Minggu, 09 Agustus 2015

Dive me One...dive me more....annually,

Telling story ... below the water...,
Ada beberapa unek-unek yang sempat terlintas dikurun taon ini. Berkaitan dengan dunia bawah air. Hanya saja, seperti yang sudah-sudah. Meluangkan waktu untuk mencurahkan segera menjadi kendala tersendiri. Ada perihal batu asal sejenis karang yang kemudian sempat menjadi incaran di kalangan penggemar akik. Hingga etape terakhir ini sepertinya sudah mulai surut trend. Artinya, ada probabilitas untuk di-ulas tersendiri. Meski, tentu saja, gak perlu momentum ketika ikon bersangkutan menjadi booming sesuai periodik waktu. Yah, itu lagi penyakit kambuh. Kadang, saya punya kebiasaan aneh, mungkin buruk. Ogah ulas saat itu juga akibat faktor 'must share now'. No...no.., kadang kala saya berpikir gak ada sesuatu hal yang menarik untuk di-ulas ketika khalayak pada fokus di tema sama. Segala-nya terasa hambar. Efek dari homogenitas. 

Belum lagi, aktivitas bertindak dalam rangkaian divisi supplyer juga cukup menyita waktu. Belanja... nyusup pasar. Hunting tempat strategis harga miring. Tapi secara fisik kegiatan ini bisa saya lakukan bersama anak-bini. Bersyukur tetap adad momen kebersamaan yang dihadirkan. Lebih-kurang sudah sita 3 tahun berjalan saya geluti. Juga ada perihal tematik hasil laut. Ikan eksotis... serta wacana pendamping yang menjadi kontradiksi. Bakal ada satu ulasan khusus nanti-nya.


Di bidang rana penyelaman..., Bisa disebut sangat minim aktivasi. Masalahnya mungkin kembali pada niat. Klo sudah terpatri di-hati... rasa-nya pondasi keukeh itu bakal bertahan seperti fenomena akar tunjang. Gak geming oleh tawaran tematik dive rekreasi yang ber-tubi ajakan-nya datang. Masalahnya bukan berarti saya pingin melepas total kegiatan ini. Hanya sudah kadung meluruskan niat tadi. Saya hanya bakal minat pada ajakan rekan di tema Komersial Diving. Tidak lagi berwawasan wisata dan handling tamu. Kalo-pun berwisata... justru saya ingin-nya menjadi kategori tamu. Berstatus penyelam yang merasakan konsep penyehatan jasmani & rohani bagi kepentingan mandiri. Lebih meresapi hakikat kejadian dan keindahan alam. Bekal memupuk kantung religi.


Bermimpilah...  makes your dream comes true
Alhasil kans itu-pun terjalani dengan tidak ada rutinitas jadwal. Terhitung ada 2 jeda tahunan saya mendapat tawaran kegiatan penyelaman. Pertama, ditahun 2014. Paska nimbrung jadi panitia KPS pemilu legislatif, Sehari kemudian saya bertolak ke Belitung. Kali ini ajakan rekan diver kubu Semarang. Bukan main sumringah-lah! lha wong, secara wish-list niat bertandang 'negri laskar Pelangi' sudah ada sejak lamaaaa. Hanya gak bisa memastikan. benang merah apa yang bakal menghantar saya kesana, kelak. Dan sekali lagi, saya selalu mensyukuri tentang hikmah-hikmah kemudian. Betapa hidayah itu kerap tiba setelah kita bayangkan.. lalu di proyeksi, dilumuri berliter-liter doa. Membingkai cerah harapan dengan rela membiarkan untuk Tuhan sendiri yang mengatur waktu-Nya.  Dan segmen-segmen yang sebenarnya 'tidak kebetulan' itu akhirnya saya temui saat berkunjung ke Museum Kata milik Andrea Hirata. Penulis fenomenal tentang negri Laskar Pelangi. Betapa dahsyat mimpi itu. Saya akhirnya ketiban realisasi mimpi basah. Berbasah kuyup di kedalaman sebagian samudra sudut Belitong. Alias nimbrung di kegiatan pelatihan kursus penyelaman bagi staf DKP Manggar BelTim. Memang sih, gak total menikmati paras lansekap-nya. Butuh in-depth di kesempatan lain (kelak, semoga lagi). Akibat keterbatasan waktu dan konsentrasi jatah ajar. Hanya jelang momen pulang, saya singkat termenung. Mendadak saya di-ingatkan lagi dengan kata-kata mutiara sang tokoh dunia, disebut Bapak Penyelam Dunia, Jacques Yves Cousteau. "Leave the Bubble... Take only Memories". Setengah berdecak saya memaknai kata-kata itu. Bukan memaknai secara harfiah perihal arti 'bubble'. Ternyata secara lafal ujar.. Bubble disebut secara ejaan mudah sebagai BaBel. Akronim dari Bangka-Belitong. "Gelembung-gelembung" yang saya dapati memang nyeleneh... mereka muncul permukaan, persis tabiat balon kata di panel cerita bergambar. Terjemahkan dengan sendiri-nya.. Bingo!!!

Kans ke-dua, kegiatan diving komersil ini justru terlaksana jelang momentum menyambut Ramadhan 2015. Sebenarnya gaung penyusunan tahap perencanaan proyek pengaliran air bersih untuk konsumsi 3 gili (MATra) sudah ancang-ancang digeber sekitar 3 tahun lalu. Entah karena sesuatu dan lain hal, pada akhirnya perencanaan matang-nya dilakukan kembali tahun ini. Secara spesifik keterlibatan kami (saya & rekan buddy) adalah memantau kondisi substrat dasar perairan yang kelak akan dilalaui alur pipa PDAM. Terutama pada kawasan gugus terumbu lingkar pinggir gili/pulau (Fringing reef). Juga gundukan terumbu tengah, lebih identik dengan penyebutan taket. Berbekal peralatan scuba dasar. Pencatatan detil spot-spot karang yang dilalui sesuai tembakan arah u/w kompas. Mengikuti bentangan meteran gulung yang oleh 2 partner diver lain telah di patok lurus mengikuti bearing kompas. Setelah memasang beberapa patok pancang besi. Persis seperti melakukan tehnik permanen transek. Hanya lebih ideal klo saya sebut sebagai metode transek yang di modifikasi. Menyesuaikan faktor kebutuhan dan rupa lansekap di habitat nyata.
Sementara tim permukaan yang ada di-boat, sebelumnya berdasarkan titik kendali awal transek (berupa tanda floating sosis dan bentang vertikal tali) langsung mencatat titik geografis dengan handy GPS. Artinya, secara seksama berupaya mendekati perhitungan akurasi maksimal. Tindakan ini wajar dilakukan mengingat secara habitat perairan sangat identik dengan pengaruh angin dan arus. Pergeseran titik itu akan sangat mudah terjadi. Sisi mudahnya, untuk spot awal yang ditentukan dari pesisir pantai Sire menuju ke point gili Aer sudah ditandai sebelumnya. Karena koordinat dan penentuan zonasi telah jauh hari diberlakukan oleh pihak berwenang. Otorita pengelola status kawasan gili dibawah BKKPN (Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional), Unit Pelaksana Tehnis dibawah naungan lembaga besar-nya DKP. Missing link... setelah saya 'paused' lama di kegiatan tema perairan, ternyata UPT ini-lah pengganti peran KSDA sebelumnya. Setelah proses panjang serah-terima status pengelolaan kawasan Taman Wisata Alam Laut, gili MATRA dari kubu DepHut ke DKP. Dikurun lebih dasawarsa lalu, lebih-kurang.
Selanjutnya, pesan koordinator pelaksana kegiatan, sensei Eko Pradjoko". pokok-nya kalian harus lurus...ikuti "KIBLAT" yang sudah digariskan. Yayaya.. ini adalah sinergi menyesuaikan amanah jagat pernyemplungan "Plan your Dive... Dive Your Plan"


** catatan khusus : menulis sesuatu yang sudah pernah kita alami kadang bikin males"an. Karena secara segmentasi, perca-perca artikel ini sudah pernah saya tuang dalam aktivitas mikro blogging di FB. Alhasil betapa banyak makan energi pungut mozaik artikel ini. Semacam gak tertantang untuk menuangkan esensi artikel dengan penyajian up-to date. Tapi sekalipun gitu semoga tampilan wacana basi ini tetap ada nilai manfaatnya. Setidaknya bisa jadi pembelajaran rekan-rekan yang menggauli bidang sama. Selanjutnya biar penyajian visual saja yang ambil alih. Keep on eyes...., 

diskusi soal tehnis & metode penyelaman di sekretariat BKKPN Bangsal-KLU
pak Eko Pradjoko (baju putih-biru) adalah dosen fakultas Tehnik- Unram

Kondisi peta kontur... penyesuaian bearing compass



pengukuran elevasi air laut, di ukur saat air pasang tertinggi, Lokasi : pantai Sire - Lombok Utara
2 mahasiswa kru dari pak Eko, sekalian praktek kerja lapangan


Pak Eko dan asisten penyiapkan perangkat GPS dan tranduser fish Finder

membaca sea-bed...tampilan 2 dimesi & koordinat

boat yang lega...memudahkan penempatan peralatan, tapi menyulitkan gerak saat kordinasi
kinerja penyelam dan kru permukaan.

perbekalan sensus bawah air... sabak teflon.


go down.... let start working buddy! 

2 rekan diver ..mematok tiang besi dan membentang meteran gulung

mengukur jarak antara 2 alur pipa.

ini saya,tugasnya nyatat.. mendeskripsikan varian kedalaman dan spot-spot karang

ini merupakan pelindung sekaligus fungsi pemberat dari pipa yang terpasang sebelumnya
Lokasi : sebelah timur Gili Aer

starting point : di titik timur gili Aer

Kondisi bottom di taket tengah, antara gili Aer dan pantai Sire
dominasi pecahan karang (Rubble)

Selasa, 04 Agustus 2015

after a year......,

Ugh! Bisa dibayangkan betapa lewat setahun persis. Betapa keinginan ngeblog dengan niat jejali kisah keseharian itu  juga sangat membosankan. Jengah... hingga lahirkan enggan akut. Cukup dengan menandai pada postingan akhir blog. Kurun setahun ditandai oleh interval 2 kartu digital versi ucapan idul Fitri. Ayo-lah! bangun lagi...., kita dan kita telah terlahir sebagaimana kertas putih, kembali pada fitrah kemanusiaan. Reborn after a year...., Tapi yang jelas, bukan dimaknai seperti orok lagi. Tanpa bekal apapun...gak bisa ngapa-ngapain.
Ungkapan singkat "power of Now" mestinya bisa jadi motivasi berulang-ulang. Paska terpuruk... setelah mangkir dari kesenjangan rasa yang berlarut. Energi pembiaran lebih pas disebut.

Pada titik nadir tertentu. Kadang saya merasakan dari kabut kebosanan. Akibat seringkali kontradiksi konsep 'ogah' ketergantungan total terapan tehnologi rana digital. Sekalipun tetap saja, untuk hal-hal tertentu tidak bisa lepas begitu saja.  Lha wong, secara spesifik, aklamasi dulu telah memproklamirkan untuk menjalankan sebagian geliat usaha/niaga dengan basis aplikasi tehnologi informasi. Jadi sangat tidak mungkin bersitegang. Harus ada porsi kompromi. Jadi, ini hanya upaya me-minimize aktivasi di dunia nyata tidak semakin terabaikan dengan kungkungan dunia maya. 

Kalian tau knapa? sebab ketiban peran jadi orang tua itu miliki beban secara psikologis. Kog bisa? ya iya..., Betapa susah melihat para bocah seperti tidak bisa lepas dari keypad... tuts-tuts di aplikasi moda gadget. Jemari mereka semakin hari semakin menuntut lebih. Sedikit-sedikit, setelah berkegiatan apapun langsung nanar menatap gadget. Dikit-dikit, berharap ada tunjangan dana pulsa untuk sekedar download game versi baru dari tawaran aplikasi android. Sebentar-bentar, sembunyi dibilik lain... mengecilkan volume demi melahap dengan keseriusan tingkat lanjut. Bermain game..., giliran cetus suara.. akibat antar 1 dengan sodara lain minta jatah bermain di gadget sama. Hehehe...., amat bikin pusing kadang. Satu sisi, mereka lambat laun mengembangkan sikap tidak terbuka. Susah dan enggan berbagi... sekalipun secara terapan terbaru ada game yang bisa bersosialisasi dengan mitra maya dibelahan bumi manapun. Tapi ini juga sangat meresahkan. Faktor demam... ketergantungan. Dan yang paling memprihatinkan, gejala makin menjaga jarak dengan lingkungan sosial sekitarnya. Sekalipun belum sampai tahap itu... tapi sebagai filter antasipasi kesenjangan akibat ulah terbui dilingkungan baru, tanpa realitas nyata... tapi kerap menghadirkan penasaran bertubi-tubi. Ah, sudah semestinya peran serta dan tanggung jawab kita sebagai oarang tua lebih mawas dan awas terhadap gelagat di masa transisi. Perubahan itu memang sunatullah... namun tetap ada koridor yang perlu dipertahankan. Semata letakkan sesuatu sesuai fitrah... tapi bukan demi pangkas ide dan kreatifitas penunjang yang kita miliki secara lahiriah. Mengendarai aplikasi yahud di rana digital sana.


Kembali pada situasi..., Setiap menatap lembaran putih 'compose' blog, lagi-lagi saya dihantarkan pada fenomena kontradiktif tadi. Antara enggan... bosan... sekaligus tertantang mengisi tentang hal-hal baru terbaharukan. Dan demi menyatukan hal-hal yang bertentangan dan satu sisi lagi sebenarnya bisa mengembangkan manfaat lain. Tentu ada hal-hal lain yang bisa diterapkan. Dengan pola sederhana...  memicu kreatifitas. Apa ya? Daripada susah mencari tema baru. Kebetulan stok kotak-kotak kecil yang biasa saya pakai untuk kirim aneka barang untuk penunjang atribut niaga online sudah ludes. Yah, dengan konsep bersama... kami nimbrung sekeluarga. Saat hendak beli bungkus cover ternyata kertas kado ber-serat yang  biasa saya pake mulai naik harga? Ini sih bertentangan dengan prinsip ekonomi. Akhirnya setelah menimbang dan mencari bahan alternatif murah-meriah, pilihan jatuh pada pemanfaatan limbah. Recycle... reduce... reuse..., 
Kotak karton made in our house kini berpenampilan semarak berkat cover kertas tabloid Lombok Guide. (dibagikan gratis) Menampilkan kaya warna dan informasi seputar info pariwisata wilayah kami. Yah! itung-itung ini juga bagian langkah sebagai duta wisata dengan cara paling mudah. Ikut berpartisipatif dan andil serta dalam penyebaran virus.. silahkan datangi pulau kami. Promo aksi... kliping ikonik. So, it's about propaganda, Pieces of Lombok... Read your news-paper