Senin, 05 Agustus 2013

Ampenan & tsunami jilid 2

Klenteng (Konco) ajang bocah ngumpul berharap angpow.
Bak klimatolog mandiri....,
Sejak awal tahun, saya jadi sedikit konsen dengan tema pergantian cuaca. Cukuplah dilingkungan terdekat. Mengangkat wacana Ampenan dan sekitarnya. Bukan apa sih. Tabiat cuaca yang semacam "gak punya pendirian" belakangan ini kog makin gak jelas di prediksi. Sekalipun ramalan pihak BMKG selalu ter-update. Minimal bisa menjadi panduan antisipasi terhadap peluang bencana. Para nelayan jadi ogah melaut. Was-was dengan intensitas angin merubah pola hembus. Ombak beriak... level ombak kian garang hempas bibir pantai.
Musibah air laut pasang awal januari serasa begitu menghantui warga Ampenan pesisir. Income anjlok dan sirkulasi kegiatan operasional ngadat total. Semacam timbulkan dampak masal angka pengangguran sementara waktu. Dan prilaku angin menambah deretan masalah lain. Dari pihak staf Puskesmas ada laporan gejala meradang penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas). Rangkaian yang selalu tersaji begitu. Sejak dulu.

bocah memancing di petakan sawah yang terbengkalai
Ekor badai Narelle menghilang. Lalu masuk alih bulan februari. Ditandai perayaan Tahun Baru Imlek. Memang intesitas-nya turun. Sejauh pantauan masih menyisakan rasa enggan di kaum nelayan untuk kais rejeki pigi laut. Dengar-dengar sih, ada bantuan bergulir dari Pemkot untuk warga pinggir pesisir. Sekedar menyiasati kekurangan pangan akibat jeda menunggu cuaca blehek tadi.
Satu kesempatan saya kunjungi daerah Karang Panas. Masih penasaran dengan program paket pengembangan pesisir yang sempat heboh. Pendirian Hotel mewah Ampenan Harbour. Meski belakangan edar desas-desus gak ada kelanjutan lagi. Hanya saja saya tergerak liat segmen aktivitas proyek pembenahan garis pantai, berupa penimbunan tanah yang kelak bakal jadi lintas boulevard. Tembus Karang Panas... ujung Sintung muara dan menghubungkan Kampung Melayu Bangsal. Artinya, sungai Jangkuk mulut muara kelak dikangkangi jembatan baru.
Tiba sana, saya disuguhi fenomena sama. Beberapa sampan nelayan tergolek di gundukan pasir yang memisahkan batas laut dengan cikal bakal aspal boulevard. Bahkan ada terlihat karamba apung kelompok nelayan yang di-entas pula ke pinggiran. Karamba terlihat masih baru. Tulangan warna biru cerah, bongkah pelampung belum banyak ditempeli teritip.  Sistim knock-down. Gulir bantuan dari Dinas Kelautan Perikanan.

nelayan jaring anco.. sekedar cari tambahan lauk.

Semakin pertegas suasana prihatin. Dari sekian kelilip visual, akhirnya saya mendapati sesuatu yang lain. Berbekal kamera, saya-pun liput aktivitas gelintir nelayan menjaring ikan di genangan air payau. Dikawasan ini terdapat banyak spot-spot kolam alami (natural ponds). Kategori lahan basah (wetlands) indikasi bahwasanya lokasi ini merupakan "lahan parkir" alami bagi subsidi limpah air, kiriman dari dataran lebih tinggi. link photo
Seperti juga zona Ampenan utara. Ada tempat dengan penamaan khas. Karang Kerem,* kerem bermakna rendam dalam bahasa sasak. Atau di kelurahan Otak Desa, ada 1 bagian daerah ini yang dinamai kampung Pintu Air. Hanya akibat bertambah populasi penduduk, kawasan ini telah menjadi beralih fungsi menjadi pemukiman. Notabene lokasi rentan banjir. Terutama musim penghujan datang. Konsekuensi lumrah dan wajar. Perubahan tata guna lahan yang berubah dalam 4 dasawarsa terakhir.
Nyatanya, petak genangan ini memberi sedikit alternatif bagi nelayan lokal untuk mencari tambahan tangkapan ikan tawar. Berupa jenis mujair dan betok. Melalui dialog singkat, saya peroleh informasi bahwasanya inilah yang dilakukan mereka selama belum bisa melaut. Memakai metode jaring Anco, adalah tehnik penangkapan umum yang ada di tambak udang. Belakangan saja mulai dilirik, memaksimalkan fungsi tangkap biota air di sungai. Bahkan situ demi situ yang bertebaran di seantero pulau Lombok.

tsunami cilik jilid 2   
Dimulai awal tahun, tercatat telah banyak rekaman informasi kekalutan cuaca ekstrim. Beberapa laporan keterlambatan ferri penyeberangan Bali-Lombok, juga Tano-Kayangan. Meluas pula berita kasus pelayaran yang mengalami musibah laut. Apalagi jika mengandalkan pencarian di search engine afiliasi google. Hampir di pelosok Indonesia mengalami hal sama. Beruntung saya punya stok sobat berprofesi sailor. Dari setiap pelayaran yang dia arungi selalu di up-date via status Facebook. Direct news on the spot. Mendekati kesan catatan sailing log-book. Menunggang phinisi mengiris shaf-shaf alun riak kulit gelombang.
 
ombak di bantaran pantai kampung melayu Bangsal
Puncak kulminasi dari energi amarah gelombak, justru terjadi pada bulan Mei 2013. Lagi-lagi hingar-bingar terdengar dari zona pesisir kampung Melayu Bangsal. Huru-hara apa lagi nih?
Bergegas raih kamera dan segera meluncur TKP.  Ternyata daya ombak sorong lagi unjuk kebolehan. Hantaman-nya terjang tembok penghalang (barrier). Memecah debur riak air hingga terangkat capai tinggi 3 meteran. Energi-nya mampu memindahkan sejumlah partikel pasir ke ceruk pemukiman melalui gang-gang sempit. Bahkan meluluh lantak kanopi asbes rumah yang berada paling pinggir dekat pantai.  
situasi di pesisir Pondok Perasi

Gak puas di spot sama, saya beranjak tuju kampung Pondok Prasi. Sesuai prediksi, akibat pantai landai tanpa penghalang apapun, terjangan ombak mengalun mulus. Sejumlah rumah dan gang terendam air asin. Beda-nya dampak kerusakan kali ini sudah bisa diminimalisir oleh warga setempat. Beberapa jukung tampak telah ditambat jangkar agak jorok tengah laut. Hanya segelintir jukung terlihat merepotkan para nelayan. Terutama yang tergeletak nangkring di gunduk pasir. Mereka bergotong-royong mengamankan aset berharga. Bahkan, beberapa personil warga blok sebelah mulai berdatangan turut bantu. Diliat dari geliat kondisi cuaca, ombak melaju frontal dengan ketinggian capai 4 meter. Anehnya, malah hembus angin terasa lebih sepoi dari biasa. Seolah gak ada sinkronisasi daya sebab-akibat. Yah! tsunami cilik ini semacam efek dari perubahan pola alamiah lain. Seperti istilah umum yang disebut banjir rob dikalangan masyarakat nelayan, Tambak Lorok - Semarang dan pesisir sekitarnya.. Berupa limpahan air laut akibat indikasi menurunnya permukaan tanah kota Semarang. Bedanya hanya pada intensitas pola rutin. Jika banjir Rob semarang bisa jadi menu harian dan mencapai puncaknya pada bulan tertentu. Rob di Ampenan terpantau 2 kali terjadi. Januari dan Mei.

Selidik dan telusur info via internet. Walah! perilaku ganas ombak ternyata dialami juga di beberapa daerah di Indonesia. Bahkan di beberapa pantai lokasi wisata telah memakan sejumlah korban. Sekalipun tidak bersamaan waktu, namun antara 1 dengan daerah lain memiliki rentang kejadian harian. Info pencerah justru akhirnya saya dengar dari rekan pemancing. Tsunami kecil yang dialami Ampenan terjadi tanggal 25 Mei 2013. Bertepatan pelaksanaan hari raya Waisak tahun 2557. Saat itu posisi bulan sedang purnama penuh. Sempurna rupa bundar. Pantas saja! pola pasang-surut drastis ini menjadi pola di luar kebiasaan. Efek gaya tarik akibat siklus bulan.
 
Kadang informasi memang terlalu lambat untuk dicerna. Entah akibat putusnya link sosialisasi. Atau memang banyak pihak yang tidak mengindahkan. Periodikal pola pasang-surut mestinya sudah cukup dipahami oleh pihak yang berkepentingan dengan laut. Semisal bidang transportasi perairan, pelayaran, pembangunan rana pesisir. Dan mestinya menyentuh di kalangan penyelenggara wisata marina. Dimanapun pelosok pantai kategori lokasi plesir. Cukup riskan saat diketahui ada kejadian korban meninggal disapu ombak pasang dalam angka beruntun. Sementara di perairan Jepara konon terbersit kabar ada wisatawan asing yang juga jadi korban. Melengkapi sederet sensus korban demi korban. Ada yang dialami oleh sosok individu, bahkan kalkulasi jenazah disaat momentum sama. Kog bisa ya? Apa pihak pengelola lokasi wisata tidak memasang rambu peringatan tegas? Apa pihak ini belum terjalin dengan sistem Alert-Network pada jaringan arus informasi ter-integrasi. Belum ada pembekalan bagi oknum pengelola tentang sadar bencana. Apa mungkin mereka sebenarnya paham? Hanya saja sengaja mengacuhkan...menyamarkan informasi demi tetap mempertahankan angka kunjungan wisata lokal or domestik, demi pundi-pundi income ticketing. Demi PAD... demi duit. Belum begini...belum begitu... belum-belum rajin berburuk sangka. Ah! susah juga menyusun penalaran dari kasus yang semestinya bisa di tekan menambah angka mortabiltas akibat kecerobohan sendiri.
Korban masal sejumlah 9 remaja (alumni setingkat SMP) disinyalir sebagai akibat luapan rasa bahagia. Sebab jelang momen Waisak bertepatan acara kelulusan Sekolah yang juga terjadi di bulan Mei 2013. Memuntahkan amunisi kesenangan yang akhirnya menuai petaka. Ujung dari penyesalan ini, hanya berharap pada kesadaran. Kelak kemudian, moga kondisi jadi lebih terkendali.
Bercengkrama dengan alam berarti kita mampu untuk adaptasi. Paham gejala dan gelagat perubahan. Baik disaat bersahabat maupun ketika tiba waktu perlu diwaspadai.
Amiiiiin,

NB : sebagai perimbangan visual berikut saya sertakan dokumentasi pantai Ampenan ketika kondisi sangat menyenangkan. Permukaan air rata, hanya beriak kecil pinggir. Peluang menghangatkan tubuh dengan siraman cahaya pagi. Warga turun laut menyalurkan hajat menjaring ikan tipikal pesisir.

 






Catatan :
* Karang Kerem : jika ada nama wilayah di sekitar Mataram diawali nama Karang, artinya merujuk pada plot kawasan yang ada pengaruh dari unsur kerajaan hindu, KarangAsem. Kerem = bahasa sasak rendam.

Tidak ada komentar: