Selasa, 14 Juni 2016

Belantik & Politik daging Sapi

cut of Beef - referensi internet


Yang unik di 2016 dan momentum Ramadhan...,
Harga daging sapi dalam negri berkecamuk. Penjual dan peternak enggan ikuti imbauan pemerintah untuk turun harga karena bakal rugi. Pemerintah ambil langkah import daging. Sudah kan?! aman.. konsumen bebas pilih. Klo yg stright dengan keraguan status sembelih pasti pilih sapi lokalan, gak papa harga tinggi. di sektor pebisnis kuliner.. ya fokus cari daging murah itu sdh lumrah trik imbas nyeker untung. toh, jualnya ntar bs blipatan apalagi cari stan kala takjil. Mana ada pembeli ngeyel tawar"an harga. Pokok beli...daripada repot masak sendiri. dll, multi alasan. Di pikir" lagi, toh konsumen pangsa muslim itu tetap potensial. Gak rewel...situasi gitu bisa diterima dengan lapang dada. ngedumel..tapi paling dijalani juga. easy income...easy going kata-nya. Soal daging import gelap-pun ada. Contoh kasus di Medan itu. ditimbun oleh oknum TNI, ndekamnya di mes-asrama lagi. berkisar 3000-an KG. Aneh klo gak oknum ini maen sendiri. Gak nyiprati otorita level pangkat lebih atas-nya. atawa kongkalikong dengan mitra atasan tersanjung. tapi toh jaringan bisnis itu di bongkar juga oleh pihak internal TNI sendiri. Di-liput pula oleh media. tapi gak mungkin juga bakal di blow-up kelewatan. Itu sama saja nyari penyakit. Goyangin institusi militer? golek gawe!!!

Sudah impas kog. toh sudah diperangi dalam alur komando. Gak akan di rekayasa bahwa si bang bektor yg jadi pelaku bisnis utama-nya. Cuma yang jadi sentilan "maknyus"-nya itu (baca : make-NEWS-nya). Daging import gelap itu berlabel asal India. Ini agak kontroversi sih. Gimana tidak, lha wong region negri bollywood itu sangat sakral mensuci-kan haiwan terkait. Ini pasti statemen yang bertujuan ngadu SAPI. eh! ngadu DOMBA, di-antara penganut kubu-kubu ambigu. Pasti salah kaprah...meski dibalut analisa kiasan praduga gak ada salah-nya. Mumet koen wis!!!

Apa mungkin SAPI itu berasal dari peternakan India? Apa bukan dari NewZealand? yang terkenal dengan produk ternak terbesar dunia. Yang beberapa waktu lalu sempat heboh dan jadi viral oleh para netter untuk Boikot produk korporasi sodara se/susu-an, Nestle. lebih-lebih yang berkategori penyayang Binatang. Berdasarkan video durasi singkat. bahwa cara produksi Susu emak sampi itu, dipertahankan dengan tidak memberi kesempatan nyusui anak mereka. Begitu mrocot langsung sapih.. ada juga generasi muda sapi itu yang dimusnahkan dengan cara di pendem. Emak-nya langsung nangis.. mendhem jero-an. Demi mikul duwur pekoro strategi Kumpeni. Lah klo di tanah-air kita, bakal ludes itu semua bagian gak tersisa. Termanfaatkan oleh gerus rana kuliner dari Otak, bebalung, sop buntut, sampai kerupuk rambak! minimal terorganisir jadi bahan baku produksi samak kulit.
Adegan holocoust kanak sampi itu yang paling menyayat getir pirsawan waktu kepala mereka di kepruk. Masih kejang-kejang dihempas se-enaknya oleh si tukang jagal. Darah kececeran....yang jelas bukan warna biru. nah, cobak klo ing tanah jawi. Suda
h di-tampung itu getih. Ora pareng kebuak..mubasir. lha saged kangge DEDE. Mirip rupa agar-agar. Jadi pelengkap santap rujak cingur. Menemani irisan congor si SAPI. ah lagi-lagi.
Lha gimana dengan daging sapi import. yang memang terkenal empuk. Sebab secara tata-laksana tehnik ternak juga menyertakan asupan minum BIR. Selain itu juga tubuh gembrot-nya di susupkan di palka ruang sempit kandang. Kerja-nya makan tok! demi kriteria pedaging handal, kelak tiba masa potong. Kurang gerak. Mirip ayam broiler itu lah! Gimana status santap? Balik lagi pangsa konsumen-nya. Buat penggemar gak masalah. Yang kontra, pilihan lainnya pasti ada. Tinggal menentukan sesuai nurani. Bilangnya wong jawa..pilih bagian ' Lolor'. Bagian daging yang empuk... gak alot. Karena bukan bagian tubuh yang dominan otot gerak. macem slice of sirloin or tanderloin itu, Barangkali. 
Terakhirnya. Beda tempat dan nagari..beda wacana. Beda kebijakan dan strategi. Semacam pepatah usang..., "Lain warung PADANG.. lain ransum BELALANG".

ngidam ...Ramadhan diam-diam....,

Self-illustration made by Lenovo A3300

the circle moon almost perfect
behind the wall of the cloudy sky
there's no sound... but mind can fly
all night travellers climb the silence
.
sent the whisper... spent a chamber
where's a cheers come from?
when thou feels as a static-walker

*pejalan sunyi (al-Isra)



lingkar purnama yang hampir sempurna
di balik dinding mendung
tiada bunyi... hanya benak menyanyi
para musafir kelam memanjat sunyi
.
hantar bisikan... tuntaskan ruang-ruang
lalu, darimana gempita ini berasal?
saat dikau merasa diri pejalan diam

Minggu, 12 Juni 2016

Becak dan nostalgia Ramadhan


ilustrasi comotan asal internet.
Dulu semasa bocah di Malang (kurun 80’s..tema oldie)  Menjalani agenda shaum bisa jadi cerita menarik tersendiri. Di komplek kampong kota tempat saya tinggal, Kotalama. Pemukim warga pendatang asal Madura punya tabiat unik. Terkait tematik kecerdasan financial yang ditanamkan sejak dini pada anak keturunana mereka. Salah satunya adalah memilki Becak. Meski gak harus di tunggangi sendiri, tapi bisa disewakan kepada becak driver lain. Menerapkan sistim bagi hasil sesuai akad. Hasilnya bisa jadi tabungan bagi keperluan anak, kelak dikemudian hari. Jadi, punya becak itu sepeti memiliki asset armada moda transportasi umumnya. Semacam oplet, helicak dan bemo.

Nah! Becak milik tetangga depan rumah menyimpan sejarah silam masa bocah khas tematik urban. Menyambut hari-hari ramadhan menimbulkan keriangan tersendiri. Bisa jadi masa itu juga ada geliat fluktuasi situasi ekonomi yang bergejolak. Tapi apalah hal-hil yang begituan. Akan sangat tidak nyantol di benak kami selaku bocah. Life is so easy going…
Kembali soal becak di musim puasa. Saya gak gitu suka dengan ‘patrol’. Itu-tuh aksi unjuk bebunyian untuk membangunkan warga saat jam makan sahur. Istilah malangan-nya “Kote’an”. Nimbrung dengan rekan Madura banyakan usil-nya. Selain pukul-pukul berbagai macam bekal alat apa-adanya. Kadang diselingi usil yang kelewatan. Malah agak ‘neror’ notabene warga yang sudah disasar oleh kelompok kecil tadi. Biasanya tipe tetangga yang galak pada bocah. Atau tipikal pelit berbagi hasil buah tanaman yang dimiliki. Bisa juga keusilan ekstrim lain. Yang mungkin agak gak pantas diumbar dimari. Hehehe… biar gak nulari hawa efek negatif dari para ekstrimis berwujud bocah.

Nah, saya sih bukan tipe anak super alim. Tapi juga kadang juga masih sadar kadar  dan batas nila-nilai kepantasan. Terutama gak doyan usil yang agak kurang ajar terhadap orang-orang dewasa. Jadi pada porsi tertentu mulai mengatur pilih teman. Disisi lain memang tipe saya memang gak suka dengan tema-tema stag. Temen itu-itu saja. Selalu mencari keasyikan nimbrung dengan rekan lain. Mendingan pilih blusukan gang kecil di kampung-kampung sebelah. Pakai Becak! Yang nimbrung bisa 4-5 anak sekaligus. Bisa 6, asal 1 duduk nangkring di penutup fender ban belakang. Agak kuat.. karena bahan-nya terbuat dari plat besi tebal. Saat kejadian yang gak bisa dbikin lupa. Rekan pemilik becak bernama Mat-Rudji. Dalam setiap aksi blusukan dia selalu ikut kawal. Sebab gak bisa begitu saja yakin meminjamkan asset-nya tanpa kontrol ketat. Kebetulan dia ngalah duduk fender, sementara anak lain pada milih duduk jok utama. Yang berpostur tubuh besar, dan memang lebih senior akan berpotensi sebagai tukang pancal/kayuh.
Sekali waktu saya didaulat jadi tukang kayuh. Maksudnya biar gak enak-enakan jadi penumpang sadja. Tapi dasarnya gak pernah enyam tehnik yang benar. Baru pada kayuhan awal start..maklum, dengan menyesuaikan berat tunggangan, posisi becak langsung miring. Hal ini bikin para temen yang di jok pada otomatis berloncatan. Menyelamatkan diri. Hehehe…, garuk kepala sambil saya cengar-cengir. Padahal saya belum tuntas unjuk kebolehan. Meremehkan sekali mereka!
Segi positifnya. Akhirnya saya memang jadi porsi anak bawang. Gak bisa diganggu gugat. Karena secara postur saya paling kecil. Aksi mbecak-pun dilanjutkan. Mau gak mau si Sholeh senior (almarhum) kudu rela jadi tukang pancal-nya. Mat Rudji… yang cukup dipanggil Rudji masih menduduki singgasana fender belakang. Gang demi gang kami lewati… hingga tiba di satu ujung mulut gang mengarah aspal jalan utama. Becak meluncur kecepatan sedang…ada gundukan polisi tidur. Roda depan berhasil melewati… giliran ban belakang..Eh, ada suara aneh seperti kampas rem berdecit. Sembari ditambahi suara gaduh si Rudji di belakang. Rupanya, lonjakan ban belakang melewati gundukan tadi berujung insiden kecil. Tumit kaki Mat Rudji terselip diantara pelek ban. Sholeh cepat ngerem! Kami semua turun dari jok. MatRudji duduk di hamparan aspal sambil mengaduh kesakitan. Nangis juga! Lha wong tumit belakangnya agak terkilir dan berdarah sedikit. Kami trenyuh melihat penderitaan yang dialami-nya.
Tempat itu jadi pit-stop sejenak kami. Sambil menghibur si Matrudji agar sedikit pulih dari syok ringan-nya. Nah, selang sekian menit kami-pun bergegas untuk pulang. Jadwal makan sahur di rumah masing-masing. Eh ada lagi celetukan si Sholeh. “Oalaa Rudji… nasib-mu kog yo apes. Wis jenenge Rudji…sikil-mu KO karo ruji ban becak”. Seketika menggelagar tawa kami… menghias perjalanan balik kampung. Kali ini saya ngalah duduk di tahta belakang fender. Senyap sesekali di alur laju becak. Mendadak saya cekikikan sendiri. Gak bisa mendam gelitik ungkapan si almarhum Sholeh tadi. Ah…, kenangan manis ini semoga jadi catatan amal baik untuk masbro Sholeh di hadirat alam-Nya.
Kepada rekan-rekan saya di Malang sana. Bisa jadi kita tak lagi lancar bertegur sapa seperti keriangan di masa lalu. Namun paling tidak, serpihan mozaik tutur kata ini bisa menjadi pengikat silaturahmi penguat tersendiri. Selamat jalani Ramadhan 2016. Bersama anggota keluarga masing-masing. 


Marhaban ya Ramadhan,