Akhirnya tiba di gerbang peralihan tahun Masehi.....2012-2013,
Terhitung ada jeda hampir 6 bulan blog ini saya jarang update. Bukannya pasif, tetapi lebih konsentrasi di asupan konten blog lainnya.Dan perjalanan waktu sepanjang tengah tahun lebih member banyak warna. Masuki awal ramadhan.... hingga alih syawal. Begitu banyak lewati pergantian episode dari sajian porsi waktu. Lengkap suka-duka sesuai gilir hadir.
Keluyuran baru sebatas lintas lingkar kota. Dan beberapa trek jalur pinggiran (suburban). Avonturir di kawasan sempit. Sesekali mengajak para bocah. Meski harus menyiapkan goncengan khusus demi terlaksana hajat menyenangkan hati si bungsu. Kesempatan wadah keakraban yang lain. Itupun kudu membagi porsi tendem dengan abangnya yang gak mau ketinggalan. Gowes... yowis! lebih marak... lebih menikmati alur hidup dan kehidupan. Menyatu di habitat alam terbuka selalu memberi kami warna keceriaan akhir kisah. Meski menyisakan gatal belukar... lengket peluh, dan pegal kayuhan kinerja paha-betis.
Kesempatan lain. Saya mendapat sedikit project foto kecil tema Kesehatan ibu dan Anak. Ini memberi khazanah luang tersendiri. Berburu momentum perayaan hari kemerdekaan hingga sudut selatan. Menyisir beberapa desa pinggiran kota. Atau sekedar nongkrong di Posyandu dekat rumah. Mepet di garis bantaran sungai Jangkuk.
Ada indikasi pesan khusus, seolah saya diberikan kesempatan lebih banyak berbaur dengan khazanah anak. Sekalipun sebagai pemerhati melalui wahana fotografi.
Sekalipun di pelataran jeda lain saya juga kais pengalaman di foto wedding. Baur jenak dengan salah satu usaha terkait milik seseorang. Lebih banyak fungsi back-up. Sedikit gamang dari keterbiasaan pola rutin. Jika selama ini saya lebih suka suasana natural.. baik secara pose obyek dan pencahayaan alami. Gilir wedding, formatnya jauh berbeda. Ada sedikit porsi formalitas. Pose-pose yang serba di atur. Tabiat flash dan pencahayaan buatan. Selama masih akrab dengan foto tema in-door. Menjadi menarik ketika saya dapat kesempatan foto liputan nikah. terlebih dengan muatan upacara budaya dan warna adat. Gugah curiosita lagi. Setidaknya saya jadi mengenal tata cara dan tata krama prosesi nikah dari nuansa adat berlainan suku nusantara. Jadi alasan tepat, kenapa saya lebih menyukai peran candid. Ada kebebasan merekam pose dan ekspresi lepas diantara momen formil.
Kedua, kegiatan aktivitas ilustrasi bahkan menjadi lebih getol dari sebelumnya. Efek samping nimbrung komunitas seni dan budaya. Warjack Taman Budaya - Mataram selama ini cukup banyak memberi saya energi dan inspriasi untuk sesekali berkiprah dirana seni. Menjajal lagi obsesi hobi yang terlantar dalam kurun waktu. Mending di aktivasi daripada suntuk dengan sisa labil pertemanan semu. Oknum aneh dan bias pemikiran basi mereka. Kog anehnya gak sadari klo saya sudah entas lama dari bilik polemik. Beranjak hijrah untuk transfer esensi diri pada pola dan ajang yang jauh lebih cerah. Menjanjikan lebih banyak prestasi dan pengembangan potensi. Kancah lain dan karakter dan pribadi beda. Membongkar panggung lama... mendirikan pentas baru. Program rehab-rehab mandiri... begitu kurang lebih.
Hasilnya, kegiatan berkesenian saya jadi lebih intens. Bahkan kadar meningkat daripada tahun-tahun sebelumnya. Sisi lain, juga mendatangkan hikmah melek segi finansial. Sekalipun dalam kadar lumrah standar wajar. Apresiasi yang bergulir... kritik membangun. Pesanan dari pihak yang membutuhkan. Pajangan gambar keluarga atau ilustrasi buku. Semua terbangun dari inti jalin silaturahmi. Hal yang patut saya syukuri. Sumringah lega.... merujuk redaksi repetitif ayat di surah Ar-Rahman. "Lantas, Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?"
2012 juga memberi warna duka bagi kami sekeluarga.
Ibu mertua akhirnya berpulang ke Rahmatullah, Minggu, 21 Oktober 2012. Tepat menjelang sholat Dzuhur, dengan poin waktu mirip hari, pukul 12 : 21 wita. Akibat menderita diabetes basah. Sejak sebulan sebelumnya sempat dirawat inap di RSI Mataram. Berjalan seminggu. Dan demi faktor psikologis, akhirnya rawat jalan kami pilih sebagai opsi terbaik.Toh Allah menghendaki jalan lain. Selamat jalan ibunda Hj, Aminah Abdat. Doa kami anak-cucu akan selalu menyertai. Semoga amal ibadah kebaikan di terima Allah SWT.
Menjadi ujian tentu saja bagi kami, segenap keluarga. Persis tanggal 26 September, 5 hari kemudian jatuh pada momen hari Idul Qurban. Pelaksanaan yang beda dari tahun sebelumnya. Ada anggota yang berkurang. Seperti layaknya turut belasungkawa dari warga Kampung Melayu, umumnya. Tahlil diadakan selama 7 hari. Dan sisi uniknya, paska ibunda kami wafat, ada sekitar 3 warga lain yang juga meninggal. Bahkan sebelum ibunda kami juga ada yang lain. Fenomena begini oleh warga di-istilahkan Berentet. Alias bersinambung... bahkan komentar lain lebih nyeleneh "ajak-ajak"... seolah almarhum/ah satu mengajak yang lain. Tanpa dasar sih! Toh, di Jawa-pun mengenal efek konotasi wafat sistem berantai tadi.
Alhasil dari sekian jama'ah yang turun masjid ba'da isya, mereka saling membagi porsi kunjungan tahlil. Ini belum lagi ditambah acara selakaran (bacaan pujian bagi Rasul). Warga pengundang pemilik hajat yang dirumahnya ada anggota keluarga tunai pergi rukun Haji. Sebab berbarengan jadwal. Ini sih kadang bikin was-was. Masalahnya para toga (tokoh agama) jika tidak dikonfirmasi sebelumnya akan nimbrung di satu tempat. Bingung-lah empu-nya gawe kalo tidak ada pemimpin prosesi doa. Namun bukan kendala kritis. Biasa-nya ada personil lain yang ber-inisiatif ambil alih jika memiliki kemampuan pimpin prosesi tahli. Paling apes, jeda waktu tunggu... seseorang kudu menjemput toga yang nyangkut di-hajatan lain tempat. Tapi begitulah warna bersinergi. Saling mawas... berkah nuansa ber-empati.
November hingga Desember....,
2 bulan menutup jelang tutup tahun. Berjalan dengan laju rutinitas harian. Musim hujan kian menunjukkan limpah curah di rentang bulan ini. Saya agak jarang aktivitas keluar jauh. Lebih membenamkan diri aktivitas rumah. Optimalisasi konsep niaga on-line. Berbenah sarana penunjang yang diperlukan. Menjajaki pembaharuan ala kadar. Tetap rutin bersepeda tanpa menentukan jadwal tetap. Range lingkaran sedikit lebih menlampaui lingkar kampung...
sekedar melatih Gingga untuk lebih jauh kadar gowes-nya.sekaligus menyisipkan bekal pelajaran di habitat alam terbuka. Tentang sawah... sirkulasi pengairan... pekerja sistim tanam di musim hujan. Ikan-ikan kecil yang sekedar akrab dijumpai di saluran pematang. Dulu, masa kecil di Malang saya mengenalnya dengan sebutan iwak gathul, gilir lokal sasak menamai empak Pepait. Nah, klo di Sumbawa Besar lain lagi, ikan Kepala Timah. Julukan sederhana karena identik dengan noktah warna putih di jidat si ikan-ikan mungil tadi. (Ini akan menjadi kisah lain di posting tersendiri, nanti -InsyaAllah). Lalu sajian visual yang paling diminati adalah pengamatan telur sisok (siput sawah). Banyak menghias ditepian pinggir belukar sawah. Dan Semoga kelak menjadi khazanah ilmu yang bermanfaat bagi para bocah-ku.
Tengah 15 November, tiba tahun Baru Islam. 1 Muharram 1414 Hijriah. Terus terang. Ini kans awal saya berkenan nimbrung di Masjid Babussalam. Semata khusus demi acara ini. Panggilan suar corong masjid sudah sejak tadi berkumandang undang warga kumpul. Lumayan ramai yang hadir. Berbaur dari tua hingga kawula muda dan anak kecil. Diawali doa akhir tahun, lalu awal tahun. Khidmat melantun doa. Bait harap dan barokah sholawat. Asa bergema dibawah tudung kubah menganga...,
30 November. giliran pelaksanaan acara 40 hari almarhum ibunda. Cukup melegakan. Terlihat dari sanggup dan sigapnya tetangga dekat berbaur. Membantu sekedar penyiapan sajian bagi undangan jama'ah tahlil. Alhamdulillah lancar.
Adakah kesan Desember? Selain tabiat cuaca yang mulai bergolak. Hujan memancar lebih deras. Angin sedikit meningkatkan tensi hembus. Kami menandai lebih mudah, dengan resonansi suara debur ombak peisisr yang bisa mencapai rongga dengar. Sebagian mengkaitkan dengan prediksi perubahan cuaca ekstrem badai Matahari. Eh! hampir alpa. Tahun ini juga menjadi momentum penentuan prediksi kiamat versi perhitungan almanak suku Maya. Konon jatuhnya di angka keramat 12 Desember 2012. Toh ini gak terbukti sama sekali. Hatta, belakangan ada yang melansir ulang, bahwa puncaknya akan mencapai tanggal 21- Desember. Kiamat segitu kog mudah di ralat !?
Tutup tahun versi masehi....,
Gak ada pesta kemeriahan. Hanya menyempatkan sekedar keliling kota yang ujungnya bawa gerah. Macet ditambah bingar letupan petasan. Terompet parau.... dan hawa kantuk yang mulai menyertai perjalanan singkat. Toh akhirnya membawa kami pulang kandang. Tepat 12 teng! langit Mataram di hiasi pecahan cahaya... letup gema. Terlebih di garis pantai Ampenan. Jadi zona tongkrongan sejak sore tadi. Ada yang hilang....., gak seperti biasanya. Sirine kapal gak berkumandang malam itu. Usut-usut ternyata gak ada jadwal kapal pengangkut minyak yang berlabuh di pantai Anpenan. Bisa jadi sebab kondisi angin.... golak ombak kian meninggi belakangan ini.
Merangkum 2 katarsis perayaan tahun Baru. Meriah gempita seperti lahirnya..... tapi gak penuhi bobot kepuasan batin. Terhalau seperti pesan gejolak angin.... diterbangkan begitu saja tanpa jejak spiritual. Subuh sepeninggal kantuk... dan alih pagi sesingkat putaran lintas kota. Hanya ampas kemeriahan itu yang tersisa... sampah plastik.. selongsong dan perca petasan. Pasukan dinas kebersihan ramai membentuk shaf-shaf trotoar.
Selamat mengalami 2 tahun Baru.......,
Ada beberapa poin yang menjadi acuan tonggak momen kenang. Ada orientasi diri yang pernah saya canangkan sebelumnya, Alhamdulillah menunjukkan titik terang pencapaian. Obsesi dari wish-list yang saya coba susun dan upayakan mewujud eksistensi.
pit-stop di jembatan gantung Marong, ini merupakan peninggalan jaman Belanda yang kini diperbaharui oleh Pemkot Mataram |
Pertama, satu kesempatan saya berencana bisa olahraga teratur. Dan itu bisa tercapai sejak menyisihkan dana demi sepeda MTB. Tepatnya jelang masuk Ramadhan. Saya mulai membiasakan diri gowes. Tentu-nya nyambi kegiatan fotografi.
Gowes menyisir pinggir Jangkuk - Muara |
merah-putih di balai posyandu |
Kesempatan lain. Saya mendapat sedikit project foto kecil tema Kesehatan ibu dan Anak. Ini memberi khazanah luang tersendiri. Berburu momentum perayaan hari kemerdekaan hingga sudut selatan. Menyisir beberapa desa pinggiran kota. Atau sekedar nongkrong di Posyandu dekat rumah. Mepet di garis bantaran sungai Jangkuk.
suguhan dawet di prosesi nikah adat Jawa |
Sekalipun di pelataran jeda lain saya juga kais pengalaman di foto wedding. Baur jenak dengan salah satu usaha terkait milik seseorang. Lebih banyak fungsi back-up. Sedikit gamang dari keterbiasaan pola rutin. Jika selama ini saya lebih suka suasana natural.. baik secara pose obyek dan pencahayaan alami. Gilir wedding, formatnya jauh berbeda. Ada sedikit porsi formalitas. Pose-pose yang serba di atur. Tabiat flash dan pencahayaan buatan. Selama masih akrab dengan foto tema in-door. Menjadi menarik ketika saya dapat kesempatan foto liputan nikah. terlebih dengan muatan upacara budaya dan warna adat. Gugah curiosita lagi. Setidaknya saya jadi mengenal tata cara dan tata krama prosesi nikah dari nuansa adat berlainan suku nusantara. Jadi alasan tepat, kenapa saya lebih menyukai peran candid. Ada kebebasan merekam pose dan ekspresi lepas diantara momen formil.
orderan ilustrasi profil keluarga gaya kartunik |
media pinsil warna |
2012 juga memberi warna duka bagi kami sekeluarga.
ziarah kubur saat Idul Adha |
momen cincang daging hewan Qurban |
Alhasil dari sekian jama'ah yang turun masjid ba'da isya, mereka saling membagi porsi kunjungan tahlil. Ini belum lagi ditambah acara selakaran (bacaan pujian bagi Rasul). Warga pengundang pemilik hajat yang dirumahnya ada anggota keluarga tunai pergi rukun Haji. Sebab berbarengan jadwal. Ini sih kadang bikin was-was. Masalahnya para toga (tokoh agama) jika tidak dikonfirmasi sebelumnya akan nimbrung di satu tempat. Bingung-lah empu-nya gawe kalo tidak ada pemimpin prosesi doa. Namun bukan kendala kritis. Biasa-nya ada personil lain yang ber-inisiatif ambil alih jika memiliki kemampuan pimpin prosesi tahli. Paling apes, jeda waktu tunggu... seseorang kudu menjemput toga yang nyangkut di-hajatan lain tempat. Tapi begitulah warna bersinergi. Saling mawas... berkah nuansa ber-empati.
November hingga Desember....,
2 bulan menutup jelang tutup tahun. Berjalan dengan laju rutinitas harian. Musim hujan kian menunjukkan limpah curah di rentang bulan ini. Saya agak jarang aktivitas keluar jauh. Lebih membenamkan diri aktivitas rumah. Optimalisasi konsep niaga on-line. Berbenah sarana penunjang yang diperlukan. Menjajaki pembaharuan ala kadar. Tetap rutin bersepeda tanpa menentukan jadwal tetap. Range lingkaran sedikit lebih menlampaui lingkar kampung...
gowes di lintas jalur pematang |
Tengah 15 November, tiba tahun Baru Islam. 1 Muharram 1414 Hijriah. Terus terang. Ini kans awal saya berkenan nimbrung di Masjid Babussalam. Semata khusus demi acara ini. Panggilan suar corong masjid sudah sejak tadi berkumandang undang warga kumpul. Lumayan ramai yang hadir. Berbaur dari tua hingga kawula muda dan anak kecil. Diawali doa akhir tahun, lalu awal tahun. Khidmat melantun doa. Bait harap dan barokah sholawat. Asa bergema dibawah tudung kubah menganga...,
30 November. giliran pelaksanaan acara 40 hari almarhum ibunda. Cukup melegakan. Terlihat dari sanggup dan sigapnya tetangga dekat berbaur. Membantu sekedar penyiapan sajian bagi undangan jama'ah tahlil. Alhamdulillah lancar.
Adakah kesan Desember? Selain tabiat cuaca yang mulai bergolak. Hujan memancar lebih deras. Angin sedikit meningkatkan tensi hembus. Kami menandai lebih mudah, dengan resonansi suara debur ombak peisisr yang bisa mencapai rongga dengar. Sebagian mengkaitkan dengan prediksi perubahan cuaca ekstrem badai Matahari. Eh! hampir alpa. Tahun ini juga menjadi momentum penentuan prediksi kiamat versi perhitungan almanak suku Maya. Konon jatuhnya di angka keramat 12 Desember 2012. Toh ini gak terbukti sama sekali. Hatta, belakangan ada yang melansir ulang, bahwa puncaknya akan mencapai tanggal 21- Desember. Kiamat segitu kog mudah di ralat !?
Tutup tahun versi masehi....,
Gak ada pesta kemeriahan. Hanya menyempatkan sekedar keliling kota yang ujungnya bawa gerah. Macet ditambah bingar letupan petasan. Terompet parau.... dan hawa kantuk yang mulai menyertai perjalanan singkat. Toh akhirnya membawa kami pulang kandang. Tepat 12 teng! langit Mataram di hiasi pecahan cahaya... letup gema. Terlebih di garis pantai Ampenan. Jadi zona tongkrongan sejak sore tadi. Ada yang hilang....., gak seperti biasanya. Sirine kapal gak berkumandang malam itu. Usut-usut ternyata gak ada jadwal kapal pengangkut minyak yang berlabuh di pantai Anpenan. Bisa jadi sebab kondisi angin.... golak ombak kian meninggi belakangan ini.
Merangkum 2 katarsis perayaan tahun Baru. Meriah gempita seperti lahirnya..... tapi gak penuhi bobot kepuasan batin. Terhalau seperti pesan gejolak angin.... diterbangkan begitu saja tanpa jejak spiritual. Subuh sepeninggal kantuk... dan alih pagi sesingkat putaran lintas kota. Hanya ampas kemeriahan itu yang tersisa... sampah plastik.. selongsong dan perca petasan. Pasukan dinas kebersihan ramai membentuk shaf-shaf trotoar.
Selamat mengalami 2 tahun Baru.......,