Kebetulan saja, saya mendapati buku tulis punya putri pertama kami. Sekedar melihat dan iseng membaca dari materi pelajaran menulis di sekolah.
Masih kelas 1 sekolah dasar. Jadi bisa dimaklumi klo susunan kalimat begitu sederhana. Biodata ala kadar. Ringkas. Termasuk masih tersisip pengulangan suku kata yang sama. Biasanya akibat sinkronisasi daya eja dan baca. Dan rasanya begitu juga yang saya alami saat masih seusia Gingga.
Adalah proses pembelajaran. Rangkai tahap demi tahap untuk kemudian beranjak lebih familiar. Huruf.... Kata ... Kalimat. Kelak akan meruntun menjadi penggalan kias kisah. Bertumpuk paragraf demi paragraf. Hingga menjadi bagian cerita tersendiri.
Gak ada beda-nya! Bahkan kemauan menulis juga mesti diawali dengan sebuah langkah kecil. Rutin. Bergulir. Terlebih bagi yang ogah-ogahan nulis. Bingung mulai dari mana. Harus menulis apa. Terjebak metode dasar 5w+1H. Padahal itu basi. Terlalu berkiblat metodologi. Formil, kaku dan terlalu baku. Hanya memaksa sisi otak kiri untuk lebih mendominasi. Boleh sih, kalo memang demi penulisan macem skripsi, disertasi dan specimen literatur sejenis.
Gilir timbul keinginan menulis bebas, eh! masih saja dikekang peraturan dan rambu basi tadi. Stop!!! kali ini porsi otak kanan bekerja. Biarkan ide-ide datang berhamburan... dan luangkan kesempatan tersendiri untuk panen inspirasi.
Masih kelas 1 sekolah dasar. Jadi bisa dimaklumi klo susunan kalimat begitu sederhana. Biodata ala kadar. Ringkas. Termasuk masih tersisip pengulangan suku kata yang sama. Biasanya akibat sinkronisasi daya eja dan baca. Dan rasanya begitu juga yang saya alami saat masih seusia Gingga.
Adalah proses pembelajaran. Rangkai tahap demi tahap untuk kemudian beranjak lebih familiar. Huruf.... Kata ... Kalimat. Kelak akan meruntun menjadi penggalan kias kisah. Bertumpuk paragraf demi paragraf. Hingga menjadi bagian cerita tersendiri.
Gak ada beda-nya! Bahkan kemauan menulis juga mesti diawali dengan sebuah langkah kecil. Rutin. Bergulir. Terlebih bagi yang ogah-ogahan nulis. Bingung mulai dari mana. Harus menulis apa. Terjebak metode dasar 5w+1H. Padahal itu basi. Terlalu berkiblat metodologi. Formil, kaku dan terlalu baku. Hanya memaksa sisi otak kiri untuk lebih mendominasi. Boleh sih, kalo memang demi penulisan macem skripsi, disertasi dan specimen literatur sejenis.
Gilir timbul keinginan menulis bebas, eh! masih saja dikekang peraturan dan rambu basi tadi. Stop!!! kali ini porsi otak kanan bekerja. Biarkan ide-ide datang berhamburan... dan luangkan kesempatan tersendiri untuk panen inspirasi.