Sabtu, 23 Juli 2016

Ngomik...nyergam SANITASI,

Ada sedikit sekali catatan Ramadhan yang baru saja terlewati. Bisa jadi saya gak bisa total alami tafakkur dalam arti hakikat sebenarnya. Hanya menyesuaikan ritme ksanggupan dibatas lumrah manusiawi.
Syahdan, kadang memang kita butuh persiapan lebih matang. Sekalipun secara tatanan sosial dan aktivitas harian bisa saja ada bumbu-bumbu lain yang datang. Dijalani saja.

Nyambut ramadhan kali ini agak beda. Biasa-nya saya mulai mencanangkan upaya pendekatan diri. Bisa dengan rutin tadarus. Menyempatkan sebisa mungkin rajin jama'ah di masjid saat panggilan fardhu. Atau jika ada kesempatan momen blusukan bisa mampir ke beberapa masjid yang belum sempat di kunjungi. Pada awal marhaban..sebenarnya sudah ada canang ide. Mau-nya mulai tergerak bikin sketsa-sketsa masjid. Mengaitkan julukan Lombok pulau seribu masjid dan menuangkan dalam bentuk sketching. Itu mau-nya..., sudah jadi motivasi lama sih. Cuma belum kunjung sempat direalisasikan. Tapi, ada saja kendala. Bahkan, satu rekan malah memberi 1 kans tantangan. Dia berkutat peran ketua dalam komunitas hijau kota kita. Menautkan 1  link di wall FB persis jelang masuki awal Ramdhan. Ada lomba bikin komik dengan tema Sanitasi dan penyehatan masyarakat. 

Sebenarnya materi lomba ini sudah cukup lama digaungkan. Baik lokalan kota Mataram melalui dinas Pekerjaan Umum. Hanya saja saya abai. Gak tergerak sedikit-pun. Tapi entah, momen kali ini seperti ada daya "magnit" tersendiri. Sekalipun hasilnya ntar mau juara apa tidak. Apa yah?! justru energi ramadhan seolah membangkitkan efek bara sekam. Ayo..berpartisipasi. Toh masih ada jeda waktu 2 bulan hingga batas pengiriman karya. 15 juli kemarin. Sudah diterima via e-mail oleh panitia pusat Jakardah!


Berkutat TOOLs lagi...,
Menurut catatan di postingan FB. Aksi coretan awal komik ini dimulai dari 17 Mei. Sekalipun pada pengumuman final, akhirnya memang gak masuk nominasi. Tapi paling tidak sudah ikutan andil. Dan mengisi kegiatan penuh di lintas Ramadhan.

Faktanya, bikin komik memang susah. Gak seperti bikin single page karton ataupun komik stripe. Komik multi halaman.. butuh lebih banyak asupan ide dan kreatifitas. Dari sejak menciptakan karakter. Menentukan alur cerita. hingga pewarnaan. Apalagi saya masih mengandalkan tehnik manual.
Sekalipun ada rentang sekitar 2 bulan. Tetap susah. Malah sempat saya heng...., ragara tematik tema Sanitasi agak melenceng dari misi instansi penyelenggara. 
Wajar sih, wacana tematik komik sanitasi ini berangkat dari kubu Kementrian Pekerjaan Umum - Direktorat Cipta Karya, juncto Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Aplikasi program utama-nya adalah membangun prasarana bagi masyarakat. melalui terapan program Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat). 
Sementara saya sendiri masih kagok. Sebab latar belakang pengalaman pernah ikutan di program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yang jelas-jelas sangat bertolak belakang. Karena merupakan pendekatan strategis dari payung Kementrian Kesehatan. Justru pendekatan lebih pada upaya penyadaran dan tips pemicuan. Cuma beda pola strategi dan target sasaran.
Hehehe... saya pikir yang pernah berkecimpung jagat tematik Sanitasi pasti akan ngerti. Apalagi masih aktif dulu itu saya berperan sebagai insan NGO bidang terkait. 
Swear sodara-sodara..., menyatukan misi dan fakta lapangan itu kadang sangat menguras nurani. Apalagi ketika hendak menyajikan dalam bahasa gambar berupa komik. Dan masa ngadat itu bisa dibilang etape stagnasi yang sangat menyiksa. Menjemukan sekaligus muak. Tapi, pada akhirnya saya tetap berpegang pada fakta seolah-olah. Dalam alun cerita yang saya paparkan, bahwa suatu program apapun akan bisa dilakukan atas pondasi kolaborasi yang mantap. Dan demi tujuan itu... saya sangat ogah menggali karakter antagonis. Bakal lebih serap idealisme... dan simulasi-simulasi komplikatif. Jadi, lebih di sederhanakan. Pesa moralya sukses program teraih jika melakukan upaya gini loh... bukan semata ada pemaksaan dan rekayasa keberhasilan. BAHKAN, ngomik itu perlu jujur. itu saja alasan utama-nya! Pelototin proses-nya saja yah.....,

diawali dari test case... behind the scene... reka-reka karakter...















BEHIND THE SCENE




Sketching pensil






Outline...segmentasi dan alur cerita....,








Proses pewarnaan....,












Sampul/cover depan...,




Selanjutnya... jika ingin menikmati secara lengkap alur kisah komik ini.. silahkan kunjung ke Blog http://glxgallery.blogspot.co.id/2016/08/sanitasi-dalam-komik.html
Semoga membawa kesadaran dan pencerahan bersama.. Amiiin


Cerita di balik Perangko... (again)

Tulisan comotan FB :

Gak sengaja buka buku Filateli. Semacam buka kisah energi" lama. Terutama koleksi dari negara lain. Pertama, gak sulit dapetinnya. karena saat itu saya masih aktif kerja di pariwisata. Masih saja ada nongol seliweran surat dari tamu dan kolega markas besar "Rinjani's Divers". Tapi juga ada beberapa yang khusus buat saya pribadi.
Selain bisa menikmati keunikan masing gaya penyajian gambar dari negara" itu. Sebagian besar juga menyimpan kenang cerita tersendiri. 
Semisal tamu asal Singapore. Mungkin puas dengan layanan sebagai mitra nyemplungnya. Kelak saya dikirimi Fish handbook. lengkap dengan perangko 3 jenis karang cantik spesies beda. tak pikir" mereka itu tipe orang ekspresif! Mix-matchnya sangat konek!!
Atau beberapa perangko utuh (bukan bekas) asal temen jepang. Mami Fujiwara, seorang diver juga. Gaya ikoniknya agak manga" gitu sangat khas Nihon. Koleksi ini dia kirim sejak tau klo saya punya map khusus perangkat koresponden dan tools gambar. Sekalipun akhirnya saya kehilangan jejaknya.
Perangko 'utuh' asal Amrik. ada gambar birdie.. melihat spesies dan gaya kuncung-nya mengingatkan varitas indonesia si Seriwang. Perangko bertahun 1996 ini bertampilan stiker. jadi gak perlu sibuk cari lem jika hendak digunakan. Ada juga duo-buah stroberi & Murbei total nominal 66 US$. Ikonik buah biasa tapi kisah dibaliknya gak kalah menarik. Perangko ini nongol setelah sekian hari saya mengalami "perang-batin". Ulah tamu yang hengkang mendadak dari hotel Intan Laguna Senggigi (sekarang : Santosa Hotel). eh, mereka bablas check-out hotel tanpa menyelesaikan pembayaran jasa penyelaman. Biyuh !! Terjadi di kisaran 1998 akhir selagi fluktuasi kurs dolar-rupiah kayak sedang ber'main' di trampoline. Perangko + surat mereka tiba lengkap berisi Cheque 120 US$. level kurs sedang di harga 8000-an. Terpaksa saya mudikkan sebab nilai susut yang lumayan jika dikaitkan bea administrasi bank. Saya minta opsi transfer bank konvensional saja. Pokoke tau beres. Tang-ting-tang-tung...beberapa hari kemudian transferan itu masuk mulus. Asik-nya transferan sedang nangkring top peak di 16 ribu rupiang. Yah.. ada 'alibi' hikmah ujian. Sekaligus cerita tiban untung khas para pekerja rana wisata di kurun itu. Temporari paska kerusuhan 98 dan laju dinamika reformasi. 


Sementara perangko gambar Tintin & Snowy asal Holland. Rujuk literasi karya Herge "Ekspedisi ke Bulan" itu hadir dari kiriman kartu pos. Diver asal belanda itu pernah keasykan ngobrol di Meno... selagi saya menyelesaikan satu plank Papan nama dengan tampilan gambar biota laut gaya kartunikal.
Gitu juga dengan segelintir perangko asal NewZealand. eh, ini sih alur komunikasi dengan mbak Juanita Mandagi yang sedang fokus selesaikan program S2-nya.
Terakhir, stamp triple burung asal Aussie. Klo ini mengingatkan proses sinau, sinergi dan dialog tentang Aves identik dengan seorang tamu yang punya wawasan menarik tentang burung. Persis selagi saya nimbrung di kegiatan pendampingan masyarakat gili indah. Bermukim di gili Meno.. saat identifikasi burung khas wetland di danau air asin gili Meno juga bertepatan awal pendirian Meno Bird park. One moment in time... kira-kiranya!



**Perangko itu macem batu tulis 









Aku... IBU-ku... korespondensi & FILATELI...,

Yah, 
menjalani kurun Juli.. itu semacam pit-stop bulan yang penuh dengan refleksi diri. Sejak awal dekat momen lahir. Lalu berlanjut tiba momentum Idul Fitri. Kiprah peralihan ramadhan menuju syawal. Bak tirai tipis di lintas segmen waktu. Kemeriahan-kemeriahan itu berlalu. Euphoria kemaslahatan umat juga mestinya kemampuan intropeksi diri dan kolektif. Moga saja!
Dan 11 Juli ini tiba pada momentum 2 tahun wafatnya ibu kami tercinta. Ada irisan keping haru yang tidak terlukiskan. Sekalipun sebagai ibu dan anak, kami memiliki ikatan tersendiri. Semenjak saya terpisah teritori. Yah, tulis-menulis surat menjadi satu media penyambung. Jembatan komunikasi tali asih. Dan perangko-perangko lama di album filateli menjadi jajaran koleksi dan saksi bisu. Perjalanan waktu. 

tulisan FB :
Kilas ballik, dari hubungan "spesial" kami adalah jembatan surat-menyurat. Media pamungkas menyalurkan harapan..keluh-kesah hingga menguatkan satu sama lain. Dan dari sekian lalu-lintas korespodensi itu... cuma perangko-perangko kusam penuh kenangan itu yang bisa saya simpan. Menyambung "tali bahasa" antara Malang-Mataram di kisaran 1992 hingga 2005.
Dengan membuka kitab filateli ini betapa banyak momen dan rekam peristiwa yang mewarnai. Dari sejak edisi Pelita V dan VI di-era embah "sik Penak Jaman-ku Toh"..hingga dia geblak di 1998, muncul juga edisi reformasi. dari varian perangko gambar pak Harto multi pecahan nominal. Dari harga tajuk layanan pos kilat 500,-..naik 700,- hingga lupa berapa. Serasa rekam catatan ringkas peradapan ada dibalik gambar" itu. Bahkan, jika kaum sekarang sedikit mencibir soal trending topik rebak batu Akik di 2 tahun lalu. Waduh le-tole..nduk-genduk..., bahkan pihak Pos&Giro ini pernah buat edisi Calsedony angka tahun 2000.Merah daging-nya bisa merujuk Red Baron asal Pacitan..Red Raflesia bengkulu..Kecubung Api.. hatta, sub Bacan Obi merah (yang heboh 10 tahun kemudian). Dan koleksi yang paling saya sukai adalah aneka flora-satwa endemik khas Indonesia.

Ah, apa kabar Ibunda-ku sayang? cuma selayang lantun doa-doa...yang kini bisa aku hantar. Tanpa kertas..amplop dan perangko. Rindu ku putih tak ber-materai. Engkau..adalah sosok tak tergantikan. Setiap waktu... tanpa perlu tunggu momentum 22 Desember.