Selasa, 17 April 2012

Plan Pelabuhan Ampenan 2012 (PLIN-PLAN)

Wacana yang telat saya posting.....,
Nyaris sebulan lalu. Ada tema lain tentang pengembangan kantung-kantung wilayah pesisir Lombok. Kali ini tidak jauh. Masih kawasan yang paling berdekatan dengan zona tinggal. Sekalipun desas-desus berita terkait sudah mulai terdengar santer sejak awal tahun 2012. Agak variatif, narasumber awal justru langsung dari figur seorang toga (tokoh Agama) kampung Melayu. Lisan gamblang. Bukan wangsit sesat dan informasi sesa'at. Dialog singkat. Perihal Ampenan Harbor - Hotel & Resort.
Nyusul kemudian, bahasan interaktif via radio, yang disambut reaksi pirsawan, lalu beredar mulut ke mulut diantara tetangga. Mulai tercetus di media cetak. Tentang persiapan kajian amdal dan sebar sosialisasi. Hingga terakhir, ada undangan resmi di kantor Lurah, Ampenan Tengah. Tertanggal 19 Maret 2012. Hampir semua dapat undangan. Terlebih bagi warga Kampung Melayu Bangsal, notabene lahan-nya bakal sebagai lokasi pembangunan, di zona inti. Saya-pun berbaur hiruk-pikuk diantara jubel undangan. Simak... catat dan aksi jepret dokumenter. Berharap ulas dan ramu di postingan blog. Community Jurnalistik....,

Sosialisasi Ground Breaking
Acara helatan sosialisasi berjalan lancar. Penuh dengan suasana akrab dan kekeluargaan. Penghantar wacana awal dibuka oleh paparan dari Walikota Mataram, H. Ahyar Abduh. Bahwa pelaksanaan peletakan batu pertama akan dilakukan pada tanggal 23 Maret. Dengan harapan semoga masyarakat sekitar akan turut serta partisipasi aktif mendukung proyek besar yang akan di canangkan. Konon total budget akan menelan biaya 2,7 trilyun rupiah, ini total nominal yang belakangan santer disebutkan. (padahal sebelumnya pak wali menyebut angka 1 Trilyun) Resort megah dengan target kamar hingga menampung 500 tingkat hunian. Inisiatif ini tentu tidak lepas dari upaya pemkot bekerjasama dengan pihak ke-3, PT Gunung Lawoe Mercu Buana. Pada kesempatan itu dimanfaatkan sebagai kans menyambung silaturahmi dengan warga sekitar. Diwakili pihak perusahaan oleh Bapak H. Hidayat Hadi Brata. Melalui kesempatan yang berikan, tanpa panjang lebar juga tetap mengharapkan dukungan penuh dari warga demi suksesnya pembangunan terkait. Begitu juga dengan pemerintah daerah. Karena bagaimanapun pamor yang bakal terangkat tidak saja daerah, tapi sekaligus Indonesia.

Ungkapan menarik lainnya. Program ini merupakan agenda nasional demi mengangkat tema Bahari dan legenda kota Pelabuhan. Sebagaimana di ketahui, A
mpenan sejak dulu sudah di kenal sebagai pintu masuk Indonesia wilayah zona Timur. Bahkan pak Walikota lebih antusias bercerita, pada kitab-kitab karya tokoh ulama besar dimasa lalu, pelabuhan ini kerap disinggung dalam beberapa kisah didalamnya. Misalnya, karya Syech Yusuf Al-Hambali (semoga tidak salah rekam) yang menyebut inisial "Al-Amfanani". Seperti penyebutan lain pada sosok figur Imam Al-Amfanani, identik muasal Lombok. Seperti julukan pada imam dari daerah lain, Palembani & Makasari. Merujuk pada identitas khas geografis.

Pengembangan Kawasan
Secara spesifik wilayah pesisir kota Mataram memiliki bentang garis panjang pantai sepanjang 9 Km (sebelah barat). Terhitung dari paling utara kali Meninting dan merentang jauh selatan di zona aspal Jalur lingkar Selatan. Sekitar pesisir di BTN Kopajali (Komplek Perumahan Jalur Lingkar). Berbatasan dengan pantai Kuranji. Pemkot merasa punya andil besar dalam peran memberdayakan kawasan pesisir, yang lansekapnya hanya secuil. Dibanding keseluruhan garis pesisir wilayah kabupaten lainnya. Pengelolaan wilayah pesisir yang diharapkan bisa bersinergi integral dengan geliat pembangunan disekitarnya. Baik infrastruktur fisik dan kondisi sosial, ekonomi dan budaya. Dan itu sebuah harapan standar yang ingin dicapai. Untuk lebih jelasnya, yuk intip via google map:

Dari coverage pemataan hasil citra, tampak klo wilayah kota Mataram (sesuai Wikipedia) adalah 6.130 km2.  Posisinya terselip di antara luasan lansekap kabupaten Lombok Barat. Terpampang gamblang bahwa sumber daya alam pesisirnya hanya pada tepian barat yang masuk dalam kecamatan Ampenan dan Sekarbela. Menghadap persis dipaparan bentang selat Lombok. Kawasan perairan yang sudah semestinya patut dikembangkan demi kemaslahatan warga sekitarnya. Dus, garis pantai yang total 9 Km ini layak di kembangkan tentu dengan mempertimbangkan dampak dan aspek daya dukung lingkungan. 


Selanjutnya, mari menilik lebih detil zona mana yang bakal menjadi konsentrasi pembangunan Ampenan harbor,  Hotel & Resto.



Secara langsung batasan zona saya belum pernah lihat langsung, apa lagi punya kesempatan khusus melihat blue-print resmi-nya. Tapi, kalo sekilas melihat gambar sementara yang ditunjukkan di berbagai tampilan. Bisa diperkirakan secara kasar. Bahwa luasan 5 hektar yang dimaksud adalah sekitar poligon kuning yang saya rujuk di foto citra diatas. Sebelumnya, pemkot malah canang kesiapan lahan dengan luas 13 hektare. Namun pihak PT. Gunung lawoe Mercu Buana hanya meminta 'porsi' 5 hektar saja. Dan ini baru cakupan zona inti darat saja. Belum pada pengembangan struktur pancang bangunan yang  mengarah jorok ke laut. Konsep paket inovatif pengelolaan fasilitas marina.
Zona darat inti klo dicermati akan terlihat jelas batasannya. Paling utara, persis bersinggungan dengan lokasi Pertamina. Sebelah barat, laut menghadap selat Lombok, Selatan dan bergeser ceruk tajam arah timur hingga jembatan, adalah notabene sempadan kali Jangkuk. Zona sempadan ini bagi warga disebut kampung Kelikit (lalat). Konotasi lain, bilang Kandang Sampi (kandang sapi) terkait sejarah lama era pelabuhan lama Ampenan. Bahwa disini tempat menambatkan ternak, sapi-sapi yang akan siap ekspor ke negara lain. Sejarah gerbang Pelabuhan edisi bahula. Atau, bahkan sebagian menjuluki-nya dengan 'gunungan', merujuk pada gunduk alur sempadan Jangkuk. Sekarang penuh dihuni jejalan rumah. Bahkan membentuk pemukiman persis diseberang jalur sempadan. Tanah gunduk yang terbentuk dari timbunan sampah dari gulir waktu. Gilir momen banjir, kalang kabut situasinya.
Dan wilayah Barat adalah Kampung Melayu Bangsal, pastinya akan tergerus oleh pembangunan nantinya. 

Pihak lain ada yang menganggap miris. Terutama beberapa bangunan sejarah tua yang bakal hilang. Alasannya, bakal menghilangkan ikon Ampenan sebagai kota tua-nya. Kubu ini semacam menggaungkan semangat aliran penganut konservatif. tapi gak berarti anti perubahan. Mereka hanya ingin kota tua-nya, baik filosofi dan faktor memorial tetap terjaga utuh. Dan sebagai konsekuensi, jika mega proyek ini bergulir pastinya ada beberapa bangunan yang bakal raib. Diantaranya bangunan tua eks Bank BI. Beberapa kios,komplek dari perempatan graha kelenteng (ujar lokal : Konco) mengarah barat ke gerbang pelabuhan, dan ke selatan jalan Aria Banjar Getas. Artinya Gudang Hokie dan PLN akan ikut ter-delete.
Selebihnya, dari ruas jalan Ponco mengarah ke timur hingga simpang lima akan tetap ada. Dan ini menjadi pertanyaan selanjutnya. Jika mega proyek Ampenan Harbor berjalan sesuai rencana. Apakah pihak Pemkot Mataram telah menyiapkan paket program wisata lain, Artinya masih terbuka luang judul wisata kota tua Ampenan, dari sisa peninggalan yang ada. Harapan saya pribadi semoga inovasi ini berkelindan. Saling melengkapi. Sebab bagaimanapun, aset graha tua Ampenan kian lama kian terminimalisir. Beralih fungsi sebagai bisnis rumah sarang walet & seriti. Dan ini hanya sebagai bentuk ke-miris-an yang lain.
At least, semoga Ampenan kian cantik berbenah... Parasnya tetap anggun meski dengan onggok graha tua yang kelak mampu di berdaya. Bersanding megah graha baru. Bersinergi demi kemaslahatan yang di-impikan. Amin.



*Beberapa dokumentasi perkembangan terakhir :

persiapan pembangunan gapura utama di simpang 5 Ampenan


penghancuran sisa bangunan eks warga penampungan di lokasi Pelabuhan Ampenan

Petugas pengukur Teodolit beraksi

Lokasi tepat di gapura selamat datang pantai Ampenan

bearing titik tumpu terdekat

titik no 7 ; tepat di sudut gudang PLN dan Goedang Hokie

indikator pointer pengukuran teodolit
Ada juga persiapan acara lain.....,

Lagi persiapan jelang acara...

ternyata Pelaksanaan program Bersih Pantai pemanfaatan dana CSR pihak Pocari Sweat

sedikit jauh dari zona utama... di pinggiran sungai Jangkuk , tampilan kian dibenahi. Teras yang langsung menghadap sungai. Perbatasan Kampung Melayu timur.

Dilihat dari arah timur... sudah mulai di pasang beberapa tenda

6 komentar:

Salim 0818362306 mengatakan...

sory apa yg anda tulis diatas sangat2 bertolak belakang dr rencana wali kota yg mengatan tidak ada pembokaran, sy jg ada vidio rekaman & proposal yg sy ajukan ke pak wali, yg perlu bapak pikirkan ampenan yg bisa kita jual buat wisata ,gedung tua yg punya sejarah ,kalau sampe ini harus di bongkar ,apa yg kt tawarkan buat ampenan??
jadi sy dr masarakat ampenan sangat tdk setuju ,apa yg lihat di atas ,

gala-aksi mengatakan...

Knapa gak pake inisial yg jelas Hep? saya ini sebatas menulis dari apa yg saya ikuti. Gak ada tendensi apapun. Perlu dipahami tulisan ini semata mengulas.. ente paham mana kategori berita editorial dan advertorial gak?
Saya gak menjual apa".. gak menawarkan apapun pd Pemkot. baik proposal dan tetek bengek-nya. Ini semata ulasan biasa sj.
Ente tinggal di Kamlay mana hep? Silak kita ktemu... klo berkenan, Masalah ada-nya pembongkaran saya mana tau. Tulisan ana cuma memprediksi adanya "peluang" pembongkaran gedung tua di zona utama rencana pembangunan itu berdasarkan rekaan blue-print.
BTW, ente nawarin apa ke pak Wali? sdh mewakili suara mayoritas.

Yang ente "pahami" adanya pembongkaran itu di sisi mana?

gala-aksi mengatakan...

Sohib inisial KUNING....,
ana jd penasaran ni. video rekaman yg punya ente itu utk kpentingan apa?
Klo ana suka foto krn ini tkait hobi fotografi yg sy gemari. Dan menulis semata sbg kegiatan blogging. Skalipun secara trek-rekor jg prnh ikut aktif kerja di media.
Bahwa yg sy tulis bertolak belakang dgn fakta. Justru disitu fungsi kontrol kita sbg warga Ampenan. Coba saja cermati paragraf terakhir yg saya tulis. Bahwa saya-pun miris dgn makin raibnya bangunan tua yg kini bnyk alih fungsi sbg bisnis sarang walet. ente paham gak sih dgn perkembangan akhir" ini yg ente klaim sbg kawasan sendiri? Apa ente jg pelaku bisnis pariwisata? ente tau gak dgn konsep yg PERNAH d usung Pemkot ttg pengembangan wisata kota Tua Ampenan. tp gak disertai implementasi yg jelas. cm imbauan pd para pemilik bangunan agar tetap menjaga, tp gak beri solusi nyata demi konsep wisata yg diharapkan. Ketika pemilik graha tua tadi banyak yang bikin usaha rumah walet, Pemkot ya gak punya hak melarang..toh ada pajak penghasilan yg di dapat dari sana. Dan itu fakta yg terjadi saat ini. Justru klo ente punya konsep baru yg di tawarin pd pak Wali, sy jd pingin tau detilnya ni.

gala-aksi mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Salim 0818362306 mengatakan...

Gima bos sudah terima ? 0818362306 salim

gala-aksi mengatakan...

sudah terima apa pak Salim ?