Masih kelanjutan artikel sebelumnya. Ada sedikit bubuh kisah yang selama ini saya simpan. Terkait slogan “Diver keep it deeper!”. Selalu saja ada segmen penyerta diantara aktivitas yang saya lakukan. Tepatnya selagi asyik jepret tiang salah satu Dolpin pelabuhan Tano-Sumbawa. Liat gambar dibawah. Pada lingkaran merah tuangan kisah ini dimulai…,
Next…,
Sekalipun briefing sudah dilakukan antisipasi sendat tugas, selalu saja ada hambatan tak terduga. Sudah 3 Dolpin kami garap (tepat Dolpin warna merah). Kami-pun muncul permukaan untuk rehat makan siang. Pak Eko langsung transfer hasil foto bawah air ke laptop. Sholat dan tunggu sesi jeda untuk pigi warung. Temperature air tadi sedikit bawah normal. Kira-kira 28°-29°Celcius, maklum berada di tikungan dekat selat Alas. Sirkulasi arus masuk dari samudra Indonesia barangkali penyebab utama-nya.
Imbas-nya saya dan Handoko (dive buddy) jadi super luaaaapar! Transfer gambar blom juga usai akibat memory card terjangkit virus. Laptop pak Eko belum berbekal antivirus terbaru. Tunggu lagi bantuan staff ASDP hengkang kantor-nya untuk transfer antivirus baru. Oh-oooo……, saya-pun ambruk tahan lapar. Ngantuk..lelap sekejap.
Masalah teratasi. Kami-pun makan siang ber-jama’ah. Saya kian ganas santap sambel. anticipate loose body heat for following dive. Usai makan balik base-camp. Alama’Ndot!!! Lupa charge kamera! Starving make me lost focus on step of description job. Hanya sekitar 15 menit sempat charge jelang dive ke-2.
Lagian, ada 1 foto memang punya “efek” heboh. Staf ASDP terutama. Saat jelang ascent dive awal tadi, di dasar tiang terakhir (lingkar Merah)ada terserak beberapa CINCIN! Kilau emas. Rejeki nomplok!! seketika batin girang. Tapi senyap asa begitu saya teliti 1 item yang kelupas kulit warna emas-nya. Sepuhan palsu. Saya tabur kembali ke dasar. Kami naik permukaan. Masih menunggu banyak tiang dolpin untuk di foto!
Jelang dive ke-2….,
Pemotretan di Dolpin 4 alami hambatan. Indicator baterei mulai melemah akibat pemakaian blitz. Setengah gondok saya muncul permukaan. Pontang-panting pak sopir kami ambilkan perangkat charge. Masih kondisi basah berbalut wet-suit, saya asal pasang cok pada steker listrik. Hasilnya, sontak badan saya bergetar disengat arus listrik. Menyusup sendi. Tempias sadar. Harus dominan peran rasio! Don’t high temperament please… ujar batin tenangin diri.
Jeda tunggu pengisian batre. Seorang staf pelabuhan ASDP dekati kami. Suku Bali, terindikasi dari logat khas-nya. Kog suasana emergency gini masih sempat tanya perihal detil lokasi sebaran para cincin. Ternyata hasil foto cincin tadi sudah mewabah isu. Kami jelasin di sekitar panjang tiang fender 2. Saya gak ambil soalnya ragu ke-asli-an. Lagian masih konsen kerjaan. Alokasi seluruh tugas harus tuntas dalam 1 hari itu. Terjadi dialog :
Staf ASDP : “wah, itu artinya mas gak dikasih ijin ambil, sama yang jaga laut disini”
Saya : “maksudnya penjaga apa pak!?”
Staf ASDP : “mahluk halus penguasa pelabuhan ini!”
Saya : “kalo saja ada, saya mendingan minta ijin mereka, daripada sama manusia (Petugas pelabuhan)”. Ujar saya lebih dingin.
Entah kalimat terakhir tadi bisa hujam nalar-nya apa tidak. Saya percaya hal gaib. Tapi bukan lantas stereotip buta percayai tahyul. Sudah dapat kendala pekerjaan masih dibumbui iman basi. Sedikit muka masam…tapi mendadak nongol niat usil bin jahil saya. Was-wasil honnas barangkali…..,
Let’s see… boleh saja pendapat begitu kalo pernah bikin ruwatan di Dolpin miring itu. Penyelaman kami berlanjut hingga usai. Hasil inspeksi memang kondisi terparah dialami Dolpin 3. Ada 4 tiang pancang alami varian patahan. Sebelumnya sudah diatasi oleh diver komersial dari Surabaya. Kondisi riel yang digambar dalam blue print sesuai fakta bawah air. Saya kebingungan dengan antisipasi pekerjaan pihak instansi terkait. Padahal kondisi-nya sudah parah.
Well, masih tersisa sedikit udara tabung. Lagi saya selami dolpin 3. Punguti semua cincin itu. Kept all in BC’s pocket. Now I’m the real LORD of the Rings. Bergegas naik… cuci alat… ishoma. Malam sempat main rumah misan di Labuan Mapin . Pijat-urut ritual bilas penat tubuh.
Pulang basecamp pelabuhan Tano, kian beredar isu gencar. Konon, cecaran cincin buangan TKW pulang Saudi. Biasa-nya bermotif patah hati. Istri kerja rantau himpun asset demi keluarga, ndilalah dipake foya-foya suami. Kadang berselingkuh dengan perempuan lain, hingga hamil dan harus nikah. Sang bini diperah hingga status janda.
Versi lain. Cincin itu memang milik bangsa jin. Ditampakkan hanya untuk orang tertentu yang dikehendaki. Apalagi dengan rupa pernik kilau mata sama. “Kenapa gak mas ambil sih?”. “Takut itu bukan rejeki saya”, aku saya tambah-2in plus pasang paras sesal tak berkesudahan. Senyap diluar…cekaka’an didalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar