Perayaan tahun baru imlek sudah lewat sekian hari lalu. Rasanya tepat ramalan prediksi tabiat cuaca yang gak bisa terprediksi lagi. Relevansi wacana isu perubahan iklim global. Jadi ingat paparan pak Sarwono di pertemuan HAPPI 3 bulan lewat.
Dan apa dampaknya bagi Ampenan? Jelang awal tahun musim hujan mulai unjuk aksi. Tidak saja di repotkan oleh isu banjir dini buta. Beberapa rumah terendam. Terutama lokasi berhimpit sempadan sungai. Terlebih yang berada pada level di permukaan laju air. Efek lain menyusul kumat epidermis DB. Beberapa hari kemudian wilayah kami disantroni petugas dinas kesehatan. Simulasi Fogging. Kog simulasi? Zona semprot ternyata hanya yang beradius 100 meter dari sempadan. Lewat satu blok zona saya tinggal tidak dilayani. While, jejal penduduk ungsi sekilas di bilangan aspal dekat blok kami.
Eh! Bahas dikit nuansa “Simulasi”, stimulus kondisi ini memang bisa munculkan peluang bagi sebagian individu yang ajukan diri sebagai calon. Apapun background partai-nya. Jelasnya ada satu tetangga yang sering akrab aktivitas ini. Demi konservasi “nama baik” jadi gak perlu diungkap disini. Keluhan warga sebenarnya ringan saja. Kenapa dampak fogging yang sekarang ini gak gitu ampuh kayak tahun-2 dulu? Apa mutu bahan semprot kian direkayasa saja?
Angin selintas Januari memang tidak begitu liar. Hanya sesekali datangnya. Gilir masuki Februari sekarang jadi semakin menggila. Foto penyerta diatas menggambarkan sosok penebang pohon. Entah utusan dari suatu instansi, barangkali. Mereka datang lengkap mobil dan chain saw. Meski tanpa atribut formal tapi memberi kesan layanan terbaik bagi warga.
Sejak gencar hembus angin belakangan memang banyak komplian. Misalnya bude yang tinggal 1 komplek beda rumah dengan kami. Telpon mendadak putus. Sirkulasi sarana komunikasi-nya macet total. Padahal gak banyak fungsi pemakaian. Repotnya kami jadi limpahan unek-unek serapahnya. Bak tampungan sampah damprat. Dari sekedar lapor pihak Telkom seksi gangguan. Hingga omelan yang berlanjut segmen putus namun acap kali. Maklum orang tua!
Gelegar bising mesin mendadak pecah diselasar nebula angin. Seperti suara mesin motor cross. Hentak lincah tarikan gas. Greeeeng….greeng..greeeng…, ternyata kicau chainsaw! Kebetulan letaknya persis sebelah barat rumah. Hikmahnya pasti ada. Kabel line telpon kami ikut nimbrung jalur disitu. Antisipasi tepat waktu. Gak kebayang, betapa blingsatan-nya saya bila asyik OL internet lalu mendadak putus. Bisa kian gencar daya serang pada instansi terkait. Dampak uruk kompilasi complain!
Di lonjoran pancang tiang tersebut sudah jibun sekitar 8 rumah pelanggan Telkom. Himpun di 1 box kolektif. Tapi ada juga yang mengambil untung dari program tebang itu. Gak lain tetangga pemilik pohon mangga itu, Etnis Chinese. Sudah 2 tahun belakangan ini di tegur warga sekitar untuk segera papras batang. Mangga itu sudah renta. Beberapa bagian lapuk. Satu kejadian ada rontokan cabang sebesar paha nyaris bawa korban. Tajuk pohon pola merintang aspal. Jalur umum.
Dasar manusia kategori kikir. Si empunya pohon gak mau keluar uang untuk bayar tukang tebang. Dia berharap ada tukang yang mau dibayar hasil tebangan kayu pohon itu. Dan sepanjang waktu itu pula dibiarkan pemilik-nya tegar bak monumen. Simpan resiko timpa! Padahal satu mantan penghuni keluarga rumah itu kawan kuliah istri saya. Kini kerja bank berposisi lumayan. Tiga tahun masa abdi sudah mampu beli rumah sekaligus mobil. Namun sekedar urun peduli demi ”maslahat” gak tergerak sama sekali. Benar-benar mahluk sakti. Mungkin ada benarnya teori konspirasi perang negeri tiongkok. Demi harta.. demi tahta.. madju djalan!!!
Selidik punya selidik. Ternyata pasukan tebang itu memang sengaja disewa sang pemilik pohon. Rupanya nurani-nya tergerak. Keluar biaya 250ribu rupiah. Bait paragraph akhir ini sekaligus tepis kesan bahwa mereka bukan tidak bisa berubah. Perlu digaris bawahi, ini bukan asupan tebar isu rasialisme. Perkara budaya kerajaan tiongkok penuh intrik dan muslihat, biarlah sekedar kajian bumbu pustaka. Sisi lain, saya masih senang belajar dari negri Cina. Cuma ada 3 tokoh kharismatik yang saya kagumi. Master “guru” Wong dan turunan-nya yang legendaries, Hung fe hyung. Jet lie, alias Lie Li chi sang actor telah berhasil menanamkan rasa hormat pribadi saya. Terlebih pada alharmum Bruce Lee. Penuh dedikasi dan inspirasi. Filosofi biografi si Naga kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar