Jumat, 05 Januari 2018

Museum collection makes connection

Lupakan Topkapi Turki, ataupun trend topik Permadi (BEBALu's) Arya, sang top-copy/paste mesyum...,
Mumpung ada celah libur...giring bocah lagi kemari. Sekedar liat perkembangan inovasi museum negri NTB, terakhir-terakhir. Cuma ada ubah instalasi ruang pamer. Palka utara khususon seputar "anugerah pahlawan". Kayaknya blom tuntas gelar rekayasa format display. Tembok utara terlalu melompong. Entah masih proses bubuh material input biodata yang masih dicari. Atau malah hendak diurai lepas. Terindikasi upaya re-instal tata-letak, bejibun buku-buku (cover kekinian) seputar ulasan tokoh utama disana. Dari varian author, menyertai foto tokoh terlampir. yang terpancar justru..(it's true), semacam memancarkan sinergi kesadaran gerakan literasi. Bagi saya ini cukup membimbangkan. Sepertinya 'marwah' ruang ini lebih layak set-up stan khusus di kanal Perpustakaan. Bukan malah terkesan eksploitasi museum.

Next, pajangan luar berupa bongkah maket master plan pembangunan museum Geologi NTB. Malah ini yang menarik pikat lirik-lirik mata. Moga terealisasi kurun lekas.
Pyuuur...move on bilik ke bilik. Konsentrasi kami bukan demi itu. Ini soal 'baiat' asbabun nuzul maslahat konsevasi bidang biota & lingkungan..."ayo, pantengin display kupu-kupu". Pajangan insektarium disana tampil diam. Gak perlu kami kejar-kejar. Macam terapan metode tangkap-lepas sesi kemarin.
Dan game manual... berada persis di pintu masuk aula utama. Ular/ Tangga, bertema lokasi situs sejarah menjadi ajang salur keasyikan tersendiri, bagi trio kanak. Dadu gede...bermata tancepan kulit nautilus. Also known as CUKLI. sebagian bopeng...copot! pastinya dampak lemparan berulang tindak polah bermain. 
NB : sejauh paparan singkat diatas apa perlu pake umumkan 'ini loh aksi jurnalistik warga ala kadarnya kami. Catat...rekam...syiar. Udah itu saja.

Catatan FB per-14 desember 2017

 











catatan pesisiran...27 November 2017

Ampanam VS.the (r)AJUNGAN SATU HATI 
kongkow pagi disini bukan soal peluang bisa amati "kepulan brokoli" kepundan Agung. Enggak! Tidak hanya itu. Mendung langit tetap saja mengundang rasa ingin tau. Sebagaimana upaya menguak jejak bias mendung peradapan lalu.
Kisah mampirnya A.R. Wallace itu lebih menggugah. Kabilah laut si 'Kembang Djepoon' yang gak sengaja singgah demi destinasi Makasar. Jika sebelumnya beliau di Bileling-Bali utara, pastinya kepincut Gili Manuk. Dan di Lombock berteriak eureka! Seandainya saja dia punya niat lanjut rute Sambaha...besar kemungkinan akan kegirangan di Labuan Burung. Laboratorium aves di komplek pulau sebelah, masa itu. Sebuah otobiografi alegoris. Dasar, napak tilas bumbu hiperbolik.
Sayangnya, Opa Wallace, tidak mencatat tongkrongan camar di pucuk korosi tiang bertahta noktah guano. Atawa si legam albatros dengan lengkung sayap serupa dual boomerang. Dia lebih giat mencatat koak-kaok...kepodang dan Maleo si pembuat sarang gunduk. Spesies Aves yang mendekati ciri khas benua Australia sebagai cikal-bakal hipotesa garis khayal tabir geografis.

Tentu tidak seperti imbuh khayalan itu. Dia mencatat pula kenangan indah tak terbantahkan. View eksotik fajar dan senja diapit 2 deskripsi visual Rinjani & Agung. Pemandangan alam khas tropika. Dan Agung, tentu tanpa cendawan erupsi.
Kapalnya tiba di Ampenan. tanpa ada dermaga. Gak ada tiang-tiang pancang pelabuhan peninggalan kolonial. Butuh sedikit perjuangan menciutkan nyali. Menunggang Sekoci bak papan surfing sebagai konsekuensi swell megahnya ombak. Masih ditambah cermin 'kajuman' khas Kamlay...eh! maksudnya sikap segelintir orang lokal yang seperti bangga terhadap prilaku ombak di wilayahnya. Cetus oknum kelasi begini : "Laut mereka kerap lapar...dan siap mengganyang apapun yang bisa diraihnya". Tentu Ini-pun gaya hiberbolis....meski tidak seperti awiq-awiq pulau sebelah yang masa-masa itu kalap menerapkan aturan. Hak Tawan Karang.

NOTE ; mengendus sejarah...betapa penting mengeja hirarki waktu. Biar gak terjebak Sirkulasi jaman now... tabiat kelabuhi time signal. past not continous tense. 

fly like butterfly (2)

misi Kupu-kupu (2)
berlanjut ajang perburuan kecil. Jika sebelumnya cukup kami amati dan foto sesuai fokus jarak. Kali ini jajal metode catch & release, meski kudu disiasati pake jaring ikan. Leptosia nina, famili dari #Pieridae. jadi tangkapan perdana. Jenis yang paling mudah dari lainnya. Sinergikan info biota-data dengan buku panduan lapangan edisi TWA Kerandangan rilisan BKSDA-NTB. 
Ukur size dan sekedar bikin catatan kecil seputar keragaman jenis yang rela tandang di kebun kami. Dibikin repot oleh Graphium agamemnon, famili #Papilionidae yang terlalu lincah untuk diburu. Saking penasaran, santroni tanaman inang-nya #Annonaceae. Ada sirsak dan srikaya. berharap nemu telur, larva atau kepompong disana. Malah panen buah srikaya! balik badan....,

Identifikasi berlanjut. Papilio polytes jantan berhasil ditangkap. mungkin masih tahapan imago remaja...penampakan 'swallowtails' belum julur sempurna. Satu lagi Papilio sp...alias gak ketauan persis jenisnya. Beberapa jenis lain lalu-lalang tapi kesulitan ditangkap. Aksi terbang terlalu random...sulit ditebak arah pola navigasi. Mengikuti polah mereka butuh semacam energi kelincahan extra. Kayak kerah jurus kungfu tanpa bayangan. Paling tidak ini testimoni pribadi. 
Semisal kasus, kami sibuk uber kupu-kupu. Nyelonong tetangga bermotor lewat.. nyeletuk "nyari di pantai sana loh banyak". Justru bikin kami makin terpingkal tak bertepi... gak tanya cari apa, justru berprasangka kami sibuk uber ikan. Di aspal gang lagi! Ini yang gak waras siapa???? 

Tepatlah analisa yang terbayangkan sejak dulu. Kegiatan ini jika dikemas paket wisata akan membutuhkan target pangsa pasar minat khusus. Bukan silabus wisata konvensional. Jika tidak dicermati trend dan keterkaitan kalangan hobbiest berwawasan tematik khusus pemerhati lingkungan. Bakal sulit nyambung. Hanya tamu yang notabene punya jiwa ekologiwan yang bisa di'jaring' pada aktivitas wisata tematik ini. Setidaknya silamulasi penyambutan tamu Korea di TWA Gunung Tunak beberapa waktu lalu seperti mencerminkan situasi itu.
Selebihnya, imbuh kegiatan ini adalah mengamati perubahan periodik instar. Berganti-nya kostum larva sesuai alih hari. Klo cuma mau visual instan, gak usah repot...saya cukup anjur pelotot youtube. Tuntas! jangan datangi pelosok tanah nagari kami.
Tapi justru disinilah peluang friksi. Semacam anomali pembanding kontradiktif. Kelak, wisatawan jenis apa yang diharapkan punya moda antusiasme kadar specialty. Dibanding dengan hanya seorang anumerta (eng :posthumous) opa/papuk Alfred Russel #Wallace (ARW). Seorang dengan multi kepengen-tahuan. Demi obsesi penjelajahan Nusantara rela berjibaku. Durasi waktu ngelayap 8 tahun. Klo bukan asbab faktor terjangkit ghirah akut. Ngalah-ngalahi standar backpacker level super blehek. Hingga melahirkan karya fenomenal "the Malay Archipelago". 
Saya pribadi, yang saat ini bisa hinggap di kampung Melayu - Ampanam, Lombock (diplesetin sebagai Kamlay). Cuma secuil porsi Melayu dari mahligai besar Melayu Nusantara. Masih heran tanpa tapal batas. Kegilaan macam apa yang bisa membuatnya tergerak. Menyatukan niat, motivasi dan persepsi utuh. Demi kunjungan penuh muatan avonturir kepulauan. Salut!!!
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari

fly like butterfly (1)

Misi kupu-kupu (1) - rekam FB per-1 Desember 2017
bukan soal trend, #Butterfly's backyard conservation toh sudah berlangsung lama di sekitar lingkungan rumah. Cuma dulu jaman Gingga kecil lebih suka amati Garengpung(tengkerek). Atau belalang mantis. Kupu luput perhatian...soal geraknya yg atraktif berpindah. Padahal...1 pohon jeruk (rutaceae) pernah kami tumpas lantaran terserang hama ulat kupu-kupu.
Untuk bisa picu minat ingin tau bocah itu juga susah. Untung, vegetasi sisa di kebun samping masih berdaya pikat. Bibit jeruk sukses tumbuh hasil cocok tanam Thoriq. Seekor ulat dalam masa transisi periodik metamofosa lagi nangkring disana. Dan ini bisa jadi pola simbiosis terapan belajar dari lingkungan.
Masih ada Angsoka. Tegakan belimbing (buah busuk ditanah..efektif jadi sumber pakan) Nona makan sirih, beberapa tanaman gulma. Dan satu jenis tanaman lain yang gak kenal identitasnya. Cuma gara dihinggapi jenis #Papiliopolytes..akhinya terungkap sebagai taneman inang/hostplant, Adalah #Zanthoxylum sp. dikenal debut #Temburu, secara umum lebih akrab nama Kari pulai. Termasuk jajaran rempah wajib di sajian kuliner aromatik. Ada yang menyebut sebagai #SalamKoja. Aksen kKampung Melayu-Ampenan menyebutnya "Kareple". Slang sengau khas ite-ite. Tepatnya dipake sebagai campuran pada masakan bersantan. Tidak saja kari/curry... gule kambing, dan masakan otak bajo bumbu santan (biasa dapet kiriman tetangga). Tetap dilestarikan baik kalangan warga garis Arab & India.
Daun Kari pulai jika dilumat akan terendus aroma menyengat. Secara hirarki takson masih famili Rutaceae. Kelompok Jeruk (citrus).
Ternyata bner adanya. Dengan mempelajari tabiat biota..dalam hal ini, kupu! sekaligus sambung khazanah vegetasi. Sedikit melebar akan menyinggung rempah & kulinari. Digiring lebih jauh, merayap sektor geografi dan teori penyebaran populasi kependudukan. Sejarah niagawan asal parsi & gujarat, itu baru sepersekian bagian migrasi warna bunga rampai. Pernik manikam yang membangun citra dan kultur mozaik Nusantara.

topik ganyang "Keong sawah"

Tulisan FB per-11 Desember 2017
singgung viral bahasan keong sawah....,
tentu beda lagi Bekicot..., menu khas orang perancis yang nyebutnya Escargot. Sampek ada ungkapan, blom dikatakan bonafide sebuah resto disana...jika pada list menu gak ada tercantum kuliner ini. Entah kapan booming disana. Mbuh!!!
Nah, sekitar awal taon lalu. Namanya berkecimpung sektor nyuplai bahan pangan. Sales Wong mCoco...mengenalkan escargot kemasan kaleng. Gak sempat terolah. Entah upaya sbg produk ujicoba. Kami saja susah, dus, mati gaya menawarkan pada konsumen langganan.
Bisa jadi ada banyak alasan. Terkait hukum haram jika jijay untuk kasus individu. Untuk penyelenggara usaha catering....apakah bisa didongkrak jd makanan esklusif? Jangankan mau dilabel keren escargot (snail meat) bagi warga Malangan bisa" kita dipisui wong sak dayak! Wong jelas" semua tau sebagai bagian kawula jaman past, Bekicot era 80-an sdh akrab bagi para bolang masa itu. Bekicot buruan strata akhir yg dilirik. Mendingan buru belut..urut berikut baru Qol. Siput sawah item yang klo di Lombok disebut Sisok.
Jelang awal 90'an di Malang, beberapa home industri mulai inovatif mengolah kripik bekicot. Kemasan plastik kecil harga 100 rupiah. Berlabel simpel...brand stamp pad tinta (ada jg tulisan tangan biasah  di kertas apa-adanya. Plastik kemasan boro-boro dilindas mesin impulse sealer. Paling keren andalin jilatan api lilin.. paling apes lampu minyak yang sudah dilepas batang semprong-nya! jadi bisa bayangin model press yang njlembret...njekitut..kayak kerutan wajah nenek Lampir. Jadi jangan ngarep nemu registrasi resmi berkompeten ala BPOM...apalagi stamp Halalal thoyiban.

Namun, dengan segala performa minor tadi. KripCOT adalah camilan keren bagi kawula kongkow mulut gang.. gaple'an pertelon atawa begadang simpang prapatan. Setiap rombong rokok bisa di pastikan available stok. Mekanisme distrusi-nya masif...semasif sebaran populasi esKicot. Betapa geliat ekonomi kreatif berbasis elan kerakyatan itu terjalin dengan lincah sekaligus indah (pada waktunya). Indeed!
Meski bisa jadi, di kekinian nasib kripCOT gak seheboh masa lalu-nya. Sama halnya dengan kerabatnya Sisok(keong sawah). Di lombok kerap hadir sebagai sate swuedap...legit pedas, mitra wajib pelecing. Sekarang jadi langka nemu inak-inak mobiling di kampung perkotaan, kecuali menu sate usus dan daging. Lenyap beserta sisa asap kenangan terlampir.

Lalu tiba segmentasi jaman NOW. imbau-imbau...suar-suar otorita pemerintah. Daging mahal... mari beralih alternatif pakan sikeong sawah. Dan saya-pun berandai jika nanti hadir wujud kaleng. Akankah diterima pangsa konsumen lokal dimari? hatta terpatri nama pabrikan Wong Coco. Disambut antusias...kagum keheranan,,,seolah dihadirkan kans memorabilia kulinari khas lokal. Atau malah ditanggap dingin...ekspresi momot-meco. 
Bisa juga reaktif gaya Malangan...ditawari suruh beli escargot wongCoco. Malah undang ekspresi Wong Mecoco. syukur-syukur sales-e gak di jumrah klompen by menungso perapatan, Refleksi-nya mau kemana kawulo bani instan sak niki-iki. Nostalgia bahan pakan dibubuh kemas kalengan. Atau ntar malah terjebak jargon-jargon kontradiktif...kerawanan pangan... kemandirian pangan. ke-mana-tahan-an pangan...pomeo-beo, tahan jangan makan, sitir dan setir dalil aqli puasa. Segitu mbulet-nya.. padahal tajuk kita hari ini ternyata cuma ilusi pangan. Ayo ndang...keburu expired!

yuk...tekuni KUPU_KUPU

Upuk-upuk yang ucul...., 
Backflash, tematik hari museum internasional 2014. "Museum collections make connection". Cover stamp album ini seolah merangkai mata rantai pola terkait. Meski didalemnya cuma nyantol satu koleksi 'Konferensi International Kupu-Kupu' taon 1993, nominal Rp 700,- (Perangko kilat saat itu). #Papilio blumei, si endemik asal Sulawesi Utara. Jelas gak bakal nemu di Kerandangan :) Kelayapan pagi...jalan & pepohonan adalah refreshing di saat lalu-lintas berangkat padat. Fabaceae..kelompok legum...papilonaceae, kelompok bunga kupu-kupu asal Dadap..dan seekor ngengat nangkring manis dibalik daun si Ficus. Klo susah identifikasi... artinya perlu banyak pengengat!! 🧐












6 November 2017: siang tadi, tumben maen ke kantor BKSDA. Nyambung silaturahmi, nyaris dasawarsa gak kunjung kemari. Oleh"nya, buku panduan lapangan kupu-kupu. TWA Kerandangan. 
*Krucil bakal punya kegiatan tambahan lain


Well, ada beberapa liputan khusus yang melatar belakangi kegiatan konservasi Kupu. Diantaranya adalah kegiatan kunjungan ke Bukit Tunak - timur wilayah kuta. Saya begitu antusias, selain faktor wacana baru.. tentu saja ini bakal menjadi referensi kegiatan para krucil di jeda-jeda berikutnya.

liputan per- 29 Oktober 2017
ada apa dan kenapa #TUNAK??
kunjungan Minggu yang disengaja.... tempat ini kategori kawasan konservasi di bawah naungan pengawasan dan wilayah kerja instansi BKSDA. Klo dari intipan peta citra ala GoogleMap, lansekap gumi selatan lombok ini akan tampak berupa poligon dengan tutupan tajuk hijau cukup rapat. Dibanding zona atasnya sebagai lokasi pemukiman warga (landuse).
Seperti biasa tempat ini berhawa nanar terik. Tibalah kami di gerbang sebuah komplek graha yang baru dibangun. Masih dalam proses finishing. Ini terkait dengan program penyiapan lokasi TWA Tunak sebagai lokasi pengembangan pariwisata pangsa khusus Korea Selatan. Melalui kerjasama RI-Korsel.
Serangkaian daripada itu ada juga sisip program pemberdayaan masyarakat lokal untuk penyiapan tenaga terampil dan konsep wisata berbasis wacana desa pesisir. Misi kali ini memang terkait briefing untuk program pelatihan bagi sekelompok kawula lokal disana. Yang akan diselenggarakan itungan hari, ntar lagi.
Yah. gunduk bukit ini memang belum total kami jelajahi lebih rinci. Cecuit burung disana semacam mengundang hasrat aksi bird watching. Agenda simultan yang moga jadi alternatif pengembangan sesi wisata berikutnya. Sementara serangkaian jajaran tebing" disebagian lingkar kawasan bukan rahasia umum lagi. Sudah jadi tongkrongan wajib Cliff Fishing. Belum lagi penangkaran kupu. Ah!...sebuah geliat penasaran taraf dini. Let see....

Liputan per-2 November 2017
tim Tunak get challenge....,
masih terkait soal pemberdayaan masyarakat lokal rana pengembangan wisata di lahan konservasi wilayah kerja BKSDA. Tim perwakilan lokal ini bertajuk inisial kelompok "Tunak Besepoq". Sebanyak 14 dibagi 2 kelompok diboyong ke Senggigi sebagai tindak alur bina diklat. Mereka ditugasi emban tantangan, dialog menghadapi tamu asing dengan bekal kuisoner. Meski dengan modal penguasaan bahasa inggris alakadar secukupnya. Jadi ini semacam media pemicu untuk maju.
Selain itu ada sesi kelas. Pembahasan materi dan diskusi. Termasuk bekal materi pengembangan diri. Melalui motivasi dan memupuk kepercayaan diri dan kelompok. Pake metode praktek hipno-terapi. Lumayan berjalan interaktif meski selama acara berlangsung sempat hujan deras,

Sesi akhir melakukan kunjungan ke kantor Perama Tour. Belajar langsung dari pihak Perama T&T. Penyelenggara paket" wisata yang dikenal sebagai perintis usaha wisata yang gak perlu diragukan lagi eksistensi-nya.
Ah, paparan ini agak buru-buru. Pagi ini kami akan kunjung Tunak. Kali ini giliran tukar peran..., Kami akan berprilaku sebagai tamu asing. dan rekan" tim Tunak akan menjadi penyambut kami. Simulasi program sejauhmana pembelajaran ini efektif dilakukan, Serap-Terap, something like that!
So, tunggu saja kelanjutannya di ungguh posting berikutnya. 

Liputan per- 5 November 2017
Jumat lalu...agenda liputan TWA Gunung #Tunak.
Simulasi penyambutan tamu Korea oleh tim "Tunak Besopoq". dilokasi Taman Wisata Alam #gunungTunak. Musik tradisi...pembuatan minuman herba dari tanaman asal habitat lokal (Kesambi). Butterfly trip dan identifikasi vegetasi pakan ulat kepompong. Pengolahan jajan tradisi..Sumping,Celilong (jawa: Lemet) & Pumpkin soup. Sajian prosesi Kain tenun dan pembuatan anyaman topi/songkok, dari daun mali (kelompok Palmaceae).