Selasa, 04 Agustus 2009

wacana ECO-tourism.....relevansi KepMen.

Gak puas cuap-cuap via wall FB. Saya jadi pingin sedikit papar kisah tentang OFF the Record dalam undangan "Sosialisasi Draft KepMen Kriteria dan Indikator Ekowisata Indonesia". Sahid Legi Hotel, 4 Agustus 2009.
Awal sudah sedikit membingungkan dengan Banner Podium. Judul gak singkron dengan tema undangan. "SOSIALISASI Eco-Label Taman NAsional Gunung Rinjani".

singkat sekelumit prakata jabar pemakalah....
Ada beberapa poin mencerahkan mengaitkan geliat kepariwisataan NTB dengan peluang pengembangan Eko-turisme di daerah kita. Bahwa Eko-turime tidak bisa terlepas dari beberapa indikator muatan. Diantara-nya :
1. Edukasi dan Rekreasi
2. Konservasi
3. Kendali
4. Ekonomi
5. Partisipasi


Next, peluang apakah yang selama ini dianggap lahan baring, Geo-wisata! Gugus NTB yang merupakan bagian alur Ring of Fire mempunyai kans besar untuk dikelola. Tentu-nya berfilosofi wisata ekologi. Singgung tentang Gunung. Tambora (Sumbawa) sebenarnya miliki "taste" yang lebih melegenda di bursa Internasional. Bahkan mengalahkan pamor Krakatau. Efek batuk dahsyat Tambora pada 1815 saat ini tetap jadi arsip sejarah dunia. Bahana-nya mencapai Sumatra. Mega letusan yang mampu merubah iklim cuaca Dunia. Mau detil longok sendiri virtual library, Wikipedia.
Next, rencana ke depan pengembangan Bandara Tana'Awu. Direct flight embarkasi Saudi. Pembukaan rute penerbangan Lombok dan beberapa negara. Lombok-Sumbawa promo 2012. Kans pengembangan proyek EMAR di Lombok Tengah bagian selatan. Ujung simpulnya, mengejar break event poin penanaman model investor. Yah! semoga saja tercapai...mau gak mau harus optimis. Sigap lebih dini....,

bagian Off the Record
bahasan selanjutnya menjadi tidak singkron. Salah kaprah tentang judul. Bagaimana mungkin peserta undangan daerah dengan back-ground pemahaman lokalitas eco-wisata, akan mampu cerna sosialisasi Draft? Konsep Heterogen wajah Indonesia akan disatukan di lembaran KepMen. Terlebih cakupan luas studi kawasan dan wawasan.
Konon bahas&masukan ini akan selanjutnya di godok oleh tim pusat. Spesialis ahli bidang ilmu terkait. Lulusan luar negeri dan varian background scientific lain. Demikian ungkap pak Direktur (Sub ????)Departemen kebudayaan dan Pariwisata.
Herannya knapa harus berbasis pada referensi asing yang jelas gak bakal nyambung dengan tema ke-NUSANTARA-an? Eco-wisata sejak lama berjalan... pupus akibat pola simbion flow-chart seragam. Gak ada tempat bagi pemberdayaan awik-awik... penegakan hukum adat yang di-akui Undang-2 konvensional.
Eko-turisme pantas saja sekedar dianggap isme..., bukan sebuah tindakan. Ini masih menurut pak Direktur - pemakalah. Dilematis...,

Tidak ada komentar: