Senin, 31 Desember 2012

Kaleidoskop 2012

Akhirnya tiba di gerbang peralihan tahun Masehi.....2012-2013,
Terhitung ada jeda hampir 6 bulan blog ini saya jarang update. Bukannya pasif, tetapi lebih konsentrasi di asupan konten blog lainnya.Dan perjalanan waktu sepanjang tengah tahun lebih member banyak warna. Masuki awal ramadhan.... hingga alih syawal. Begitu banyak lewati pergantian episode dari sajian porsi waktu. Lengkap suka-duka sesuai gilir hadir.
Ada beberapa poin yang menjadi acuan tonggak momen kenang. Ada orientasi diri yang pernah saya canangkan sebelumnya, Alhamdulillah menunjukkan titik terang pencapaian. Obsesi dari wish-list yang saya coba susun dan upayakan mewujud eksistensi.


pit-stop di jembatan gantung Marong, ini merupakan
peninggalan jaman Belanda yang kini diperbaharui oleh
Pemkot Mataram
Pertama, satu kesempatan saya berencana bisa olahraga teratur. Dan itu bisa tercapai sejak menyisihkan dana demi sepeda MTB. Tepatnya jelang masuk Ramadhan. Saya mulai membiasakan diri gowes. Tentu-nya nyambi kegiatan fotografi. 
Gowes menyisir pinggir Jangkuk - Muara
Keluyuran baru sebatas lintas lingkar kota. Dan beberapa trek jalur pinggiran (suburban). Avonturir di kawasan sempit. Sesekali mengajak para bocah. Meski harus menyiapkan goncengan khusus demi terlaksana hajat menyenangkan hati si bungsu. Kesempatan wadah keakraban yang lain. Itupun kudu membagi porsi tendem dengan abangnya yang gak mau ketinggalan. Gowes... yowis! lebih marak... lebih menikmati alur hidup dan kehidupan. Menyatu di habitat alam terbuka selalu memberi kami warna keceriaan akhir kisah. Meski menyisakan gatal belukar... lengket peluh, dan pegal kayuhan kinerja paha-betis.



merah-putih di balai posyandu


Kesempatan lain. Saya mendapat sedikit project foto kecil tema Kesehatan ibu dan Anak. Ini memberi khazanah luang tersendiri. Berburu momentum perayaan hari kemerdekaan hingga sudut selatan. Menyisir beberapa desa pinggiran kota. Atau sekedar nongkrong di Posyandu dekat rumah. Mepet di garis bantaran sungai Jangkuk.
suguhan dawet di prosesi nikah adat Jawa 
Ada indikasi pesan khusus, seolah saya diberikan kesempatan lebih banyak berbaur dengan khazanah anak. Sekalipun sebagai pemerhati melalui wahana fotografi.
Sekalipun di pelataran jeda lain saya juga kais pengalaman di foto wedding. Baur jenak dengan salah satu usaha terkait milik seseorang. Lebih banyak fungsi back-up. Sedikit gamang dari keterbiasaan pola rutin. Jika selama ini saya lebih suka suasana natural.. baik secara pose obyek dan pencahayaan alami. Gilir wedding, formatnya jauh  berbeda. Ada sedikit porsi formalitas. Pose-pose yang serba di atur. Tabiat flash dan pencahayaan buatan. Selama masih akrab dengan foto tema in-door.  Menjadi menarik ketika saya dapat kesempatan foto liputan nikah. terlebih dengan muatan upacara budaya dan warna adat. Gugah curiosita lagi. Setidaknya saya jadi mengenal tata cara dan tata krama prosesi nikah dari nuansa adat berlainan suku nusantara. Jadi alasan tepat, kenapa saya lebih menyukai peran candid. Ada kebebasan merekam pose dan ekspresi lepas diantara momen formil. 


orderan ilustrasi profil keluarga gaya kartunik
Kedua, kegiatan aktivitas ilustrasi bahkan menjadi lebih getol dari sebelumnya. Efek samping nimbrung komunitas seni dan budaya. Warjack Taman Budaya - Mataram selama ini cukup banyak memberi saya energi dan inspriasi untuk sesekali berkiprah dirana seni. Menjajal lagi obsesi hobi yang terlantar dalam kurun waktu. Mending di aktivasi daripada suntuk dengan sisa labil pertemanan semu. Oknum aneh dan bias pemikiran basi mereka. Kog anehnya gak sadari klo saya sudah entas lama dari bilik polemik. Beranjak hijrah untuk transfer esensi diri pada pola dan ajang yang jauh lebih cerah. Menjanjikan lebih banyak prestasi dan pengembangan potensi. Kancah lain dan karakter dan pribadi beda. Membongkar panggung lama... mendirikan pentas baru. Program rehab-rehab mandiri... begitu kurang lebih.
media pinsil warna
Hasilnya, kegiatan berkesenian saya jadi lebih intens. Bahkan kadar meningkat daripada tahun-tahun sebelumnya. Sisi lain, juga mendatangkan hikmah melek segi finansial. Sekalipun dalam kadar lumrah standar wajar. Apresiasi yang bergulir... kritik membangun. Pesanan dari pihak yang membutuhkan. Pajangan gambar keluarga atau ilustrasi buku. Semua terbangun dari inti jalin silaturahmi. Hal yang patut saya syukuri. Sumringah lega.... merujuk redaksi repetitif ayat di surah Ar-Rahman. "Lantas, Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?"

2012 juga memberi warna duka bagi kami sekeluarga.
ziarah kubur saat Idul Adha
Ibu mertua akhirnya berpulang ke Rahmatullah, Minggu, 21 Oktober 2012. Tepat menjelang sholat Dzuhur, dengan poin waktu mirip hari, pukul 12 : 21 wita. Akibat menderita diabetes basah. Sejak sebulan sebelumnya sempat dirawat inap di RSI Mataram. Berjalan seminggu. Dan demi faktor psikologis, akhirnya rawat jalan kami pilih sebagai opsi terbaik.Toh Allah menghendaki jalan lain. Selamat jalan ibunda Hj, Aminah Abdat. Doa kami anak-cucu akan selalu menyertai. Semoga amal ibadah kebaikan di terima Allah SWT. 

momen cincang daging hewan Qurban
Menjadi ujian tentu saja bagi kami, segenap keluarga. Persis tanggal 26 September, 5 hari kemudian jatuh pada momen hari Idul Qurban. Pelaksanaan yang beda dari tahun sebelumnya. Ada anggota yang berkurang. Seperti layaknya turut belasungkawa dari warga Kampung Melayu, umumnya. Tahlil diadakan selama 7 hari. Dan sisi uniknya, paska ibunda kami wafat, ada sekitar 3 warga lain yang juga meninggal. Bahkan sebelum ibunda kami juga ada yang lain. Fenomena begini oleh warga di-istilahkan Berentet. Alias bersinambung... bahkan komentar lain lebih nyeleneh "ajak-ajak"... seolah almarhum/ah satu mengajak yang lain. Tanpa dasar sih! Toh, di Jawa-pun mengenal efek konotasi wafat sistem berantai tadi.
Alhasil dari sekian jama'ah yang turun masjid ba'da isya, mereka saling membagi porsi kunjungan tahlil. Ini belum lagi ditambah acara selakaran (bacaan pujian bagi Rasul). Warga pengundang pemilik hajat yang dirumahnya ada anggota keluarga tunai pergi rukun Haji. Sebab berbarengan jadwal. Ini sih kadang bikin was-was. Masalahnya para toga (tokoh agama) jika tidak dikonfirmasi sebelumnya akan nimbrung di satu tempat. Bingung-lah empu-nya gawe kalo tidak ada pemimpin prosesi doa. Namun bukan kendala kritis. Biasa-nya ada personil lain yang ber-inisiatif ambil alih jika memiliki kemampuan  pimpin prosesi tahli. Paling apes, jeda waktu tunggu... seseorang kudu menjemput toga yang nyangkut di-hajatan lain tempat. Tapi begitulah warna bersinergi. Saling mawas... berkah nuansa ber-empati.

November hingga Desember....,
2 bulan menutup jelang tutup tahun. Berjalan dengan laju rutinitas harian. Musim hujan kian menunjukkan limpah curah di rentang bulan ini. Saya agak jarang aktivitas keluar jauh. Lebih membenamkan diri aktivitas rumah. Optimalisasi konsep niaga on-line. Berbenah sarana penunjang yang diperlukan. Menjajaki pembaharuan ala kadar. Tetap rutin bersepeda tanpa menentukan jadwal tetap. Range lingkaran sedikit lebih menlampaui lingkar kampung... 
lokasi di komplek persawahan ujung landasan eks bandara Selaparang
gowes di lintas jalur pematang
sekedar melatih Gingga untuk lebih jauh kadar gowes-nya.sekaligus menyisipkan bekal pelajaran di habitat alam terbuka. Tentang sawah... sirkulasi pengairan... pekerja sistim tanam di musim hujan. Ikan-ikan kecil yang sekedar akrab dijumpai di saluran pematang. Dulu, masa kecil di Malang saya mengenalnya dengan sebutan iwak gathul, gilir lokal sasak menamai empak Pepait. Nah, klo di Sumbawa Besar lain lagi, ikan Kepala Timah. Julukan sederhana karena identik dengan noktah warna putih di jidat si ikan-ikan mungil tadi. (Ini akan menjadi kisah lain di posting tersendiri, nanti -InsyaAllah). Lalu sajian visual yang paling diminati adalah pengamatan telur sisok (siput sawah). Banyak menghias ditepian pinggir belukar sawah. Dan Semoga kelak menjadi khazanah ilmu yang bermanfaat bagi para bocah-ku.


Tengah 15 November, tiba tahun Baru Islam. 1 Muharram 1414 Hijriah. Terus terang. Ini kans awal saya berkenan nimbrung di Masjid Babussalam. Semata khusus demi acara ini. Panggilan suar corong masjid sudah sejak tadi berkumandang undang warga kumpul. Lumayan ramai yang hadir. Berbaur dari tua hingga kawula muda dan anak kecil. Diawali doa akhir tahun, lalu awal tahun. Khidmat melantun doa. Bait harap dan barokah sholawat. Asa bergema dibawah tudung kubah menganga...,
30 November. giliran pelaksanaan acara 40 hari almarhum ibunda. Cukup melegakan. Terlihat dari sanggup dan sigapnya tetangga dekat berbaur. Membantu sekedar penyiapan sajian bagi undangan jama'ah tahlil. Alhamdulillah lancar.
Adakah kesan Desember? Selain tabiat cuaca yang mulai bergolak. Hujan memancar lebih deras. Angin sedikit meningkatkan tensi hembus. Kami menandai lebih mudah, dengan resonansi suara debur ombak peisisr yang bisa mencapai rongga dengar. Sebagian mengkaitkan dengan prediksi perubahan cuaca ekstrem badai Matahari. Eh! hampir alpa. Tahun ini juga menjadi momentum penentuan prediksi kiamat versi perhitungan almanak suku Maya. Konon jatuhnya di angka keramat 12 Desember 2012. Toh ini gak terbukti sama sekali. Hatta, belakangan ada yang melansir ulang, bahwa puncaknya akan mencapai tanggal 21- Desember. Kiamat segitu kog mudah di ralat !?

Tutup tahun versi masehi....,
Gak ada pesta kemeriahan. Hanya menyempatkan sekedar keliling kota yang ujungnya bawa gerah. Macet ditambah bingar letupan petasan. Terompet parau.... dan hawa kantuk yang mulai menyertai perjalanan singkat. Toh akhirnya membawa kami pulang kandang. Tepat 12 teng! langit Mataram di hiasi pecahan cahaya... letup gema. Terlebih di garis pantai Ampenan. Jadi zona tongkrongan sejak sore tadi. Ada yang hilang....., gak seperti biasanya. Sirine kapal gak berkumandang malam itu. Usut-usut ternyata gak ada jadwal kapal pengangkut minyak yang berlabuh di pantai Anpenan. Bisa jadi sebab kondisi angin.... golak ombak kian meninggi belakangan ini.  
Merangkum 2 katarsis perayaan tahun Baru. Meriah gempita seperti lahirnya..... tapi gak penuhi bobot kepuasan batin. Terhalau seperti pesan gejolak angin.... diterbangkan begitu saja tanpa jejak spiritual. Subuh sepeninggal kantuk... dan alih pagi sesingkat putaran lintas kota. Hanya ampas kemeriahan itu yang tersisa... sampah plastik.. selongsong dan perca petasan. Pasukan dinas kebersihan ramai membentuk shaf-shaf trotoar.

Selamat mengalami 2 tahun Baru.......,

Rabu, 22 Agustus 2012

Selamat Idul Fitri 1433 hijriah

Akhirnya tiba.
Paska sebulan penuh berkutat ibadah shaum. Sekalipun jauh dari kategori sempurna dalam pelaksanaan ibadah. Saya masih wajib bersyukur. Punya kans menyisip kegiatan diantara waktu dhuha hingga asar di masjid Raya Mataram. Cicil juz demi juz hingga khatam. Tambal-sulam di rajut 30 hari...,
Gak seperti rutinitas silam. Kadar yang tereliminir, sudah gak terbersit lagi hasrat hinggap dari berbeda masjid, musholla dan surau. Yang jumlahnya memang bertebaran di penjuru Mataram. Sesuai relevansi sebagai bagian Lombok berjuluk pulau Seribu Masjid.
Suasana juga beda. Cuaca lebih banyak kering. Berhawa sejuk.. bahkan mendadak dingin dari level biasa-nya. Malam demi malam berlantun gaung partitur Kitabullah. Varian beda generasi... merajut malam dengan tonasi tajwid. Lancar dan patah-patah... Semua rujuk di muara harap, ketiban hidayah Lailatul Qadar.
Starting poin yang beda porsi. Metode rukyat, Hilal dan sidang isbat. Senantiasa berkutat dalil akhir, Perbedaan adalah hidayah yang wajib disyukuri. Apapun konsekuensi dari pihak yang beda pendapat. Polemik gak berkesudahan. se-Amsal beda 2 kutub utara-selatan. Namun semoga tetap bersinergi.
Bahkan jelang 10 hari pelaksanaan Ramadhan akhir. Terselip agenda Dirgahayu Indonesia ke-67. Sebagai tipikal manusia non formal ala PNS. Saya gak sebegitu paham seperti apa aura kemerdekaan versi kini. Hanya tetap masih menduga. Formula rutin itu agak membentuk pola apa adanya. Entah kategori cinta tanah air apa yang kini dialami pada alih generasi. Kebanggaan semu... atau berujung juntrung Nasionalis kambuhan. Semua berpulang di pemahaman tiap individu.
Shaum di jelang 17 Agustus. Menghantarkan saya di temu-kumpul rekan Warung jack, Taman Budaya Mataram. Paska asar digelar acara sederhana bertajuk "Musik Kemerdekaan". Penggagas-nya masih tetap kang Ary Juliant. Prakata simpel.. bahwa lewat jalur berkesenian, apresiasi makna kemerdekaan ini bisa di jalani. Sebentuk kepedulian termudah sebagai oknum warga negara yg lahir dan besar di Bumi pertiwi... atawa Gumi Pertiwi.Terserah dengan kebobrokan realita tatanan orde yang berlangsung. Sebagai lumrah pembuka, karya maestro WR. Supratman melantun di kebersamaan keluarga Warjack. Haru yang lain..........,

Itupun selang sekian hari. Muncul juga anekdot di komunitas jejaring warga maya. Karikata dilematis lengkapi daya satire berparodi. Singkat kalimat... "Akhirnya, tanpa melalui sidang isbat... NU dan Muhammadiyah sepakat memutuskan hari kemerdekaan Indonesia jatuh pada tanggal 17 Agustus 2012". Masih di-embeli runtun celetuk lain oknum warjack. Wajar saja.. sebab sudah menjadi akad pihak MUI. Majelis Ulama Indonesia... bukan porsi Majelis Ulama Islam.


Kembali fitur Ramadhan...,
Semakin dekati hari akhir, kian dibikin saya gerah. Gelisah dalam batas manusiawi lahiriah, tentunya. Sebanyak opini lintas berkecamuk. Bisa jadi rupa obsesi diri yang melanglang jagad benak. Mukadimah kemarin bergaung Marhaban ya Ramadhan..., sebentar lagi Farewell of Ramadhan. Happy Ied Mubarak.....,

Semalam suntuk saya sulit tidur. Gema takbir gemuruh bagai gelombang gak putus. Malam takbiran sudah berjalan ramai sejak lepas isya. Menghimpun umat rela kumpul. Memadati simpang 5 Ampenan. Beriring semut sepanjang lingkar lintas rute aspal, seperti tahun sebelumnya. Hingar petasan jejali ke tinggian. Semarak yang kali ini saya hindari. Bahkan mematahkan antusiasme hasrat bocah di rumah. Maaf, ayah kalian lagi melow..barang jenak. Lagi kumat tensi-sensi... 
Lepas alih PM-AM, saya masih berkubang aktivitas internet. Lalu menguap disergap kantuk. Melepas penat tidur singkat. 2 jam perjalanan... serasa pause sejengkal. Henyak lagi di altar dini hari. Sepasukan bocah asal Melayu Bangsal gilir kitari kampung berbekal tetabuh ala kadar. Sambil teriak parau... takbir sengau. Seperti paduan suara tanpa ritme sensasi rapi. Cukup usik gendang kuping! Ah! jelang injury time... terbayang lagi keluarga Malang. Biang sensi tadi!!!!

Subuh-pun terlewati. Berkemas kunjung Masjid Babussalam. Remang merah fajar shodiq... mulai tipis dibasuh lidah pagi. Kini saya tergugah lebih antusias. Bergegas ajak Thoriq... sambil menenteng bekal kamera. Yah! Sholat Ied selalu ajak saya menikmati nuansa baur... sidang jama'ah yang menyambut makna fitrah. Selalu ada nilai memenangkan kebahagian di jeda akhir. Haru.. sedih, gembira campur tangis. Persis di momen fluktuasi dengung sholawat.... berjabat salam gaya Babussalam.  Saya-pun lega..., terasa lapang mengeruk kantung hati. 


Salam Lebaran menyambut Syawal....,

Senin, 23 Juli 2012

MARHABAN YA RAMADHAN...,


Seperti biasa.... penentuan awal syawal lagi-lagi tiban polemik. rukyah.. Hilal.... bla..bla..bla....,
Apapun alasan dan landasan dalil, semoga tetap membawa keMaslahatan bagi semua panutan umat muslim.

sekalian mengucapkan, Selamat menunaikan ibadah shaum Ramadhan...,
Mohon maaf lahir dan batin, meski telat.
semoga berkah dan hidayah selalu dilimpahkan bagi hamba-hamba terpilih.
menyambut Lailatul Qadar..., sang bulan 1000 bulan...,

Amiiin.

Minggu, 15 Juli 2012

Pembantaian Dolphin di Lombok (???)

The street market, traders buy the dolphin meat

dolphins were being caught and used to bait longline hooks to catch sharks. Those not used as bait were supplied to the dolphin meat trade with a good-sized dolphin fetching around one million rupiah or US$116.00
— with Taufan Galaxy at Tanjung Luar, Lombok Timur.

Rujukan Link..., Lombok's tragedy

Gak ada dari dulu ?
literatur lawas trip of Wallacea
Pitutur ABK kapal besar penangkap tuna

Minggu, 24 Juni 2012

Dilemma Photoshop

Nyaris genap sebulan...., 
Jarang menulis demi padati posting gala-Aksi. Pastinya dalam 3 bulan ini saya lagi getol menggambar. Termasuk, akhirnya rela pelajari pewarnaan ala Photoshop. Bukan kuatir gaptek. Bisa dikatakan, entah keEngganan level akut apa yang bikin saya ogah-ogahan memanfaatkan sofware yang jelas-jelas multi guna. Baik untuk retouch gambar manual maupun kerja kreatif bidang grafis.
Hingga selang tahun. Gak juga saya geming. Beneran jadi tipikal kaku. Semata terkontaminasi kubu dunia fotografi yang bakal kehilangan aura keorisinalan, jika sudah diolah dengan software yang berlabel Photoshop. Fanatik yang gak beralasan. 
Sisi lain, saya juga menyukai kegiatan fotografi. Selingan di waktu senggang dan keperluan dokumentatif lainnya. Dan saya sudah berkenalan dgn perangkat Photoshop sejak berbekal laptop 5 taon lalu. Itupun sebatas olah digital biasa. Bright.. Contrass.. Saturasi. Cropping.. dan terpenting water-mark. Sekedar penanda resmi hasil foto sendiri. Cuma itu. Fitur lain paling ogah saya otak-atik. Padahal, klo kembali pada obsesi lama, ilustrasi dan beberapa cuil ilmu grafis begitu minat saya ingin kuasai. Terlebih pada penguasaan design logo dan design kaos. Pokoknya aneh! gak tergerak sama sekali pelajari.

Tapi dipikir lagi, ada juga alasan lain kenapa saya gak gubris apakah itu Photoshop, terlebih CorelDraw. Rewind ke belakang. Memang saat awal beli laptop saya punya kepentingan lain. Mendalami e-commerce berbasis website sederhana ala blog. Niaga ala virtual yang mampu tembus batas teritorial. Dan saya begitu termotivasi kala itu. Browsing dan lacak informasi demi tujuan utama.
Kalo-pun ada beberapa pekerjaan ilustrasi, saya lebih memilih tetap keukeh pada tehnik manual. Dan itu berjalan berangsur. Sebab meluangkan pelajari software digital akan membutuhkan waktu tersendiri. While, konsentrasi saya belum ngarah bidang itu sepenuhnya. Benar-benar saya terpola manusia instan. cari praktisnya saja. Maklum, pondasi niaga beda dengan kegiatan having Fun.
Persis awal tahun 2012. Saya sudah mulai ubah fokus. Mau gak mau saya harus tergerak untuk memanfaatkan fasilitas terbengkalai demi kegiatan yang saya nikmati. Palet warna digitasi kini begitu undang selera. Gak lagi skedar bergantung tehnik manual yang begitu makan waktu.

Harapannya, saya ingin mulai lebih fokus. dan sejak akhir-akhir ini mulai bergerak intim dengan Photoshop. Masih tahap proses. Dan kurang-lebih hasilnya terpapar dibawah ini....,































































































Belakangan, ada lagi terbersit jajal aplikasi lain. Pewarnaan ala Photooshop memang menarik. Tantangannya selagi tekun... ada keinginan nyoba tablet grafis, keluaran Wacom. Terus terang, kalo cuma mengandalkan kinerja mouse terlalu forsir daya kesabaran. Ugh.....,
Dan sebagai perangkat  handal dipikir-pikir lagi Tablet grafis ini layak di masukkan dalam daftar Wish-List. Dan itu artinya mengesampingkan hobi dan minat lain. Lensa kamera ternyata bukan lagi prioritas. Nabung lagi.. demi Wacom. Just think about it.... it's not cheap one :)

Drawing direct on your screen....


Rabu, 23 Mei 2012

I gonna get Sketch... for a Subside

Belakangan ini kumat lagi aktivitas corat-coret. Pertama, alasannya tentu sekedar sebagai ajang latih dan menuangkan ide dalam bentuk gambar. Ekseskusi momen dan obyek dari pembiasaan tehnik rekam cepat, ala fast skeching. Dan lalu meramu di sajian gambar. Baik realis maupun kartunikal, terutama pada gambar figur personal. Bisa dari kontribusi wajah tokoh dari asupan browsing internet. Atau stok paras beberapa rekan di warga Warung Jack (the Jackers) - taman Budaya Kota Mataram. Ini sih demi proses komunikasi dan silaturahmi. Disamping merasa terpanggil untuk sekedar partisipasi memperluas sosialisasi wadah "Warjacks" di rana maya. Bahwa eksistensi berkesenian itu ada. Gak harus di gedung mewah... harus dimediasi oleh pihak EO tertentu. Tapi bisa di inisiasi sendiri dengan semangat kebersamaan, sekalipun cuma di Warung Kecil, yang pemiliknya bernama pak Jack. Meriah dan suasana guyub lebih kental terasa. Link intip SINI.

Kedua, efek lain adalah antara polemik dan tukar informasi. Saya kembali tergugah dengan wacana the Urban Sketchers. Wadah ini bukan barang baru di beberapa komunitas rekan yang dekam Jawa. Kegiatannya sudah berjalan dan bahkan komunitas terbentuk dari berbagai latar belakang penggiat hobi dan profesi. Identiknya ya jelas kota-kota besar. Yang menjanjikan nuansa Urban. Khas perkotaan. Bicara keberadaan komunitas ini di luar negeri sana, bahkan lebih solid lagi. Semisal http://www.urbansketchers.org/ Semakin tergugah saja saya dibuatnya.
  
Selanjutnya, dari aktivitas ini saya makin berusaha mengembangkan imajinasi. Berandai-andai... melebarkan angan dan fantasi. Cuma dari kilas balik pemikiran sederhana saja. Sudah banyak oknum blogger yang bisa melanglang buana ke belahan bumi lain. Melalui kemampuan menulisnya. Memiliki berbagai relasi dan sinergi wadah komunitas blogger tanah air. Mayoritas di dominasi oleh kalangan blogger penggiat dunia traveling. dan tentu saja, ada rekomendasi. Syarat rate kunjungan pembaca di masing-masing blog mereka itu memang ramai. Kategori blog yang di sinyalir bakal mampu menyebarkan informasi lebih meluas. Dan beberapa parameter lain tentu saja. Kans ini-lah yang dicermati oleh penyelenggara event promosi pariwisata di negara lain tadi.  Trending topik yang tetap dikembangkan untuk langkah promosi. seperti yang dilakukan juga oleh Detik.com via program Aku Cinta Indonesia (ACI).

Muara pemikirannya simpel. Bagaimana nantinya para sketchers di tanah air bisa menangkap sinyalemen peluang tadi. Bahwa, kegiatan corat-coret inipun bisa merambah industri wacana wisata visual yang mampu beri dampak wisatawan kunjung ke berbagai daerah tujuan wisata. Baik lokal, regional dan International. Terlebih-nya wacana-nya hampir bersinggungan dengan konsep TIME = Tourism Indonesia Mart & Expo. Potensi industri pariwisata yang malah lebih relevan adalah judul besar MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) Indonesia: Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran.
Entah dengan bagaimana pemikiran ini bisa bergulir. Yang tentu ramuan gak lepas dari rumus 5W1H. Setidaknya sebagai langkah awal,  imbauan mudah barangkali begini. Miliki blog atau website pribadi. Pajang karya anda yang menampilkan suasana urbanitas, kota masing-masing dimana-pun kalian tinggal.  Wacana ini membuka potensi loh! kelak, kita gak bakal bisa ngerasain jalan menyusuri kota demi kota semata secara virtual saja. Namun lebih nyata. Jalan-jalan dalam arti yang sebenarnya.


That's an urban-sketcher are for....
We gonna get Sketch... for success! 


INFO :
berkenan intip karya sketch saya... silahkan kunjung 

Selasa, 17 April 2012

Plan Pelabuhan Ampenan 2012 (PLIN-PLAN)

Wacana yang telat saya posting.....,
Nyaris sebulan lalu. Ada tema lain tentang pengembangan kantung-kantung wilayah pesisir Lombok. Kali ini tidak jauh. Masih kawasan yang paling berdekatan dengan zona tinggal. Sekalipun desas-desus berita terkait sudah mulai terdengar santer sejak awal tahun 2012. Agak variatif, narasumber awal justru langsung dari figur seorang toga (tokoh Agama) kampung Melayu. Lisan gamblang. Bukan wangsit sesat dan informasi sesa'at. Dialog singkat. Perihal Ampenan Harbor - Hotel & Resort.
Nyusul kemudian, bahasan interaktif via radio, yang disambut reaksi pirsawan, lalu beredar mulut ke mulut diantara tetangga. Mulai tercetus di media cetak. Tentang persiapan kajian amdal dan sebar sosialisasi. Hingga terakhir, ada undangan resmi di kantor Lurah, Ampenan Tengah. Tertanggal 19 Maret 2012. Hampir semua dapat undangan. Terlebih bagi warga Kampung Melayu Bangsal, notabene lahan-nya bakal sebagai lokasi pembangunan, di zona inti. Saya-pun berbaur hiruk-pikuk diantara jubel undangan. Simak... catat dan aksi jepret dokumenter. Berharap ulas dan ramu di postingan blog. Community Jurnalistik....,

Sosialisasi Ground Breaking
Acara helatan sosialisasi berjalan lancar. Penuh dengan suasana akrab dan kekeluargaan. Penghantar wacana awal dibuka oleh paparan dari Walikota Mataram, H. Ahyar Abduh. Bahwa pelaksanaan peletakan batu pertama akan dilakukan pada tanggal 23 Maret. Dengan harapan semoga masyarakat sekitar akan turut serta partisipasi aktif mendukung proyek besar yang akan di canangkan. Konon total budget akan menelan biaya 2,7 trilyun rupiah, ini total nominal yang belakangan santer disebutkan. (padahal sebelumnya pak wali menyebut angka 1 Trilyun) Resort megah dengan target kamar hingga menampung 500 tingkat hunian. Inisiatif ini tentu tidak lepas dari upaya pemkot bekerjasama dengan pihak ke-3, PT Gunung Lawoe Mercu Buana. Pada kesempatan itu dimanfaatkan sebagai kans menyambung silaturahmi dengan warga sekitar. Diwakili pihak perusahaan oleh Bapak H. Hidayat Hadi Brata. Melalui kesempatan yang berikan, tanpa panjang lebar juga tetap mengharapkan dukungan penuh dari warga demi suksesnya pembangunan terkait. Begitu juga dengan pemerintah daerah. Karena bagaimanapun pamor yang bakal terangkat tidak saja daerah, tapi sekaligus Indonesia.

Ungkapan menarik lainnya. Program ini merupakan agenda nasional demi mengangkat tema Bahari dan legenda kota Pelabuhan. Sebagaimana di ketahui, A
mpenan sejak dulu sudah di kenal sebagai pintu masuk Indonesia wilayah zona Timur. Bahkan pak Walikota lebih antusias bercerita, pada kitab-kitab karya tokoh ulama besar dimasa lalu, pelabuhan ini kerap disinggung dalam beberapa kisah didalamnya. Misalnya, karya Syech Yusuf Al-Hambali (semoga tidak salah rekam) yang menyebut inisial "Al-Amfanani". Seperti penyebutan lain pada sosok figur Imam Al-Amfanani, identik muasal Lombok. Seperti julukan pada imam dari daerah lain, Palembani & Makasari. Merujuk pada identitas khas geografis.

Pengembangan Kawasan
Secara spesifik wilayah pesisir kota Mataram memiliki bentang garis panjang pantai sepanjang 9 Km (sebelah barat). Terhitung dari paling utara kali Meninting dan merentang jauh selatan di zona aspal Jalur lingkar Selatan. Sekitar pesisir di BTN Kopajali (Komplek Perumahan Jalur Lingkar). Berbatasan dengan pantai Kuranji. Pemkot merasa punya andil besar dalam peran memberdayakan kawasan pesisir, yang lansekapnya hanya secuil. Dibanding keseluruhan garis pesisir wilayah kabupaten lainnya. Pengelolaan wilayah pesisir yang diharapkan bisa bersinergi integral dengan geliat pembangunan disekitarnya. Baik infrastruktur fisik dan kondisi sosial, ekonomi dan budaya. Dan itu sebuah harapan standar yang ingin dicapai. Untuk lebih jelasnya, yuk intip via google map:

Dari coverage pemataan hasil citra, tampak klo wilayah kota Mataram (sesuai Wikipedia) adalah 6.130 km2.  Posisinya terselip di antara luasan lansekap kabupaten Lombok Barat. Terpampang gamblang bahwa sumber daya alam pesisirnya hanya pada tepian barat yang masuk dalam kecamatan Ampenan dan Sekarbela. Menghadap persis dipaparan bentang selat Lombok. Kawasan perairan yang sudah semestinya patut dikembangkan demi kemaslahatan warga sekitarnya. Dus, garis pantai yang total 9 Km ini layak di kembangkan tentu dengan mempertimbangkan dampak dan aspek daya dukung lingkungan. 


Selanjutnya, mari menilik lebih detil zona mana yang bakal menjadi konsentrasi pembangunan Ampenan harbor,  Hotel & Resto.



Secara langsung batasan zona saya belum pernah lihat langsung, apa lagi punya kesempatan khusus melihat blue-print resmi-nya. Tapi, kalo sekilas melihat gambar sementara yang ditunjukkan di berbagai tampilan. Bisa diperkirakan secara kasar. Bahwa luasan 5 hektar yang dimaksud adalah sekitar poligon kuning yang saya rujuk di foto citra diatas. Sebelumnya, pemkot malah canang kesiapan lahan dengan luas 13 hektare. Namun pihak PT. Gunung lawoe Mercu Buana hanya meminta 'porsi' 5 hektar saja. Dan ini baru cakupan zona inti darat saja. Belum pada pengembangan struktur pancang bangunan yang  mengarah jorok ke laut. Konsep paket inovatif pengelolaan fasilitas marina.
Zona darat inti klo dicermati akan terlihat jelas batasannya. Paling utara, persis bersinggungan dengan lokasi Pertamina. Sebelah barat, laut menghadap selat Lombok, Selatan dan bergeser ceruk tajam arah timur hingga jembatan, adalah notabene sempadan kali Jangkuk. Zona sempadan ini bagi warga disebut kampung Kelikit (lalat). Konotasi lain, bilang Kandang Sampi (kandang sapi) terkait sejarah lama era pelabuhan lama Ampenan. Bahwa disini tempat menambatkan ternak, sapi-sapi yang akan siap ekspor ke negara lain. Sejarah gerbang Pelabuhan edisi bahula. Atau, bahkan sebagian menjuluki-nya dengan 'gunungan', merujuk pada gunduk alur sempadan Jangkuk. Sekarang penuh dihuni jejalan rumah. Bahkan membentuk pemukiman persis diseberang jalur sempadan. Tanah gunduk yang terbentuk dari timbunan sampah dari gulir waktu. Gilir momen banjir, kalang kabut situasinya.
Dan wilayah Barat adalah Kampung Melayu Bangsal, pastinya akan tergerus oleh pembangunan nantinya. 

Pihak lain ada yang menganggap miris. Terutama beberapa bangunan sejarah tua yang bakal hilang. Alasannya, bakal menghilangkan ikon Ampenan sebagai kota tua-nya. Kubu ini semacam menggaungkan semangat aliran penganut konservatif. tapi gak berarti anti perubahan. Mereka hanya ingin kota tua-nya, baik filosofi dan faktor memorial tetap terjaga utuh. Dan sebagai konsekuensi, jika mega proyek ini bergulir pastinya ada beberapa bangunan yang bakal raib. Diantaranya bangunan tua eks Bank BI. Beberapa kios,komplek dari perempatan graha kelenteng (ujar lokal : Konco) mengarah barat ke gerbang pelabuhan, dan ke selatan jalan Aria Banjar Getas. Artinya Gudang Hokie dan PLN akan ikut ter-delete.
Selebihnya, dari ruas jalan Ponco mengarah ke timur hingga simpang lima akan tetap ada. Dan ini menjadi pertanyaan selanjutnya. Jika mega proyek Ampenan Harbor berjalan sesuai rencana. Apakah pihak Pemkot Mataram telah menyiapkan paket program wisata lain, Artinya masih terbuka luang judul wisata kota tua Ampenan, dari sisa peninggalan yang ada. Harapan saya pribadi semoga inovasi ini berkelindan. Saling melengkapi. Sebab bagaimanapun, aset graha tua Ampenan kian lama kian terminimalisir. Beralih fungsi sebagai bisnis rumah sarang walet & seriti. Dan ini hanya sebagai bentuk ke-miris-an yang lain.
At least, semoga Ampenan kian cantik berbenah... Parasnya tetap anggun meski dengan onggok graha tua yang kelak mampu di berdaya. Bersanding megah graha baru. Bersinergi demi kemaslahatan yang di-impikan. Amin.



*Beberapa dokumentasi perkembangan terakhir :

persiapan pembangunan gapura utama di simpang 5 Ampenan


penghancuran sisa bangunan eks warga penampungan di lokasi Pelabuhan Ampenan

Petugas pengukur Teodolit beraksi

Lokasi tepat di gapura selamat datang pantai Ampenan

bearing titik tumpu terdekat

titik no 7 ; tepat di sudut gudang PLN dan Goedang Hokie

indikator pointer pengukuran teodolit
Ada juga persiapan acara lain.....,

Lagi persiapan jelang acara...

ternyata Pelaksanaan program Bersih Pantai pemanfaatan dana CSR pihak Pocari Sweat

sedikit jauh dari zona utama... di pinggiran sungai Jangkuk , tampilan kian dibenahi. Teras yang langsung menghadap sungai. Perbatasan Kampung Melayu timur.

Dilihat dari arah timur... sudah mulai di pasang beberapa tenda

Kunjung workshop Batik Sasambo

kunjung 12 April 2012, dilokasi Vendor Resmi-Griya Parampuan.
Harap maklum yah! artikel ini hampir setahun lebih mangkrak. Cuma tampil 1 gambar (inset samping) terpasang. Indikasi pemanis alibi. Bahwa saya pernah kunjung langsung. Heran-nya, kog gak segera tergerak nulis apapun. Labil juga sih! Saat itu saya lagi cari celah titik cerah apa yang bisa saya kait dan runutkan dari wacana terkait. Semacam energi benang merah-nya. Batik Sasambo... kenapa bisa hadir. Latar belakang apa. Esensi ulasan apa. Siapa kreatornya. Bla...bla..bla..., Terasa kusut jika urai pake metode konvensional 5W+1H. Toh, Saya bukanlah reporter harian resmi. Sebatas doyan nulis. Review ala kadar, berangkat dari pondasi geluti Citizen Journalist. Acap di sebut Pewarta Warga. Masih bingung dengan istilah itu, Yowis! label paling pas ya Wartawan Indie.
Fakta-nya kini terjerembab lonjak almanak. Pelototi monitor notebook sama, masih digayut PR artikel gak kunjung tuntas. Persis jelang akhir Ramadhan (tertanggal 3 Agustus 2013). Oke, ulasan ngawur dimulai......,

Istilah SaSaMbo adalah singkatan dari gabungan ketiga etnis yang ada di NTB. Sasak-Samawa-Mbojo. Secara pesan filosofis mudah ditengarai sebagai abrreviation / akronim yang sekaligus bingkai simbolisasi dari upaya bijak dan terarah penyatuan  ke-3 unsur kultur dan suku yang mendiami tanah Nusa Tenggara Barat. Terdiri dari 2 pulau besar. Lombok dan Sumbawa. Tujuannya tentu bermuara harfiah pada terciptanya keselarasan, balansi dalam peri kehidupan. Kerangka pikir patri pada konsep semangat sub-Bhinneka Tunggal Ika.

Agak ketinggalan berita. Maklum sedikit udik. Tentang Batik Sasambo, justru saya dapat info ketika jalani peran pandu rekan Jakarta. Para surveyor lingkungan pesisir dari Kementrian Perikanan dan Kelautan (KKP). Sepulang kunjung wilayah Sekotong. Masuki alur Mataram kami langsung hinggap di Griya-Parampuan. Dengan celutuk saya jujur ngaku... selama ini saya cuma pernah tau Senam Sasambo. Juga ada lagu badendang-nya yang kebetulan pernah liat di stasiun lokal, LombokTV. Dibawakan 3 pria paruh baya, lengkap balut kostum adat per-masing suku. Mirip aksi Trio-libels. Cuma in-shoot kadang ada ayun gerak gak kompak. Kaku.. rada sipu-malu, belum bener" menjiwai bimbingan penjiwaan teaterikal.   
Paket budaya kreasi baru, saya hanya berpikir begitu. Tapi klo batik Sasambo. Swear! baru kali ini ngeh-nya!
Sejurus kemudian kami tiba di lokasi rumah produksi. Rumah merangkap gerai showroom dan pabrik olahan. Menyengat tajam bahan pewarna. Aura kontras dengan beberapa deret rumah lain. Aktivitas terlihat sibuk. Banyak individu terliat tekun pada fokus bidang kerja. Saya gak tinggal diam, tergerak aktif meliput suasana. Beberapa gelondong kain mori bahan katun standar batik tergeletak di sudut ruang.
ruang cuci - setelah proses pewarnaan
Tampaknya paket kiriman yang baru tiba. Bahkan didepan garasi merangkap ruang produksi terlihat perempuan muda sedang menatah warna outline via media canting.  Ikuti format pola pensil. Dibilik ruang lain, tampak seorang ibu sedang menggambar beberapa pola. Desainer handal. Disimak seksama oleh beberapa gelintir remaja. Kilas dialog ternyata mereka adalah siswa dari pemilik usaha ini, bapak Lalu Darmawan. Profesi utama adalah guru SMAN5 membidangi mata pelajaran kesenian. Khusus keterampilan mBatik. Inspirasi keragaman budaya yang kemudian menggerakkan beliau untuk menciptakan batik Sasambo.  Sebagai perintis utama yang kemudian mampu mengembangkan usaha batik mandiri khas daerah. Cukup membanggakan, sebab menjadi ikon resmi busana instansi. Wajib sandang hari kamis. Sehingga terlihat betapa pemerintah daerah cukup respect dan mendukung sektor usaha terkait.  Sisi lain, adalah terbukanya kans estapet muncul cikal usahawan baru. Memberi kesempatan magang bagi para siswa binaan. Sinergi dan mutualisme yang semoga jadi rangkaian bermanfaat. Kemudian hari nanti 
Di kanal lain cukup membingungkan. Tertulis bahwa pertama kali usaha ini di rintis oleh para santri Pondok Pesantren(PP) - Tarbiyahtul Ikhlas atas prakarsa seorang ustad. baca link. Lain info dari wawancara yang saya dapatkan. Menurut ibu Darmawan justru perkembangan awal batik Sasambo, sang suami yang merangkul otorita di PP itu. Upaya pemberdayaan para santri. Tidak saja mengukuhkan pondasi dasar kecerdasan spiritual. Tapi membekali kecerdasan finansial. Melek jiwa wiraswasta dan punya tabungan pengalaman sektor ekonomi. Mungkin gitu kajian konsep dan terapan-nya. T..O..P... banget!
Jadi semoga tidak ada pihak yang berusaha ngaku-ngaku perintis lain. Lantaran manfaatkan momentum keciprat tenar. Hare gene.. mental badak kog dipelihara!   


pengerjaan batik padat motif (Foto asal Googling)
Budidaya bidang Textile
Susah gampang memaknai Batik. Tapi ada cukup bahan kajian jika merunut Wikipedia. Intinya cukup di maknai sebagai karya tekstil yang berkembang sejalan peradapan manusia. Dikerjakan dengan tehnis tertentu. Juntrungnya, Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009
Secara mainstraim, sejak dulu kata 'batik' yang lekat di otak saya cuma ada kata Jawa. Juga sentuh teritorial Madura. Mengutip beberapa lampir ungkap pendapat yang menarik disimak. 
Tradisi falsafah Jawa yang mengutamakan pengolahan jati diri melalui praktek-praktek meditasi dan mistik dalam mencapai kemuliaan adalah satu sumber utama penciptaan corak-corak batik tersebut selain pengabdian sepenuhnya kepada kekuasaan raja sebagai pengejawantahan Yang Maha Kuasa di dunia. Sikap ini menjadi akar nilai-nilai simbolik yang terdapat di balik corak-corak batik menurut Djajasoebrata (dalam Anas, Biranul, 1995: 64). Pola, motif dan warna dalam batik, dulu mempunyai arti simbolik. Ini disebabkan batik dulu merupakan pakaian upacara ( kain panjang, sarung, selendang, dodot, kemben, ikat kepala ), oleh karena itu harus dapat mencerminkan suasana upacara dan dapat menambah daya magis. Karena itu diciptakanlah berbagai pola dan motif batik yang mempunyai simbolisme yang bisa mendukung atau menambah suasana religius dan magis dari upacara itu. “ Jadi batik tidak hanya untuk memperindah tubuh dan menyenangkan pandangan mata saja, tapi merupakan bagian dari upacara itu sendiri bersama dengan alat-alat upacara yang lain” ( Iwan Tirta, 1985: 3). “Motif-motif batik tidak sekedar gambar atau ilustrasi saja namun motif-motif batik tersebut dapat dikatakan ingin menyampaikan pesan, karena motif-motif tersebut tidak terlepas dari pandangan hidup pembuatnya, dan lagi pemberian nama terhadap motif-motif tersebut berkaitan dengan suatu harapan” (Kuswadji, K, 1985:10-11). 

Kesimpulan yang dapat diambil. Batik budaya jawa punya kajian filosofi (makna filosofi batik), corak dan pakem khas. Berkaitan erat sandang adat. Meski kemudian mengalami pergeseran nilai akibat generalisasi humanisme. Setara gender dan hapus jejak teori kelas pada strata masyarakat pengguna. Anggap saja lumrah manusiawi. Kesampingkan hikmah pemurnian-nya. Kembali pada kemampuan daya beli seseorang. Minat akan motif dan ketertarikan heritage budaya sendiri. Minim dimaknai sebagai khazanah langkah cagar budaya.
Justru layak sorot adalah perkembangan batik paska pengakuan resmi Unesco, tahun 2009. Sejak itu serta-merta muncul berbagai karya batik dari berbagai wilayah Indonesia. Entah ini dampak rebak ke-latah-an ter-organisir. Atau ada sebab lain? Bagaimana bisa wilayah Indonesia timur yang tadi-nya identik dengan penghasil kain tenun ikat ataupun songket. Mendadak heboh mengenalkan karya Batik unggulan khas daerah masing-masing. Bahkan ada batik Papua ???. Jika-pun ada tipe selembar "kain", mestinya berupa hasta karya simpel. Biasa berupa rajut-anyam dengan bahan alami, rumput or samak kulit pohon. Motif prime-itive dengan corak sederhana. Warna terbatas. Khas nuansa pedalaman atau corak nuansa paganisme. Yah, semisal amsal bahan selongsong koteka. Bagaimana jika ada tayang tivi. Menampilkan segmen pernikahan adat ala papua. Saat penyerahan mas kawin dari pihak laki. Tidak pernah nongol kain khas papua. Apalagi batik papua :( Justru kain idola yang dianggap berharga di acara pinangan kog malah sarung Sulawesi? :) Kontradiktif... gak mendidik otoritas logika!
Gelagat lain. selain skeptis juga ketangkep kesan upaya protektif ganjil. Berkiblat kasus budaya disabot jadi milik negara lain. Reog..pendet..angklung. Bahkan batik toh juga ditumbuh-kembangkan oleh insan jiran malaysia. Trus apa saya kudu reaksi heboh.  Ngapain.. toh motif jiplak tanpa tendensi filosofi apapun. Pengembangan lain yang ada justru motif dan corak kreasi baru. Kalo-pun ada penyertaan ikon Nusantara, cuma pemanis tampil saja. Asal comot,mix-match... kayak kreasi mozaik. Karya sadur bin jiplak selama-nya gak akan pernah bisa geser orisinalitas muasal hakekat masterpiece, Batik Indonesia.
batik Barca... batik Gaul... batik supporter fanatik :)
Cermati saja. Seperti juga tindakan pabrikan batik di tanah air, demi olah industri. Sasar pangsa penggila bola fanatik. Notabene generasi sekarang yang ogah lirik pakem batik orisinil. Lahir karya beda. Batik sisip logo tim soccer luar negeri. Gak lebih konotasi batik gaul. Jadi perlu garis bawahi sodara-saudagar..., ini hanya kecamuk industri
Disinyalir gerakan terselubung pan of java. Wah gak blas tuh! Yang ada justru gejala industrialisasi bergulir. Tehnik membatik. Bukan esensi harfiah batik. Seolah digeneralisasi apapun yang dikerjakan dengan tehnik sama.. peralatan, bahan-material dan proses serupa. Langsung di cap Batik. Tanpa bisa beda-in mana karya batik adi-luhung, mana yang kreasi baru. Pihak keruk untung, klo gak produsen/pabrikan penyokong utama rangkaian bisnis terkait. 
Konsentrasi pada wacana corak dan filosofi batik, seperti tidak lepas dari fenomena pencitraan keris khas Nusantara. Sarat pendalaman makna dan falsafah proses penciptaan. Tingkat kesulitan garap makin melambungkan eksistensi. Gaya bangun, dapur hingga jumlah lipatan maupun motif pamor. Mau pola reka maupun tiban. Hasilnya sangat layak di pamerkan. Idealisme maha karya.


Salah kaprah kian tumpang tindih. Foto diatas ini salah satu rujukan link yang kadang makin mengaburkan citra textil Lombok. Banyak di-copas web/blog jadi dokumen inset penyerta wacana terkait. Dikatakan sebagai batik SaSaMbo. Padahal gamblang itu semua adalah kain tenun ikat (songket) khas motif lombok. Kecuali warna coklat (kanan atas) identik khas Sumba (NTT). Bukan pula itu kain mori bahan batik yang kemudian di-tatto motif khas songket. Jadi seolah ada kesan pemindahan motif serupa pada media tekstil yang berbeda. Motif batik SaSaMbo sangat minimalis. Motif terinspirasi dari ikon tematik keseharian.



ini motif Batik SaSaMbo. tapi masih mewakili citra khas Sasak Only
Kiri-kanan : (1) motif burung endemik Koak-Kaok (2) motif sayur lebui
(3)motif gendang beleq. (4) motif pucuk Kangkung.  
Batik tanpa pakem tradisi
Ada ungkapan, batik SaSaMbo belum bisa diakui oleh komunitas seniman sebagai murni karya batik. Tidak dijelaskan detil kenapa. Tapi sejauh prediksi, bisa jadi alasannya sama, runut penjelasan yang saya papar di bait sub-judul perihal kait sejarah dan filosofi. 
Saat kunjung awal ke lokasi workshop bersama rekan tadi. Saya bahkan pangling. Cenderung bingung. Sangat in-konsisten dengan usungan filosofi simbolik penyatuan ke-3 warna budaya. Asumsi-nya ada temuan energi pembaharu. Menyatu desain corak & motif. Semacam esensi print-out karya 3 in 1. SaSaMbo, pada karya batik-nya, harapan saya adalah konsonan pengejawantahan uni-NTB. Sinyalemen karya fenomenal New-West Nusa Tenggara. NTB yang utuh... meski komplikasi. Karya yang mampu menyatukan tirai dan sekat pembeda, al-furqan fi teritori wal propinsi.
Sebagai kasus pembanding paling relevan bisa dilihat pada batik Jawa Tengahan. Yaitu batik dengan julukan 3 negeri. Batik ini menarik bukan secara pakem motif yang sejenis. Tapi justru bisa beragam. Batik 3 negeri awalnya mengacu pada kasualita status wilayah administratif (hak otonomi) di jaman kolonial Belanda dulu. Batik ini ke-unik-an justru pada opsi beda warna dari asal daerah yang berbeda. Merah identik asal Lasem. Biru berasal dari Pekalongan. Sementara Sogan/Coklat asalnya Solo. Dari satu lembar mori batik lalu mengalami proses pewarnaan dari asal warna 3 daerah yang berbeda. Tentu saja ini 'hanya' akan dialami oleh batik 3 negeri tipe jadul yang dikerjakan secara tehnis manual pada periodik kurun tempo dulu. Yang secara harga bisa dipastikan lebih mahal secara nilai historis-nya. Akan berbeda kasus jika dikaitkan dengan batik tiga negeri edisi kini. Bisa dipastikan perolehan warna sudah begitu mudah karena di dukung geliat industri yang mengiringi perkembangan peradapan.    
Kenyataannya, batik SaSaMbo baru hadir sebagai brand. Sertifikasi cap dagang.  Dikurun gulir 3 tahun perjalanan usaha-nya.  Motif yang terpampang lebih pada perca ikonik, individualistik. Motif Sasak meliputi kangkung, Sebiye(daun pegagan), cacing nyale(cacing laut yang muncul pada even festival budaya Putri Nyale disepanjang pesisir selatan Lombok - biasa bulan Februari), koak-kaok(nama burung), berugak, masjid, pemain gendang belek, dlsb. Sedang motif khas Samawa ada kijang, asem (buah tamarin), barapan kebo(dikaitkan dengan tradisi budaya panen masyarakat petani) . Bahkan manjareal, kue khas sumbawa sampai di jadikan obyek ekploitasi imaginatif. Belum lagi motif khusus Mbojo (meliput Bima dan Dompu). Belum tuntas saya ketemu liat ikon khusus. Mungkin buah kinca(mungkin tipe endemik..sejauh ini belum penah ketemu di tempat lain). Goal/bidara, atau barangkali perlu usung sambel khas, Siradungga. Atau kelak ada motif kalimboade (ucapan paling khas dikomunal sana saat hendak berpamitan).  
Menurut pitutur kemudian, workshop SaSaMbo juga buka peluang cetak Motive by Order. Sejurus perkembangan beda 3 budaya. Gilir ada kans dari terbentuknya kabupaten baru. Sejak ada maklumat pemprop agar pada hari kamis, dikenakan busana khusus dengan bahan batik SaSaMbo. Rupanya membuka keran ide. Kabupaten Lombok Utara baru terbentuk, konon sudah ada tim khusus pemerintah yang pesan batik SaSaMbo. Entah ikon apa lagi. Model perahu jukung? noktah 3 gili.. motif bebukit khas Rinjani. Atau model sate ikan tanjung?. Belum lagi jika KSB tergerak pesan. Nyok, berandai-andai  tentang ikon motif yang bakalan terbit. Khusus tanah berslogan resmi pariri lema' bariri. Lebah or motif sarang tawon. Atau mengadopsi formasi kemutar talu, bahkan tugu Parang. Cocok nih, bisa nyentil filosofi pakem konvensional motif batik Parang-Rusak asal Jawa. Pelenceng dikit inisial unik...Parang-Balong...Parang-Merang!. Atau sekalian bikin motif spesial Sasak. Toh kata Bateq.. nurut lokal sasak bermakna juga parang. Rada mirip lafal Batik=Bateq. Lalu mendadak lahir motif Bateq-solah... bateq-tilah or Bateq-sede*.



ka-ki : (1) motif utk samawa ada motif Kijang. (2) motif sasak ilham
daun Sebiye, biasa jadi sayur khas. (3) motif cocoa.. bisa jadi ini 
rujuk zona KLU dominasi khas vegetasi perbukitan

Motif pisah-pilah, separasi ikonik-simbolis by order. Paling tidak masih mengukuhkan diri bahwa batik sasambo masih dominan alur rana industri. Gebu kebangkitann-nya sekaligus tandai sebagai produk tekstil kreasi baru. Bentuk wujud pencitraan kini. Proses gali jati diri kolektif di tikai kubu-kubu ambigu. 
Gak masalah kog! Toh dalam perkembangan awal nama besar pabrikan batik lain (mukim jawa) juga begitu. Keluar dari pakem-pakem standarisasi njlimet. Lalu dengan berani mengumbar energi ekspresif. Muncul desain baru. Kontradiktif, nyeleneh tapi asik. Hantam krama baku :) Tengok saja batik Keris dan Semar. Sekalipun pada awalnya ada juga motif-motif afkir. Desain motif yang sekilas mirip dengan pola printing di gelaran kain pantai/sarung pantai. Marak diproduksi demi tunjang kepentingan wisata marina dan pesisir. Warna ngejreng.... eye catching. 
ByTheWay, mencermati Kain/sarong pantai. Jika ditilik pada perkembangan batik Jawa akulturasi, rasa-nya agak sedikit memiliki persamaan pada rekam jejak falsafah sederhana-nya. Batik pesisiran yang berkembang atas pengaruh unsur negri jiran, Tiongkok. Dimana bengkel/workshop batik jawa tengah bagian pesisir utara telah pesat berkembang oleh para moyang dan trah peranakan. Pesan dan muansa motif-nya egalitarian. Bisa dikenakan oleh kalangan manapun. Karena secara tujuan lebih menyasar ke rana bisnis. Disamping awal-nya juga secara historis gak bisa dipungkiri demi mendukung sektor tekstil yang telah berkembang pesat di negara asal-nya. Sentra Sutra! berkenanan dengan tematik silk-road. Penyebaran-nya tidak lagi terkendala zona daratan sejak dibuka alur laut berkat ekspedisi Laksamana ChengHo.

Sekalipun dalam laju berikutnya, ada juga motif tertentu yang dikabarkan hanya dibuat secara terbatas. Peruntukan bagi kalangan 'taipan' di masa itu. Bisa dibilang karya seni batik pesisiran ini juga merupakan batik Kontemporer dimasa awal kedatangan-nya. Akan sangat kontraversi dengan batik nilai falsafah jawanisasi yang terpusat dikalangan keraton Jawa Tengah zona selatan. Dikenal dengan kategori batik klasik. Sarat nuansa magis, sakral sekaligus pamali dan kadar kasta pemakai-nya.   

Mengutip komentar rekan, yang ternyata doyan buru dan koleksi kain. Khususnya output daerah dari setiap kesempatan kunjung kemana-pun dia hinggap. Memang batik sasambo belum bisa disejajarkan karya batik jawa yang lebih dulu eksis. Sarat kandungan motivasi pengaruh lintas jaman. Namun bagi saya layak di koleksi kog! Dari sisi eksklusifitas. Paparnya tegas. Esklusif... adalah ciri khas. Lain dari yang lain. Intinya semoga menjadi poin trigger bagi pengembang batik sasambo berikutnya. Usahawan binaan...,

Bincang gamblang, kan masih dapat dukungan pemerintah daerah tuh. Jika ini bakal jadi sentra produksi unggulan. Rangkul para seniman lokal. Selain workshop, sediakan sarana khusus membuat karya limited. Jalin kerjasama, jual harga lelang di showroom ajang pameran. Pengembangan motif bisa di siasati via lomba desain motif batik. Kans menjaring bakat-bakat potensial. Dinamis dan berdaya saing.



Pokok pikiran : Ulasan diatas putus lagi. Dari periodik 3 Agustus 2013 hingga kini, di 13 Mei 2016. Setidak-nya masih saya tinggal beberapa keyword sebagai bahan pengembang wacana di kemudian hari. Catatan paling aneh! mangkrak... ketunda jeda. Lanjut lagi. Tapi sisi positif-nya semakin bertambah rujukan referensi. Yang tentu saja semoga menambah warna khazanah dan geliat pola/buah pikir. Well done...InsyaAllah.


Support Pemerintah Daerah
Bukan bermaksud menafikkan peran pemerintah daerah yang sudah cukup berjibaku demi perkembangan ikon khas daerah sendiri. Sebagai industri tekstil terbaharukan, Batik SaSaMbo bisa jadi akan menjadi fenomena tersendiri. Bak oase segar, ketika perkembangan pariwisata daerah menjadi stagnan. Gak maju-maju, bersemayam ditempurung lama. Kog kenapa cuma yang itu-itu melulu? . Lagi-lagi, tetap saja ditengarai sebagai karya kontemporer pada lintas kurun waktu berjalan. Tapi apakah eksistensi-nya akan tetap bertahan? Menjadi ciri ikonik khas. Senantiasa di-anyomi oleh kebijakan pemerintah daerah sebagai sentra produk potensial tema "original". Entah bakal diperkuat Perda... biar kekuatan payung hukum-nya mengikat dalam sendi kehidupan komunal kemasyarakatan. Nah, ini bisa jadi hal naif. 
Faktanya, bahwa apa yang di-alami batik SaSaMbo juga serupa dengan pengalaman apa yang terjadi disegmen kurun awal 90-an. Disaat gencar-gencar-nya, pemerintah daerah maupun propinsi NTB memicu sekaligus memacu sektor pariwisata dan budaya. Apakah itu Lombok dengan prosentase lebih dibanding Sumbawa. Sebab saat itu belum ada gaung "Lombok-Sumbawa promo" seperti edisi 2012. Saat itu seperti-nya jalan sendiri-sendiri. Swear! ini bukan membuka aib, tapi hanya sebagai bahan hikmah nilai pembelajaran saja. Disamping harap maklum saja. perkembangan internet saat itu kan belum semeriah sekarang. Geliat promosi bisa dilakukan oleh oknum personal. Tidak saja lembaga yang berkompeten (bahkan klo dijadikan komparatif akan lebih up to date kanal web/blog/portal milik perorangan. hehehe...). Belum lagi ditunjang wabah penyakit fotografi. yang kelak melahirkan generasi sadar wisata. Melek ber-vakansi.. karena didukung sekelumit informasi bejibun. Apalagi ditunjang macam program acara tipi "my Trips..my adventures", Jejak Petualang dll. Klop dah! Berwisata menjadi semacam arus trend massive. Tapi sisi lain, repotnya tidak disertai bekal pemahaman lingkungan dan peduli ekosistem. Akhirnya terjebak pada konotasi wisatawan para alay doyan narsis. Wisata itu bukan semata gaya hidup hedonis. Miris kan?! Disaat kaum urban sekarang sudah terbekali perangkat pintar ala smart-phone. Menggali informasi bisa lebih instan dan lekas. Tapi gak juga merubah pola hidup. Ternyata faktor doyan baca bukan menjadi mindset. Alhasil ya kblinger begini...,
Ops..., kejauhan! ini mah curcol. Balik lagi bahas kain...,


Tentang sadar lingkungan dan situasi. Bisa dikatakan jika dibanding kain batik SaSaMbo, kain tenun tradisional macem songket Lombok akan lebih bernuansa identitas endemik. Kain yang dikerjakan secara manual (alat tenun bukan mesin) yang secara istilah jawa disebut kain gedog'an (karena patitur perulangan bunyi pemukul kayu) malah lebih sarat filosofi kedaerahan dan falsafah yang dianut masyarakatnya. Ini baru sekedar kain tenun yang ada di Lombok saja. belum lagi mengulas lebih jauh semisal Rimpu dan Tembe ngGoli, khas pakaian adat masyarakat Dompu dan bima (mbojo).
Kain tenun a.k.a Songket buatan pengrajin asli sebenarnya ada di beberapa pelosok. Hanya yang sekarang tetap eksis ada di kubu selatan, berkutat di di Sukarare - Lombok Tengah. Sementara kubu utara ada dibilangan desa Pringgasela (masuk wilayah Lombok Timur). Kedua lokasi ini sangat mendominasi laju perkembangan kain khas nuansa Sasak. Pengerjaan-nya juga sangat lamban. Mengingat satu lembar kain butuh sekian hari dalam proses bikin. 
Kenapa disebut sebagai kain tradisional dan punya khas identitas endemik? Sebab kain ini pemakaian-nya berkaitan dengan pelaksanaan upacara ke-agama-an. Ritual adat dan penuh filosofi yang sangat dipatuhi dalam hirarki komunal adat. Bahkan memiliki corak khusus. Dinamakan sebagai istilah ragi. Ada berbagai macam jenis reragian. Merujuk pada istilah motif yang dihasilkan dan fungsi. Beda pelaksanaan acara beda jenis kain yang dipakai. Ada ragi Sari menanti. Ragi poleng, adalah motif kotak-kotak yang jelas mengadopsi (pengaruh) motif kain adat hindu Bali. Jika di Bali kain poleng hanya identik permainan warna hitam-putih-kelabu. Ragi poleng sasak di-modifikasi warna lain. Diantara nama ragi yang paling terkenal adalah Ragi Genep. Seumur-umur saya mukim Lombok Ragi genep hanya menjadi nama resmi jalan di daerah seputaran Sintung dan kampung Banjar, Ampenan.


Entah darimana asal sebutan ragi ini diadopsi. Pastinya kata ragi bagi kalangan komunal sasak juga berkonotasi racikan bumbu. Karena ada dikenal nama ragi Beleq. Momentum acara bgawe (resepsi) biasa tampil pada penyajian bentuk kuliner khusus. Ragi beleq adalah pembauran multi bumbu rempah. Gebyah uyah antara taste hangat merica dan pedas cabe. Mirip-mirip racik bumbu gulai kambing. Namun klo di tebak dengan asas praduga gak bersalah. Justru ragi beleq agak  ada rekat korelasi-nya dengan ragit. Ragit penganan khas Palembang. Modifikasi ragit khas kampung melayu Ampenan agak beda. Ragit terbuat dari tepung(campur dikit garam dan air). Berbentuk mirip kulit lumpia..cuma agak tebal. Dulu, saya menamai sebagai plesetan pancake arab. Biasa-nya ada saja momen rowah. Semacam selamet-an lingkup kecil. Si empu-nya gawe akan mengundang para jama'ah sholat subuh. Biasa diadakan momen menyambut ramadhan atau beberapa hari paska penyembelihan kurban. Sambil melantunkan do-doa untuk para keluarga yang meninggal. Sajian utama-nya adalah ragit ini. 'Lumpia' gulung ini akan disantap sambil cocol kuah gulai Kambing. Jangan tanya nikmat suasana seperti apa. Karena ini adalah ajang silaturahmi paling unik yang saya rasakan. Keakraban dan kerukunan warga itu menyatu menyambut gerbang pagi. Penuh kehangatan... sehangat sajian aik Pokak. Seduhan minuman sari jahe. nimbrung racikan pandan-kapulaga-sereh-kayu manis dan gula merah.

Sejauh ini, tentu kalian kebingungan memaknai sarat kemulet bahas? Dari seulas kain kog mendadak nyasar bahasan makanan. Dari konsep duo-konotasi ragi menjadi ragit. Masalah-nya adalah pada awal proses ketika transfer pemahaman itu berlangsung. Akulturasi itu berjalan semena-mena. Kadang semau-mau-nya. Pokok-nya di-istilah-kan begitu-itu dari dulu. Hehehe..,
Dulu, pada awalnya konsep reragian itu saya maknai sebagai standar pakem motif yang dapat membedakan antara satu corak motif dengan lainnya. Reragian bisa juga dimaknai semacam hakikat unsur imbuh bumbu-bumbu tadi. Yang secara spesifik membangun kebersamaan pada hidayah corak maupun motif kain. Bukan saja cuma mengadopsi motif poleng asal Bali. Bahkan ada ragi Samarenda, pasti-nya ini mengacu pada motif Samarinda yang terkenal dengan produk sarung.


koleksi museum NTB - dok.pribadi
Dikotomi ini tentu akan runyam jika dilahap mentah. Tapi akan mudah dicerna ketika di-pilah transfer logika. Pada penulusuran saya pada identifikasi motif kain tradisional, bahkan di musem propinsi NTB pun juga tidak mencantumkan fraselogi ragi. Di etalase khusus kain tradisi khas Sasak hanya disebut Songket (tampak pada inset). langsung disebutkan motif Payung Agung, kain Sokong, Songket bintang Empet. Sementara songket Subahnala, sudah bisa dipastikan merujuk pada wirid SubhanAllah. Yang berarti sarat makna religius - penyucian diri. Pengaruh pada unsur arab. Motif lebih pada permainan bentuk geometik dengan variasi isian (isen-isen). Tidak terbaca secara tersurat. Karena pola-pola ini terbentuk dengan rekayasa kreativitas dan terkait kinerja pola alat tenun. Sudut-sudut persegi. Tanpa bisa menghasilkan pola acak liuk lekukan dinamis.
songket Subahnala, koleksi Museum NTB - dok.pribadi
Dari titik ini setidaknya bisa dipahami. Beda dengan paparan batik yang ditoreh dengan gambar tangan, cap maupun printing. Gambar bisa langsung terpampang dengan sendiri-nya. Ini yang saya katakan sebagai pesan ter-surat. Sehingga julukan motif bisa menyesuaikan tematik obyek. Sementara alat tenun menghasilkan pola tersendiri. Bisa dikatakan sangat kental sinergi dengan warna ke-Islam-an. Termasuk kajian hal pamali untuk mencantumkan gambar mahluk hidup. Sehingga pola geometris kelak di-maknai dengan nama/julukan khusus. Bisa jadi secara fisik gambar pola/motif akan tidak representatif dengan julukan yang disematkan.
Tehnik penyusunan benang tenun untuk menjadi pola kain sangat beda dengan menggambar motif batik pada selembar mori yang sudah jadi. Kain tenun dirancang menyatu dengan pola motif hingga menjadi kain utuh. Jika pada tenun motif lebih terkesan implisit. Maka pada motif batik umum-nya sifat-nya eksplisit. Pengecualian kasus : Motif tenun/songket sasak motif subahnala lebih mirip dengan motif semen (macem kawung) pada batik klasik ala keratonan. Penekanan maknawi lebih pada translasi simbolis.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan sementara. Mengapa para pengrajin songket sasak lebih menamai motif tadi sebagai ragi. Semacam menyebut unsur pembentuk rasa dari citra utuh masakan jadi. Sama-sama hasil olahan dengan cita rasa tersendiri. Dan kemungkinan besarnya konsep ragi ini hanya lebih akrab pada kalangan pengrajin jaman dulu. Entah kenapa mata rantai konotasi ini jadi kehilangan jatidiri. Citra adi-luhung yang semestinya bisa mensejajarkan diri dengan harkat pesan universal di Batik asal Jawa. Hm.. jadi wajar kalo dari cipratan opini ini kelak hadir tagline "Save kain Tenun".







batik baru.. kain songket/tenun. Rimpu.. Tembe ngGoli. Tenun Gedongan asal Pringgesela VS tenun Sukarare. Local wisdom... muatan filosofi. Ragi..demi ragi.  Korelasi perkembangan wisata tahun 90an. and 2010. Branded minded... or Brain strategy?










Dokumentasi
motif batik sasambo

motif nyale & kangkung

motif Jagung

motif Kangkung

motif masjid/ mesijit

motif kangkung

motif gendnag belek

zoom motif gendnag beleq