..Huh!!! "
Sejurus kemudian, alih tugas polisi memasang yellow band - Police line. Menandai poligon TKP. Aktivitas berangsur normal. Truk pemadam hengkang satu persatu. Berganti seliweran kendaraan lain. Halimun buatan tadi juga mulai menipis bersama terpa angin. Sudah cukup panen berita hari ini? ternyata tidak! Dari obrolan wartawan saya mendengar kisah lain. Dilalah tadi malam juga ada sedikit bencana dialami nelayan Pondok Prasi.
Sempat pula mangkel. Heran sama orang-orang disitu. Angin kondisi mirip prahara, toh mereka tetap saja suka-cita... easy going.
Belakangan ketahuan, sekitar jam 11 malam ( 6 Januari 2013) kondisi ombak juga bergelora hebat. Secepat kilat saya anjang sana observasi situasi. Bahkan kondisi lebih unik. Jajaran jukung jumlah ratusan yang biasa tata rapi di sepanjang pesisir Pondok Prasi berubah posisi parkir.
Hampir semua dihempas ombak hingga menutupi lintas aspal kampung nelayan disana. Kebanyakan rumah di garda depan semua dihujam moncong jukung. Sedimen pasir juga turut terangkat hingga menutup aspal. Terlihat lonjoran katir terserak sana-sini. Baik kondisi utuh dan patah. Pastinya jika dikalkulasi total alami kerugian besar. Terlebih situasi gelombang belakangan tidak baik untuk melaut. Seorang nelayan bertutur perihal situasi malam itu. Bukan angin penyebab ombak bergelora, tapi akibat dampak ombak sorong. Istilah tabiat arus yang menyebabkan pola pergerakan arus. Sampai-sampai mereka menyangka ada gejala tsunami.
Logika tepat, bahwa pergerakan dorongan arus kian meningkat tensi terjang. Bagaimana tidak. Posisi kontur pantai landai cuma tersisa dari garis Pondok Prasi ke arah utara. While, dari ujung Jangkuk - Melayu Bangsal daya terjang ombak diantispasi deretan krib dan tembok penghalang. Sehingga akumulasi daya tuang meluber kearah tepi pantai yang lebih landai. Tanpa atribut penghalang apapun. Alami maupun buatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar