Sabtu, 26 Desember 2015

Baksos Bekam Massal


28 Februari 2015 : Tumben, saya bisa ikutan gabung di kegiatan Baksos bekam masal. Kali ini, berlokasi di Desa Mas-Mas, Kec. BatuKliang Utara, Kab. Loteng. Kerjasama komunitas Tangan Di Atas (TDA) dan Rumah sehat Ar-Rayyan. TDA merupakan sekumpulan beberapa entreprenuer lokal yang punya misi, visi dan aplikasi gerakan sosial terhadap kepedulian masyarakat yang berada diseputaran pulau Lombok, melalui himpun dana CSR dan keterkaitan dengan beberapa pihak pendukungnya. Simpatisan lembaga maupun personal. Tim Ar-Rayyan yang urun gawe ada sekitar 12 orang. Terbagi untuk penanganan 2 tim sesuai kelompok gender. Warga setempat begitu antusias menyambut gelaran acara ini. Bahkan, melebihi (lebih sedikit) target jumlah 100 pasien yang datang. 

Menariknya lagi adalah faktor pemilihan lokasi. Desa Mas-Mas merupakan kawasan wisata berbasis kekayaan alam pedesaan. Menerapkan sistim pengelolaan berbasis masyarakat. Indepedensi yang berakar kuat demi mengangkat harkat citra dan paham atas potensi lokal yang mampu di tumbuh-kembangkan. Semacam istilah keren, Eco-tourism based on local community management. Sudah banyak tamu wisman yang berkunjung di desa ini. Bisa dibaca pada pampang liputan berita majalah dinding berupa 'mozaik' perca artikel koran dan media lokal, yang terdapat di "Sekretariat Bersama" mereka. Sekaligus menjadi markas kegiatan kami kemarin.



Konon, motor penggerak dari aksi pemberdayaan ini berasal dari pondok pesantren yang ada di desa Mas-Mas. Kader-kader dibentuk melalui para santri. Untuk melakukan pemandu handal lokal bahkan para siswa di SMA setempat dilibatkan. Membiasakan diri dengan aktif berbahasa asing. Terutama di lingkungan Sekretariat. Well, pengumpulan serpihan informasi ini tentu belum maksimal saya lakukan. Mengingat eksistensi 'peran' kemarin sebagai terapis, tidak memberikan banyak luang untuk bertindak rangkap himpun akurasi data. 
Kembali pada misi kolektif, semoga secuil pengalaman ini bermanfaat, Insya-Allah. Membumikan kembali Thibbun Nabawi di (sebagian) gumi pertiwi.













Jumat, 06 November 2015

Belajar Bekam al Hijamah....,

Ah, 
Barangkali kalian sudah cukup mengenal istilah Bekam. atau dalam bahasa keren-nya lebih dikenal dengan ODT (Oksidan Drainage Teraphy). Secara mudahnya dipahami sebagai salah satu metode alternatif tindak non medis di rana kesehatan. Klo istilah umum lebih sering di sebut Kop. Dulu saya lebih familiar dengan istilah ini. Sebagai pengganti metode kerokan.. klo lagi masuk angin. Kelak, setelah mendalami bekam saya baru ngeh. Kop..adalah istilah serap asing dari cupping. Tehnik penyembuhan dengan cara penghisapan memakai 'gelas' khusus. Hanya saja kop/cupping pada tehnik penyembuhan ala bekam/ODT dibagi menjadi 2 cara. Metode basah dan kering. Bekam luncur adalah metode mirip kerokan yang dilakukan secara kering. Artinya badan cukup di lumuri minyak lalu dilakukan bekam luncur/kering. Sedangkan bekam basah, dengan cara menyayat/melukai sedikit pada permukaan pori kulit. Selanjutnya dilakukan penghisapan untuk mengeluarkan oksidan (ampas metabolisme). Atau secara awam kita menyebutnya darah kotor. Ada juga penyebutan darah mati, sebab merujuk pada akumulasi toksin/racun yang kemudian terdorong kepermukaan kulit, selama proses sirkulasi darah. Nah, darah kotor (darah mati/static blood) also known as Oksidan itu yang perlu dikeluarkan dari tubuh. Karena jika dibiarkan mengendap bisa mengganggu kondisi normal kinerja organ penting tubuh manusia. Ataupun menghambat proses sirkulasi darah. yang otomatis berujung pada malfunction tubuh. Terganggu kondisi fisik. Hingga memicu timbulnya benih penyakit.

Yang perlu dipahami, darah kotor/oksidan sifatnya tidak berbau seperti halnya darah segar. Darah segar dalam tubuh kita selalu bergerak sesuai fitrahnya. mengantar sari makanan dan udara yang diperlukan untuk keseimbangan kinerja tubuh. Darah kotor/mati tadi dihisap 'hanya' sepersekian mili dari permukaan kulit. Tentu ada pengetahuan dan kaidah khusus untuk bisa melakukan-nya. Maka itu perlu ikuti kursus dan diklat untuk mempelajari bekam lebih lanjut.

Tambahan, secara lokal sasak istilah bekam dikenal dengan sebutan Betanggik. Istilah ini lebih merujuk pada praktek umum bekam yang dilakukan secara tradisional dengan menggunakan media tanduk binatang sebagai pengganti cup/kop. 
Singkatnya, saya mengenal bekam secara spesifik dan beberapa aplikasi kesehatan mandiri (ala Thibbun Nabawi) melalui sekian seminar yang diadakan rekan penggagas di lingkungan komunitas dakwah. Tadinya sebagai upaya kontribusi tambah pengetahuan saja. Sekitar tahun 2011. Beranjak ajakan mulai intensif. Selain juga saya mulai tertarik untuk mencoba bekam, posisi pasien. Artinya kudu merasakan sendiri apa manfaat dan mempelajari tata-cara secara umum. Bahkan saat itu melalui bapak Musagar Husni Thalib, saya langsung diterapi 2 metode. bekam sekaligus acupuncture/tusuk jarum. Rekan  yang saya sebut belakangan ini cukup getol dan aktif sebagai penggiat Thibbun Nabawi di kota Mataram. Bahkan baru-baru ini punya kesempatan sebagai undangan khusus ke Malaysia atas undangan pengusaha di negri jiran sana.


dirumah bapak Musagar, awal jajal Bekam 
Yah, efek sejak merasakan bekam secara pribadi, kepala saya terasa enteng. Kesemutan dibeberapa ruas jari dan pegal-pegal pundak bisa berkurang saat itu juga. Paling tidak ke-ajaib-an bekam bisa langsung terasa. Hal ini pula pada iring waktu kemudian menggerakkan saya ikut kursus Thibbun Nabawi. Penyelenggara-nya Rumah sehat Ar-Rayyan. ditahun 2012, termaktub di-angkatan ke-4. Itupun biaya kursus bisa di-cicil. Alasan-nya program ini juga di-tujukan bagi beberapa rekan yang berasal dari berbagai beda latar belakang. Termasuk pelajar, mahasiswa dan masyarakat luas yang punya antusias di bidang ini tapi terkendala faktor dana. Muatan akhir-nya tentu saja bagi lembaga adalah kesempatan mencetak para terapist baru yang semoga membawa manfaat bagi kehidupan sekitarnya. Baik kesempatan sebagai opsi profesi maupun andil dan berperan aktif sebagai back-up tenaga kesehatan yang siap sedia saat dibutuhkan untuk kegiatan bakti sosial yang diadakan oleh lembaga. Dalam arti mengemban misi kemanusiaan. Biasa-nya dicanangkan atas kerjasama dengan lembaga/organisasi besar maupun instansi yang memiliki program CSR (Coorporate Social Responsibility).


Last but not least,
Sekalipun tulisan ini 'bisa jadi' tersaji basi. Tapi semoga menjadi penyemangat bersama untuk kalangan therapis yang berangkat dari lembaga sama. Ar-Rayyan. Berbuat lebih banyak dan memberi manfaat maksimal bagi umat. HaHahaha.... seperti saya punya utang, sejak pernah terlintas untuk bisa sekedar mendukung meski cuma melalui ulasan singkat dan liputan sederhana ala narasi Blog.

Beberapa lampiran foto saya ambil sejak Ar-Rayyan masih menempati kompleks ruko di sebelah timur Bandini cafe. Lalu hijrah ke barat lagi di rumah sebelah barat pintu gerbang BTN Sejahtera - Pelembak. Hingga terakhir lembaga ini tutup. Link dokumentasi SINI
Tapi bukan berarti secara silaturahmi kami putus. Pada momen tertentu, baksos menjadi ajang kami reuni. Paling tidak misi lembaga-pun tercapai. Secara individu, para teraphist memiliki jalan-nya untuk berbuat dengan inovasi masing-masing. 
Akhiru kalam. Salam..,

Sabtu, 24 Oktober 2015

fenomena SEO

sumber gambar : rujukan internet
Apalah arti sebuah NAMA...,
Iya! nama itu bisa jadi tanpa indikasi apapun. Tapi, giliran nimbrung usaha online... Nama itu menjadi penting. Terlebih bisa tampil pada urutan lembar awal surfing mesin pencari (Search Engine). Soalnya, bisa diliat oleh para netter sejagad maya dimanapun berada... terlebih menyesuaikan konektivitas dengan para calon konsumen potensial. Itu merupakan berkah tersendiri. Kans terjalin antara seller & buyer otomatis terhubung langsung.

Dulu, dalam tiap ketik kata Butik Etnik di search engine. http://butik-etnik.blogspot.com tadi-nya, selalu hadir teratas, dalam rating pencarian. DILALAH, lately, berubah "nyungsep" di-urutan ke sekian meski 'masih' dalam halaman pertama. Alasan-nya ternyata ada beberapa web lain yang mendadak latah.. ikutan cantum membubuhkan kata "BUTIK-ETNIK" di laman mereka. Wajar, "trik" ini merupakan metode praktis untuk bisa menyiasati kanal web bersangkutan bisa tampil hadir di urutan awal pencarian tadi. Strategi ini dikenal dengan SEO (Searh Engine Optimization).. alias Optimalisasi Mesin Pencari. Ada beberapa trik... mulai dari sekedar rekayasa back-up link, tapi giliran di klik menyimpang pada kanal lain tanpa tematik terkait judul. Lalu ada cara menyisipkan kata kunci (keyword sejenis)...yang otomatis ikut nongol di laman pencarian, Ini lebih saya bilang sebagai KIAT PARASIT. Sampek dengan tehnik rumit utak-atik kode-kode HTML dengan perangkat aplikasi pendukungnya.


sumber gambar : Rujukan internet
Beda kasus yang terjadi bila ada akad antar pemilik blog/web dengan produk sama saling bertukar LINK. Masing-masing pihak akan tampil bareng, bahkan mendominasi di halaman awal. 
Kiat bak ulah Parasit tadi itu bisa jadi sebagai salah satu trik yang masuk dalam kategori metode "BlackHat SEO". Cenderung ada bobot 'curang', bahkan dikatakan sebagai cara agresif yang tidak ikuti kaidah panduan Search Engine secara benar dan beretika.
Nah, pada kasus upaya optimalisasi itu dibawah ini saya sertakan ScreenShot. Bisa terlihat antara alamat web dan konten isi bisa semrawut. Ada juga web jualan barang keren. Nama web-nya xxxxbutik. giliran tag keyword berikutnya bubuhkan xxxxx-butk-etnik. Ada lingkar merah disertaan foto dibawah. Hahaha... ada-ada saja. Lucunya, web itu pasti dikelola oleh konsultan web desainer tertentu. Dan pasti-nya ber-BAYAR. Sedikit saya tergelak... bisa-bisanya mereka begitu "GAK KREATIF" soal nama. Apalagi cuma mau ndompleng Optimalisasi dengan Blog Ala Kadar-nya berbasis afiliasi google BLOG GRATIS-an. Semakin terbukti cetus ungkapan lama yang pernah gak sengaja saya tulis.
" Don't judge a BOOK by it Cover.... Don't judge a BLOG by its TEMPLATE ". KEREN sih KEREN... tapi itu tadi, kalian tipikal KERE-AKTIF! Wkwkwkwkwk


ini contoh ketika imbuhan kata "butik-etnik" dijadikan TRIK upaya optimalisasi. Domain utama mematok inisial
batucincin.my.id/.../butik-etnik.html, lucu-nya pada sub-konten dengan judul spesifik Butik Etnik paparan berikutnya menjadi lebih gak karuan pada penyertaan susun kalimat. Bubuhan Kata Butik-Etnik menjadi meraja-lela. Gilir di klik salah satu kata itu penelusuran-nya makin tidak kontekstual. Sebagai kata benda dalam struktur kalimat, bisa menempati subyek dan obyek...Apaan sih Butik Etnik ???? hehehehe...........,  

nah, klo ini beda kasus lagi. menyertakan imbuhan kata Butik Etnik pada sub tagline... setelah memasang titel utama shanumbutik. Gak ada masalah sih..., hanya pada satu kejadian pernah menjadi bingung salah seorang pengunjung blog saya saat saya bilang cukup ketik kata Butik Etnik di search engine.. ntar mengarah langsung pada kanal blog. Ternyata dia kebingungan? Karena pencariannya menyasar pada web penjualan produk lain. Hehehe......, Sejak itu saya mulai mengalami sendiri tentang apa yang selama ini hanya jadi media ulas. Teoritik semata. Kasus fenomena optimalisasi search engine di jagat maya. Hihihihi.........., Dan sekaligus ini cocok jadi bahan pembelajaran bersama. Menjadi literasi sederhana ala kupasan jurnalistik warga. Dan sesuai fitrah-nya.. ngaku Blogger, ya tuang unek-unek via BLOG. membuktikan eksistensi-nya di rana publik.



Minggu, 09 Agustus 2015

Dive me One...dive me more....annually,

Telling story ... below the water...,
Ada beberapa unek-unek yang sempat terlintas dikurun taon ini. Berkaitan dengan dunia bawah air. Hanya saja, seperti yang sudah-sudah. Meluangkan waktu untuk mencurahkan segera menjadi kendala tersendiri. Ada perihal batu asal sejenis karang yang kemudian sempat menjadi incaran di kalangan penggemar akik. Hingga etape terakhir ini sepertinya sudah mulai surut trend. Artinya, ada probabilitas untuk di-ulas tersendiri. Meski, tentu saja, gak perlu momentum ketika ikon bersangkutan menjadi booming sesuai periodik waktu. Yah, itu lagi penyakit kambuh. Kadang, saya punya kebiasaan aneh, mungkin buruk. Ogah ulas saat itu juga akibat faktor 'must share now'. No...no.., kadang kala saya berpikir gak ada sesuatu hal yang menarik untuk di-ulas ketika khalayak pada fokus di tema sama. Segala-nya terasa hambar. Efek dari homogenitas. 

Belum lagi, aktivitas bertindak dalam rangkaian divisi supplyer juga cukup menyita waktu. Belanja... nyusup pasar. Hunting tempat strategis harga miring. Tapi secara fisik kegiatan ini bisa saya lakukan bersama anak-bini. Bersyukur tetap adad momen kebersamaan yang dihadirkan. Lebih-kurang sudah sita 3 tahun berjalan saya geluti. Juga ada perihal tematik hasil laut. Ikan eksotis... serta wacana pendamping yang menjadi kontradiksi. Bakal ada satu ulasan khusus nanti-nya.


Di bidang rana penyelaman..., Bisa disebut sangat minim aktivasi. Masalahnya mungkin kembali pada niat. Klo sudah terpatri di-hati... rasa-nya pondasi keukeh itu bakal bertahan seperti fenomena akar tunjang. Gak geming oleh tawaran tematik dive rekreasi yang ber-tubi ajakan-nya datang. Masalahnya bukan berarti saya pingin melepas total kegiatan ini. Hanya sudah kadung meluruskan niat tadi. Saya hanya bakal minat pada ajakan rekan di tema Komersial Diving. Tidak lagi berwawasan wisata dan handling tamu. Kalo-pun berwisata... justru saya ingin-nya menjadi kategori tamu. Berstatus penyelam yang merasakan konsep penyehatan jasmani & rohani bagi kepentingan mandiri. Lebih meresapi hakikat kejadian dan keindahan alam. Bekal memupuk kantung religi.


Bermimpilah...  makes your dream comes true
Alhasil kans itu-pun terjalani dengan tidak ada rutinitas jadwal. Terhitung ada 2 jeda tahunan saya mendapat tawaran kegiatan penyelaman. Pertama, ditahun 2014. Paska nimbrung jadi panitia KPS pemilu legislatif, Sehari kemudian saya bertolak ke Belitung. Kali ini ajakan rekan diver kubu Semarang. Bukan main sumringah-lah! lha wong, secara wish-list niat bertandang 'negri laskar Pelangi' sudah ada sejak lamaaaa. Hanya gak bisa memastikan. benang merah apa yang bakal menghantar saya kesana, kelak. Dan sekali lagi, saya selalu mensyukuri tentang hikmah-hikmah kemudian. Betapa hidayah itu kerap tiba setelah kita bayangkan.. lalu di proyeksi, dilumuri berliter-liter doa. Membingkai cerah harapan dengan rela membiarkan untuk Tuhan sendiri yang mengatur waktu-Nya.  Dan segmen-segmen yang sebenarnya 'tidak kebetulan' itu akhirnya saya temui saat berkunjung ke Museum Kata milik Andrea Hirata. Penulis fenomenal tentang negri Laskar Pelangi. Betapa dahsyat mimpi itu. Saya akhirnya ketiban realisasi mimpi basah. Berbasah kuyup di kedalaman sebagian samudra sudut Belitong. Alias nimbrung di kegiatan pelatihan kursus penyelaman bagi staf DKP Manggar BelTim. Memang sih, gak total menikmati paras lansekap-nya. Butuh in-depth di kesempatan lain (kelak, semoga lagi). Akibat keterbatasan waktu dan konsentrasi jatah ajar. Hanya jelang momen pulang, saya singkat termenung. Mendadak saya di-ingatkan lagi dengan kata-kata mutiara sang tokoh dunia, disebut Bapak Penyelam Dunia, Jacques Yves Cousteau. "Leave the Bubble... Take only Memories". Setengah berdecak saya memaknai kata-kata itu. Bukan memaknai secara harfiah perihal arti 'bubble'. Ternyata secara lafal ujar.. Bubble disebut secara ejaan mudah sebagai BaBel. Akronim dari Bangka-Belitong. "Gelembung-gelembung" yang saya dapati memang nyeleneh... mereka muncul permukaan, persis tabiat balon kata di panel cerita bergambar. Terjemahkan dengan sendiri-nya.. Bingo!!!

Kans ke-dua, kegiatan diving komersil ini justru terlaksana jelang momentum menyambut Ramadhan 2015. Sebenarnya gaung penyusunan tahap perencanaan proyek pengaliran air bersih untuk konsumsi 3 gili (MATra) sudah ancang-ancang digeber sekitar 3 tahun lalu. Entah karena sesuatu dan lain hal, pada akhirnya perencanaan matang-nya dilakukan kembali tahun ini. Secara spesifik keterlibatan kami (saya & rekan buddy) adalah memantau kondisi substrat dasar perairan yang kelak akan dilalaui alur pipa PDAM. Terutama pada kawasan gugus terumbu lingkar pinggir gili/pulau (Fringing reef). Juga gundukan terumbu tengah, lebih identik dengan penyebutan taket. Berbekal peralatan scuba dasar. Pencatatan detil spot-spot karang yang dilalui sesuai tembakan arah u/w kompas. Mengikuti bentangan meteran gulung yang oleh 2 partner diver lain telah di patok lurus mengikuti bearing kompas. Setelah memasang beberapa patok pancang besi. Persis seperti melakukan tehnik permanen transek. Hanya lebih ideal klo saya sebut sebagai metode transek yang di modifikasi. Menyesuaikan faktor kebutuhan dan rupa lansekap di habitat nyata.
Sementara tim permukaan yang ada di-boat, sebelumnya berdasarkan titik kendali awal transek (berupa tanda floating sosis dan bentang vertikal tali) langsung mencatat titik geografis dengan handy GPS. Artinya, secara seksama berupaya mendekati perhitungan akurasi maksimal. Tindakan ini wajar dilakukan mengingat secara habitat perairan sangat identik dengan pengaruh angin dan arus. Pergeseran titik itu akan sangat mudah terjadi. Sisi mudahnya, untuk spot awal yang ditentukan dari pesisir pantai Sire menuju ke point gili Aer sudah ditandai sebelumnya. Karena koordinat dan penentuan zonasi telah jauh hari diberlakukan oleh pihak berwenang. Otorita pengelola status kawasan gili dibawah BKKPN (Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional), Unit Pelaksana Tehnis dibawah naungan lembaga besar-nya DKP. Missing link... setelah saya 'paused' lama di kegiatan tema perairan, ternyata UPT ini-lah pengganti peran KSDA sebelumnya. Setelah proses panjang serah-terima status pengelolaan kawasan Taman Wisata Alam Laut, gili MATRA dari kubu DepHut ke DKP. Dikurun lebih dasawarsa lalu, lebih-kurang.
Selanjutnya, pesan koordinator pelaksana kegiatan, sensei Eko Pradjoko". pokok-nya kalian harus lurus...ikuti "KIBLAT" yang sudah digariskan. Yayaya.. ini adalah sinergi menyesuaikan amanah jagat pernyemplungan "Plan your Dive... Dive Your Plan"


** catatan khusus : menulis sesuatu yang sudah pernah kita alami kadang bikin males"an. Karena secara segmentasi, perca-perca artikel ini sudah pernah saya tuang dalam aktivitas mikro blogging di FB. Alhasil betapa banyak makan energi pungut mozaik artikel ini. Semacam gak tertantang untuk menuangkan esensi artikel dengan penyajian up-to date. Tapi sekalipun gitu semoga tampilan wacana basi ini tetap ada nilai manfaatnya. Setidaknya bisa jadi pembelajaran rekan-rekan yang menggauli bidang sama. Selanjutnya biar penyajian visual saja yang ambil alih. Keep on eyes...., 

diskusi soal tehnis & metode penyelaman di sekretariat BKKPN Bangsal-KLU
pak Eko Pradjoko (baju putih-biru) adalah dosen fakultas Tehnik- Unram

Kondisi peta kontur... penyesuaian bearing compass



pengukuran elevasi air laut, di ukur saat air pasang tertinggi, Lokasi : pantai Sire - Lombok Utara
2 mahasiswa kru dari pak Eko, sekalian praktek kerja lapangan


Pak Eko dan asisten penyiapkan perangkat GPS dan tranduser fish Finder

membaca sea-bed...tampilan 2 dimesi & koordinat

boat yang lega...memudahkan penempatan peralatan, tapi menyulitkan gerak saat kordinasi
kinerja penyelam dan kru permukaan.

perbekalan sensus bawah air... sabak teflon.


go down.... let start working buddy! 

2 rekan diver ..mematok tiang besi dan membentang meteran gulung

mengukur jarak antara 2 alur pipa.

ini saya,tugasnya nyatat.. mendeskripsikan varian kedalaman dan spot-spot karang

ini merupakan pelindung sekaligus fungsi pemberat dari pipa yang terpasang sebelumnya
Lokasi : sebelah timur Gili Aer

starting point : di titik timur gili Aer

Kondisi bottom di taket tengah, antara gili Aer dan pantai Sire
dominasi pecahan karang (Rubble)

Selasa, 04 Agustus 2015

after a year......,

Ugh! Bisa dibayangkan betapa lewat setahun persis. Betapa keinginan ngeblog dengan niat jejali kisah keseharian itu  juga sangat membosankan. Jengah... hingga lahirkan enggan akut. Cukup dengan menandai pada postingan akhir blog. Kurun setahun ditandai oleh interval 2 kartu digital versi ucapan idul Fitri. Ayo-lah! bangun lagi...., kita dan kita telah terlahir sebagaimana kertas putih, kembali pada fitrah kemanusiaan. Reborn after a year...., Tapi yang jelas, bukan dimaknai seperti orok lagi. Tanpa bekal apapun...gak bisa ngapa-ngapain.
Ungkapan singkat "power of Now" mestinya bisa jadi motivasi berulang-ulang. Paska terpuruk... setelah mangkir dari kesenjangan rasa yang berlarut. Energi pembiaran lebih pas disebut.

Pada titik nadir tertentu. Kadang saya merasakan dari kabut kebosanan. Akibat seringkali kontradiksi konsep 'ogah' ketergantungan total terapan tehnologi rana digital. Sekalipun tetap saja, untuk hal-hal tertentu tidak bisa lepas begitu saja.  Lha wong, secara spesifik, aklamasi dulu telah memproklamirkan untuk menjalankan sebagian geliat usaha/niaga dengan basis aplikasi tehnologi informasi. Jadi sangat tidak mungkin bersitegang. Harus ada porsi kompromi. Jadi, ini hanya upaya me-minimize aktivasi di dunia nyata tidak semakin terabaikan dengan kungkungan dunia maya. 

Kalian tau knapa? sebab ketiban peran jadi orang tua itu miliki beban secara psikologis. Kog bisa? ya iya..., Betapa susah melihat para bocah seperti tidak bisa lepas dari keypad... tuts-tuts di aplikasi moda gadget. Jemari mereka semakin hari semakin menuntut lebih. Sedikit-sedikit, setelah berkegiatan apapun langsung nanar menatap gadget. Dikit-dikit, berharap ada tunjangan dana pulsa untuk sekedar download game versi baru dari tawaran aplikasi android. Sebentar-bentar, sembunyi dibilik lain... mengecilkan volume demi melahap dengan keseriusan tingkat lanjut. Bermain game..., giliran cetus suara.. akibat antar 1 dengan sodara lain minta jatah bermain di gadget sama. Hehehe...., amat bikin pusing kadang. Satu sisi, mereka lambat laun mengembangkan sikap tidak terbuka. Susah dan enggan berbagi... sekalipun secara terapan terbaru ada game yang bisa bersosialisasi dengan mitra maya dibelahan bumi manapun. Tapi ini juga sangat meresahkan. Faktor demam... ketergantungan. Dan yang paling memprihatinkan, gejala makin menjaga jarak dengan lingkungan sosial sekitarnya. Sekalipun belum sampai tahap itu... tapi sebagai filter antasipasi kesenjangan akibat ulah terbui dilingkungan baru, tanpa realitas nyata... tapi kerap menghadirkan penasaran bertubi-tubi. Ah, sudah semestinya peran serta dan tanggung jawab kita sebagai oarang tua lebih mawas dan awas terhadap gelagat di masa transisi. Perubahan itu memang sunatullah... namun tetap ada koridor yang perlu dipertahankan. Semata letakkan sesuatu sesuai fitrah... tapi bukan demi pangkas ide dan kreatifitas penunjang yang kita miliki secara lahiriah. Mengendarai aplikasi yahud di rana digital sana.


Kembali pada situasi..., Setiap menatap lembaran putih 'compose' blog, lagi-lagi saya dihantarkan pada fenomena kontradiktif tadi. Antara enggan... bosan... sekaligus tertantang mengisi tentang hal-hal baru terbaharukan. Dan demi menyatukan hal-hal yang bertentangan dan satu sisi lagi sebenarnya bisa mengembangkan manfaat lain. Tentu ada hal-hal lain yang bisa diterapkan. Dengan pola sederhana...  memicu kreatifitas. Apa ya? Daripada susah mencari tema baru. Kebetulan stok kotak-kotak kecil yang biasa saya pakai untuk kirim aneka barang untuk penunjang atribut niaga online sudah ludes. Yah, dengan konsep bersama... kami nimbrung sekeluarga. Saat hendak beli bungkus cover ternyata kertas kado ber-serat yang  biasa saya pake mulai naik harga? Ini sih bertentangan dengan prinsip ekonomi. Akhirnya setelah menimbang dan mencari bahan alternatif murah-meriah, pilihan jatuh pada pemanfaatan limbah. Recycle... reduce... reuse..., 
Kotak karton made in our house kini berpenampilan semarak berkat cover kertas tabloid Lombok Guide. (dibagikan gratis) Menampilkan kaya warna dan informasi seputar info pariwisata wilayah kami. Yah! itung-itung ini juga bagian langkah sebagai duta wisata dengan cara paling mudah. Ikut berpartisipatif dan andil serta dalam penyebaran virus.. silahkan datangi pulau kami. Promo aksi... kliping ikonik. So, it's about propaganda, Pieces of Lombok... Read your news-paper 
  




Selasa, 14 April 2015

jeda BLOGGING...... Lagi dan lagi.

Wah, terlalu lama yah!
Lagi-lagi blog ini terbengkalai dalam kurun yang begitu lama. Semakin gak runut jika saya ingin lebih teratur tuang unek-unek di blog sendiri. Kadang geli sendiri, sekalipun wadah ini adalah media bebas yang memang bisa diperlakukan semena-mena. Niat nulis terserah.... gak tergerak sama sekali juga bukan masalah apa-apa. Wong semua tergantung dari sisi nurani kita sendiri dalam mengatur intensitas kemauan menulis. Berupa manuskrip lingkup kehidupan sekitar, yang akan indah untuk disebar. Nyalakan hidup... berinteraksi dengan kata dan huruf. Gak ada target kurikulum.... Semua adalah nafas kemandirian ditunjang apapun bekal kita. Berusaha lebih fokus dalam jurnalistik pribadi. Yah, kadang saya justru terpacu dari hal kecil. Semisal pesan sinematik pilem animasi si Barbie, beberapa konten judul ada dimiliki putri sulung saya. Prakata si Barbie kerap mengawali pesan pembuka... " dear diary.." 

Perjalanan waktu hingga tembus kini di selasar April 2015. Cukup banyak momen terlewati. Ada beberapa yang memang sengaja tidak ingin saya balas dan ulas. Bisa jadi 2014 adalah saat dimana saya, dan kami secara  keluarga dihadapkan pada kurun waktu yang kudu mawas dalam sikap dan kedewasaan menghadapi memaknai ujian dan musibah. Tapi sekedar sebagai acuan semoga ini menjadi pelajaran yang berharga bagi kami. Lebih antusias menghadapi segmen episode kehidupan, kelak!

Jalan-jalan di seputaran kota... ikon utama zona kota Malang. Setelah
melakukan kunjung ke Pasar Kembang Splendid, pasar burung.. berburu
ikan dan mampir di warung idola menu Pangsit, jadi rujukan wajib bagi istri.
Bermuara di Januari 2014....,
Ada seputar cerita singkat dalam kesempatan mudik Malang. Untuk pertama kali-nya 'komplit'-nya kami saya bisa boyong tim keluarga. Demi momen perdana 'setor' profil lengkap nyata pada ortu di sana. Terutama ibunda yang saat itu sedang dalam kondisi sakit. Hehehe... ngenes bukan? Semoga menjadi obat kangen yang tertunda sekian lama. Sedih banget mengenang 'etape' ini.

Bagi anak-anak ini jelas momen berharga. Terutama jatah tumben bagi ke-3 adik si sulung Gingga. Kabar ibunda yang sakit dan terhantar di ruang rawat-inap RS juga melengkapi bahan pertimbangan kenapa kami harus gegas anjangsana. Yah, ada riwayat sakit ibunda yang selama ini diderita ternyata berat dan akut. Memang janggal... dalam kurun sekian lama ternyata penyakit yang sebenarnya telah disamarkan. Dan dirahasiakan untuk diungkap detil pada anak-nya yang berada di rantau. Yah, alasan klasik sih! Mana ada ortu yang mau bebani pikiran berat buat anak-nya. Apalagi sudah menjalani sebentuk porsi tanggung-jawab berbentuk koridor rumah-tangga. Sedih yang mendalam.
Secara misi kunjung kali ini bisa terealisasi berkat dukungan ipar. Perjalanan usaha jasa pengadaan barang (Supplyer) sedang dalam awal rintis, dimana saya termasuk crew pendukung. Ada beberapa kisah tersendiri yang semoga bisa saya bagi dalam topik tersendiri
Support ini berupa kelegaan waktu dan dana cukup untuk melakukan survey lapangan perihal sentra budidaya jamur kancing, atau basa keren menyebutnya champignon. Konon pusatnya ada di kota Batu yang memang sudah jadi ikon produk pertanian. Mengingat alur permintaan dari mitra usahawan sejenis kerap kesulitan mendapatkan stok dengan sirkulasi tetap. Sementara respon pasar sangat antusias. Tapi faktor distribusi menjadi kendala utama. Jadi poin cerita-nya, ini adalah upaya membedah mata rantai terkait bidang usaha yang kami tekuni. Bahkan jauh sebelum realisasi kunjung, sudah detil saya mendelik... pantengi sumber informasi di kanal maya. Cuma ada 2 lokasi ideal. Klo gak Batu... opsi lain adalah kelompok petani pengembang yang ada di serambi gunung Bromo. Menariknya, dikawasan kelompok petani di kawasan Bromo merupakan kelompok petani binaan yang di support suntikan dana langsung oleh bank daerah. Kinerja dan geliat usaha yang begitu signifikan bergerak. Ini menjadi angan tersendiri untuk datang. Paling tidak jika ada luang waktu bisa saya sempatkan sejenak untuk mampir kesana. Toh, gak jauh rentang tempuhnya dari Malang. Yah, begitu itu ancang-ancang...,
Tapi bisa ditebak. Efektifitas waktu kudu saya perhitungkan lagi. Mendapati kondisi ibunda yang saat kami datang di rumah Kotalama, sedang berada di RS, memaksa saya lebih intens untuk fokus. Istri-anak konsentrasi jeda rehat paska lelah perjalanan bis malam Malang-Mataram. Saya langsung melesat menuju RS Aisyiah, menjemput ibu yang saat itu sudah jatah pulang paska rawat-inap pemulihan kondisi. Gak usah dibayangkan, betapa cair rasa rindu dan hawa ikatan silaturahmi yang terputus kurun jarak, tempat & waktu sekian lama. Adakah yang bisa mengalahkan itu? ikatan ibu-anak adalah tahta mahligai yang indah sepanjang ritme perjalanan kehidupan. Tepatlah bait lagu... Kasih Ibu...Bagai sang surya menyinari dunia.
3 hari kutat awal, saya belum bisa keluyuran sesuai emban misi. Apa yang bisa kita berikan disaat ironi seperti itu? selain usaya beri cuil perhatian terbaik demi orang tua . Berbagi kisah dan tumpah kerinduan dengan hadirnya cucu yang sangat diharap hadir bertatap muka. Sekalipun rentang kami jauh... komunikasi tetap terjalin. Baik telpon... terlebih, menulis surat menjadi media perantara wajib bertutur tukar kisah. Apa lagi sebentuk nilai yang bisa kami beri? Tidak ada... selain kedekatan dan perhatian. Bahkan saking demi itu, tools bekam sampai harus saya pesan kirim ke Malang. Setidaknya, hasil pembelajaran materi Thibbun Nabawi bisa diterapkan langsung pada 'range' orang terdekat. Ini hasil ajakan teman 'alur' lain di Mataram, melalui wadah rumah sehat Ar-Rayyan ber-afiliasi di kubah besar organisasi ABI (Asosiasi Bekam Indonesia). Praktikum kesehatan mandiri dengan pelaksanaan berbasis fardhu Kifayah. 

Payung - Batu, ekplorasi sentra budidaya jamur.... ayok, Kids! kini giliran
kita santroni arah Cangar dan sekitarnya.
Misi utama....,
Agenda survey lokasi sentra budidaya jamur baru saya lakukan di hari ke-4. Cukuplah bekal motor. Seperti biasa, rawan macet. Lintas kendaraan terlalu padat... dan sarat polusi. Beuh! selalu terkenang kilas balik masa SMA dulu. Betapa sangat kontras beda pesat perkembangan jalur tempuh. 
Saya ajak Gingga dan Ahnaf. Toh, peluang ini juga sebagai ajang selip mengisi libur nyambi belajar tentanga banyak hal. Menanjak alur liku aspal selasar tebing Payung, hingga gerbang arah Pujon. Dari info beberapa warga disekitar sana ternyata terbilang jarang ada petani yang konsen pelihara jamur. Dominan di wilayah utara, arah menuju Cangar. Sebenarnya ada niat kami alihkan jenguk sejenak arah simpang tuju Coban Rondo. Tapi, bisa-bisa waktu keburu ludes jika kami turuti niat blusukan. Hehehe......, Efektifkan waktu!