Rabu, 08 April 2009

Tamu Adalah Raja



Coba lagi kenang segelintir pengalaman silam. Masih sangkut paut dengan pekerjaan Pemandu wisata, Guide. Tamu adalah Raja…., sudah lumrah menjadi idiom mutlak bagi semua insan yang bergerak dibidang layanan jasa. Terlebih sektor pariwisata.
Tehnis handling, penguasaan lingkungan tujuan wisata, dan sadar budaya, pemahaman karakter lokal. Selain juga tentu memiliki modal bahasa pengantar internasional. Minimal Inggris… syukur-2 bisa kuasai bahasa lain. Bla..bla..bla…bla…. bermakna dan lain sebagai-nya.

Kejadian ini sekitar tahun 1999,
Dapat mandat dari kantor untuk handling “tamu” edisi khusus. Jabatan fungsional guide lingkup marina. Booking-an tamu ini via travel agent lain yang konsinyasi jatah sharing handling. Agak mendadak saya diutus, alih fungsi rekan yang fokus beda program. Saya-pun gak dapet bayangan perihal rombongan tamu (group) yang hendak saya pandu. Program Snorkeling trip di lokasi 3 Gili.
Akibat jengah efek jam karet. Rombongan tamu telat datang. Flight mundur jadwal. Saya-pun putuskan beranjak duluan kebut motor dari Mataram ke base-camp penyebrangan. Tempat mangkal boat kami, di teluk Nare. Hampir 2 jam lebih terlunta-2… waiting bikin boring.
Makin bikin penasaran, siapa sih tamu lokal yang bikin molor dan boros waktu. Cuma dapat secuil data info. “Tamu” ini bertajuk Very-very Important Persons. Staff marketing kami gak peroleh info detil. Cuma bilang konon setingkat menteri… bahkan presiden. ???????
Wajar, bila alasan demi privasi si calon tamu. Tapi bila level setingkat itu, kog segini lancar saya di utus? Tanpa “bumbu” protokoler. Gak ada bekalan khusus. Akh! Semua itu raib dengan sendiri-nya. Hawa semilir dan teduh berugaq…(bangunan terbuka khas sasak - semacam bale bengong) bikin saya terlelap! Seolah gak terbebani siaga urus tamu.
Sekian laju menit, saya tersentak deru bis yang mendekat. Tiba juga akhir-nya!!! Satu sosok tamu bercaping turun dari bis, kami berpapasan, beliau menerobos. Menatap kejauhan gili barang sejenak… di balik kacamata hitam-nya. Saya cuek temui rekan mitra guide, mas Kuncoro. Dikit nesu dan masih digelayuti beban kantuk. Setelah konfirm dialog singkat, pahamlah saya perihal “siapa” mereka ini. Terutama tokoh “sentral” ber-caping tadi.

Aktifitas bergulir. Semua rombongan dan barang naik atas boat. Menuju Terawangan saat matahari jelang naik. Briefing saya lakukan seperti biasa. Mampir sejenak ke Restoran Borobudur, pinjam Toilet sebagai kamar ganti. Tetap dalam “koridor” pesan. Jangan kentara…seolah tamu biasa!!!
Pak Hamid (etnis Tionghoa) pemilik restoran awalnya ngomel. Guyonan keakraban rutin antar kami. Bukan-nya bawa tamu makan malah cuma pinjem Toilet. Lalu saya bisiki… yang datang tamu istimewa. Rona-nya langsung berubah. Seolah ketiban berkah. Dasar! Tabiat aura menyambut antusias fengshui…..,
Next,
Lokasi snorkeling-pun saya di wanti-2 cari tempat yang aman sekaligus gak bjibun aktivitas wisatawan. Boat saya giring menuju pesisir barat Meno. Giliran jatah tugas saya mulai sibuk. Cek laju arus… hingga pastikan semua ter-organized. Keciplak… kcemplung…. Aksi rombongan penuh suka-cita.

Gilir makan siang,
Kami menuju gili Aer. Mas Kuncoro ready booked server-kuliner di salah satu restaurant gubuk. Masalahnya lokasi spot snorkeling kali ini dekat pelabuhan. Saya jadi sangsi, “penyamaran” ini bakal terkoyak. Gak ada kata “privasi” di zona publik! Kantor mas Kuncoro kurang matang perhitungan. Saya gak jamin untuk pilihan lokasi ke-2 ini. Dekat pelabuhan berarti areal jibun aktivitas. Banyak factor tekanan pada lingkungan. Bukan opsi tepat untuk snorkeling! Tapi gak ada pilihan karena ikuti alur itinerary. Ogah lagi saya berdebat….
Ternyata kekhawatiran saya terbukti.
Usai makan. Saat itu di pantai ada rombongan besar wisatawan domestik asal Jawa timur. Ndilalah, diantara mereka ada yang kenali sosok “sentral” berkeliaran dekat pesisir. Sontak jadi ajang rebut lalapan mitra jepret kamera. Kenang-2an langka mungkin!
Atasi pernik kisruh itu, tamu kami ini segera booking program glass-bottom boat. Menjauhi pantai… batasi asupan hingar. Sekaligus menikmati sensasi terumbu. Dan saya yakin memang demi tujuan itu mereka datang. Semoga saja kadar layanan ini ada manfaat bagi tamu kami. Share handling… also share quality that won’t be an equal. Harap maklum…

Bagaimana-pun kondisinya, tetap saja Tamu saya adalah Raja. Realitas-nya memang begitu! Mereka ini tiada lain adalah rombongan keluarga Sri Sultan Hamengku Buwono ke-10. Raja Jogyakarta… penguasa otorita candi Borobudur.
Sebenarnya ada bisikan “usil” additional saat pinjem toilet di restoran Borobudur-gili Terawangan milik pak Hamid . Sok bisik ber-wibawa… “jangan pelit-2, apa mau restoran ini tinggal nama?!” hehehe… usil sentil ringan, tapi jadi create_TIPS menciptakan “stabilitas yang diharapkan.

Jadi, percaya gak percaya, "Tamu adalah Raja"..... Tamu saya adalah memang predikat seorang Raja !

Tidak ada komentar: