Kamis, 30 Oktober 2008

Ikutan Festival sebagai proses Uji Nyali

Awal, poin mendasar dari serangkaian berkarya, belum genap jika tidak berkecimpung dalam ajang kompetisi. Sebentuk angan dari kemelut asa yang terus bergulir. Demikian adanya, seperti mungkin juga di alami insan berkepentingan sama.
Kilas balik dari ulasan kali ini sebenarnya hanya ingin singgung 2 paket pengalaman terkait, berinterval waktu nyaris lebih 2 dekade. Tahun 1982 selagi dekam di SD, saya sempat ikutan lomba lukis anak wakil dari SDN 8 Mataram-Lombok. Menarik, karena jadi karya perwakilan dari 10 anak NTB yang dianggap pantas oleh panitia jadi partisipan. Lomba lukis anak di Wina-Austria, program Unicef.
Terjebak kekinian, masih dalam aktivitas berkarya kartun. Ruang gerak serasa terbatasi fakta konvensional. Media lokal cuma segelintir…gak ada jatah kolom bagi kartunis. Tapi obsesi berkarya tetap saja meronta.. gak pingin terkebiri kondisi. Slogan lama ternyata benar, buku sebagai wacana “Jendela Informasi Dunia”. Judulnya menggugah minat baca, “Anatomi Lelucon-di Indonesia” karya Darminto M Sudarmo. Sarat muatan isu terkait kehidupan ber-parodi. Sub-relevansi dengan tematik kartun adalah ikutan Lomba di tingkat internasional.

Aku bilang proses uji nyali, sebab tantangan lebih berat. Bersaing dengan kartunis di seluruh dunia, baik profesional maupun amatir. Bejibun pakar…sangat tambun gelora karya. Sejumlah kartunis sudah pernah menorehkan nama di ajang bergengsi itu. Sebut saja Jitet Koestana, aktivis kartun di Kompas.
Aksi-pun mengalir…, bergerilya di tahun 2005-2007. Hasilnya baru bisa mencapai jadi finalis di Porto-Cartoon world festival 2006. Tema lingkungan….anehnya masih saja seputar tema AIR! Cuma tahun karya tahun 1982 gak sempat terdokumentasi. Maklum minim fasilitas pendukung dan masih bocah! hanya tersimpan kliping koran temuan kawan sekelas,dan sempat "diamankan " ortu.




Selasa, 28 Oktober 2008

Talk Thru T-shirt…Bicara via O-blong



Nilai Sejarah Sebuah Produk

Sekian lama berkutat dalam tempurung idealis, bukan lalu terkondisikan untuk redam bungkam. Selalu saja banyak hal merongrong benak…senantiasa berpikir agar bisa hadir. Bisa-bisa linglung! Bagi kita yang sadar akan ambisi dan obsesi. Tercampakkan di sudut lengang derita, akibat bebas tanpa batas bersetubuh dengan opini. Namun tidak berani unjuk diri… menghantarkan jadi sebuah konsep wacana. Apalah martabat…apakah hakikat?

Kembali pada kubang diri, serasa ambil sejumput kenang rindu silam. Secuil asa bergulir satukan derap goyah. Konsekuensi bahasa terpenjara, sekat rapuh. Terlalu payah jalani keseharian mono-tone. Terjebak limbah rutinitas…


Sesekali tanganku bergejolak resah… coretan ampas hati berpolutan. Seperti menelurkan karya graffiti di tembok pembatas. Sayang juga kalau terbuang percuma. Dan masa peralihan itupun terjalani dengan sendirinya. Membenamkan diri pada ekspresi ber-pena, membunuh senjang waktu. Sampai terkompilasi sebuah diary kuning, kumpulan kata dan gambar. Harusnya ada semat kepuasan diujung jeda simpang. Faktanya, lagi-lagi aku merasa dungu! Terlalu hijau untuk capai prediksi slogan mentah. Dasar “berhala” berselaput egoism!!! Sigap aku sulut pada lingkar bara unggun, hapus sebagian pernik diri, punah ditelan api.

Detik berbilang, terjerambab lagi aku pada galau. Namun telanjur kebal diganjar fluktuasi kinerja pasang-surut. Kenapa gak buat sesuatu yang lebih bernilai?? Bentak dan hardik sudah serasa bisikan lembut, memotivasi diri… memodifikasi pola aktif. Mari bergerak lebih kreatif, sumbang asih amunisi hasrat.

Bermuara pada O-blong sebagai sarana umbar diri. Dukungan financial dari salah seorang sobat RDC, presentasinya sanggup luluhkan hati sang papi. Danai first T-shirt project kami. Don’t Loose Your Weight jadi tema perdana angkat kisah tentang Dive under the Sea. Makasih Rini…., atas jerih payah mendukung agar impian ini terlahir. Susah-payah ke Bandung order kaos C59, lantaran kemampuan printing design multi warna bisa terwujud. Edisi medio November 1997… genap 10 tahun lalu.





Minggu, 26 Oktober 2008

Trapping on Tintin’s figure…inspire by Herge!

Obsesi sirkulasi di wahana media
Kalo ditanya sejak kapan tertarik dunia jurnalistik. Jawabannya bisa-bisa mencapai rana nisbi. Tapi terkait asal mula, bisa jadi akibat aku terinspirasi oleh kisah petualangan Tintin, karya Herge. Sebuah komik yang diakui sebagai bentuk karya sastra dunia. Kog gitu? Dampak global effect-nya yang berhasil membuktikan. Dicintai pembaca nyaris seluruh pelosok sebar benua. Yang mungkin pangsa-nya saat itu ditujukan hanya untuk konsumsi bacaan bocah.
Tintin diciptakan Herge sebagai tokoh utama protagonist. Bersahabat setia seekor anjing bernama Snowy…berprofesi wartawan. Tipikal pekerja keras. Suka menolong sesama gak peduli beda RAS. Berjiwa berani, rela berkorban, namun tetap bersahaja menampilkan kurang-lebih dari sifat manusiawi-nya. Sekilas begitulah karakter yang ditanamkan si pencipta.
Tapi lebih menarik adalah kisah perjalanan Tintin yang melintasi lingkup benua. Hinggap di selasar bulan, mereguk kedamaian dunia samudra. Mampir di negara tertentu dengan budaya dan konflik berbeda. Setting waktu dan tempat yang tepat, berhasil mewarnai sebuah mahakarya. Masterpiece of creator.
Terobsesi Tintin, dimasa bocah saya jadi lebih termotif untuk raih nuansa “seolah-olah”. Dengan secuil bawaan hobi menggambar, menuangkan waktu mencontek obyek-nya. Kian lama keranjingan tambah koleksi untuk genapi serial komplitnya. Menumpuk uang jajan sebagai upaya kompensasi beli buku. Tapi gak bawaan pemelihara, alhasil gak satupun tersisa. Lenyap disantap rayap, atau raib gak kembali dipinjam teman karib.
Didewasakan oleh waktu…., saya lebih mawas pahami diri sekaligus berupaya gali potensi. Tidak lagi terbutakan karakter. Kian banyak tokoh lain bermunculan terkait iklim perubahan. Intinya adalah pemenuhan mendasar dari kebutuhan psikologis menghadapi hidup. Ada tempat berkiblat, ada juga acuan referensi. Belajar dari kurikulum sekitar.
Selanjutnya, saya beralih kagum pada Herge, si pencipta Tintin. Bagaimana dia bisa menggambarkan detil lokasi kunjungan Tintin. Melihat lengkap mata-kepala dengan ber-otobiografi mandiri? Atau sekedar berfantasi via perca pengetahuan hingga terkemas mozaik cergam?. Di poin ini saya tambah giat teraspirasi. Gelora hasrat bisa bikin karya sendiri. Made by myself….,

Dan waktu buktikan semuanya.
Bergelut aktivitas berkartun dalam selingan pekerjaan, tergerak bikin kaos jabarkan metoda gebrak diri “Talk Thru T-shirt”. Bikin plank pesanan Rinjani Divers, juga terima orderan tertentu. Merias tampilan boat dengan gambar kartun tema laut. Mulai tergerak rajin bikin design kaos sekalipun pakai piranti lunak termudah di komputer, Paint. Salurkan “minat” di distro Rinjani Diving Club. Sekalian rangkap seksi usaha dan pemasaran lingkup terbatas.
Langkah kenal media jurnalistik terbentuk saat artikel pertama dimuat di Lombok Post. Judulnya Distribusi Limbah Newmount, terkait aktifis NGO lingkungan. Sejak itu, beranikan diri melamar posisi illustrator di Lombok Pos begitu buka lowongan. Nama tercantum di daftar pelamar yang dipanggil, semua teman pada mikir saya bakal jadi wartawan. Tapi cuma bertahan 2 hari saja. Suasana terlalu formil…gak pahami kinerja kartunis. Kilas dialog, cuma dibekali prospek suatu hari bisa ngetop kayak Leak Koestiya-nya Jawa Pos. hahahaha….. mau berkiprah dalam baur langkah bersama, kog malah di semangati jadi orang lain. Terus terang bikin mual… nuansa top-down kental banget!
Lewat segmen waktu,
Koran Mataram baru saja eksis. Rekrutmen alamiah sedang berlangsung. Aku terhitung berbaur saat KM gagas Mataram 10K bareng Pemkot. Kekosongan posisi illustrator-nya bikin mudah tawarin konsep kerjasama. Pelajari sisi lemahnya, ternyata saat tertentu pihak Lay-out sering bikin mengisi balon kata dengan stok gambar kartun yang lama. Cuma sekedar bisa penuhi kolom kartun Lidah Rakyat. Wah…mental copy-paste sedang berlangsung nih!
Atas restu Pimred kiprah jadi leluasa. Nangkring saban pagi jelang rapat redaksi, ikuti tema headline ataupun spot news. Selanjutnya merebus ide jadi sajian kartun editorial. Proses alami tanpa berpikir kompensasi salary. Mumpung lagi fresh on mood..dan karya siap terpublikasi. Asyiknya bergulir dalam senjang kompetitif…,


-->
Karya edisi perdana. Masih mencari bentuk dan karakter.
Tema : jadwal Tanwir Muhammadiyah mundur. Cuaca penghujan belakangan sering terjadi kasus pesawat slip-out dari landasan.
Kolom Lidah Rakyat hal.1

-->
Tema : perseteruan kubu bursa pimpinan NU.
Hasyim Muzadi dan Gus Dur.
Rubrik OPINI hal.4


-->


Dari sekian karakter yang aku ciptakan, 2 figur ini kerap muncul. Dua beda chara bernama MUIN dan IMUN. Tampilan MUIN lebih dewasa dibanding IMUN, aku sebut sebagai penokohan vice-versa. Physically, bisa diliat beda rentang lengan/celana mereka. Muatan figure filosofisnya, MUIN adalah symbol kebijakan dengan jangkau pemikiran lebih matang perhitungan, si pencetus aksi. IMUN berarti imunitas segala hal. Tampil cuek..apa adanya. Reaktif-Spontanitas! Tapi sering tepat sasaran. Solusi manjur dari kebuntuan. Nyeleneh tapi dibutuhkan. Penerapan energy YIN-YANG. Kira-kira bgitulah!



-->

Well! These is my short memoir on Lombok Pos existence. After got an emptiness on new structural building. Seated on rung of ladder… accompanied with cup of coffee and blowing smoke of cigarette. To find a final decision.. break the rule on loneliness. Let getting out from the comfortable-zone. Simply sounded but hard to find. Trust me!





-->