Menariknya lagi adalah faktor pemilihan lokasi. Desa Mas-Mas merupakan kawasan wisata berbasis kekayaan alam pedesaan. Menerapkan sistim pengelolaan berbasis masyarakat. Indepedensi yang berakar kuat demi mengangkat harkat citra dan paham atas potensi lokal yang mampu di tumbuh-kembangkan. Semacam istilah keren, Eco-tourism based on local community management. Sudah banyak tamu wisman yang berkunjung di desa ini. Bisa dibaca pada pampang liputan berita majalah dinding berupa 'mozaik' perca artikel koran dan media lokal, yang terdapat di "Sekretariat Bersama" mereka. Sekaligus menjadi markas kegiatan kami kemarin.
Konon, motor penggerak dari aksi pemberdayaan ini berasal dari pondok pesantren yang ada di desa Mas-Mas. Kader-kader dibentuk melalui para santri. Untuk melakukan pemandu handal lokal bahkan para siswa di SMA setempat dilibatkan. Membiasakan diri dengan aktif berbahasa asing. Terutama di lingkungan Sekretariat. Well, pengumpulan serpihan informasi ini tentu belum maksimal saya lakukan. Mengingat eksistensi 'peran' kemarin sebagai terapis, tidak memberikan banyak luang untuk bertindak rangkap himpun akurasi data.
Kembali pada misi kolektif, semoga secuil pengalaman ini bermanfaat, Insya-Allah. Membumikan kembali Thibbun Nabawi di (sebagian) gumi pertiwi.