Rabu, 21 Agustus 2013

ada Kerang dibalik batu

pembesaran abalone di hatchery - Sekotong
Bla-bla-bla....,ini tentang gauli hewan laut. Terhitung ada setahun ini terjalani. Sebenarnya masih rangkaian dari agenda kunjung awal survey perihal kerang. Tahun lalu 2012 di bulan Juli. Memenuhi hajat rekan mengunjungi balai LoKa Budidaya hasil Perikanan Laut di wilayah Sekotong - Lombok Barat. Biota laut yang dimaksud ternyata Abalone, a.k.a kerang mata tujuh. Disamping juga ada 1 kerang jenis lain, kerang bakau. Ntar, akan saya bahas di artikel terpisah.

Sekilas tentang abalone. Seperti biasa, uraian gak terlalu scientifik :) Masuk dalam kelompok Moluska. Bercangkang cuma sebelah, 1 sisi. Bukan 2 bilah cangkang seperti hal-nya kerang kelompok bivalva. Kontruksi cangkang seperti itu membuat Abalone bersifat dinamis... as slow-mover. Mirip tabiat siput umum-nya. Bisa bergerak... berpindah tempat dibatasan wilayah teritori identik mukim-nya. Jadi, tidak seperti bivalva yang kebanyakan tipe statis. Bivalva kebanyakan tipe diam. Nyusup pasir atau mendompleng di media tumbuh yang dia tempeli. Sejak siklus, pola hidup-nya dimulai periodik masa larva yang terbawa arus. Berkelana terserah arah arus. Hingga menemui substrate, media hinggap . Atau ber-akhir nasib jadi santapan para ikan. Siklus hidup ala zoo-planktonic. Kutip sadur dan inovasi aransemen deskripsi berasal dari kamus Wikipedia.


abalone muda ukuran secuil upil... :) wadah Hatchery
Juvenile (larva muda) abalone juga terpola siklus daur hidup yang sama. Terjadi proses aseksual. Enyak-babe mereka gak coitus sistim kontak langsung. Senggama pisah...manual dewek-dewek! Melepaskan sel telur dan sperma di luar tubuh. Tercampur di kolom air. Terjadi proses pembuahan. Selanjutnya melanjutkan tahapan hidup berikutnya. Di habitat alam, juvenil nempel media apapun sebagai sarang hinggap. Pakan favorit adalah algae. Selain itu secara spesifik abalone punya kemampuan mimikri, alias penyamaran. Hidayah sepadan lah!... karena tipe penggerak pelan. Mirip bekicot gitu. Survive cara hindar gak mungkin nyingkir jauh... tapi mengandalkan rupa cangkang yang terpoles lumut laut atau padani rupa ganggang. Bersimbion mutualism dengan khas teritori. Secara visual saat kita diving, abalone susah dideteksi cepat. Kecuali terlihat dia lagi bergerak. Slow motion, hanya secara kebetulan terpantau. Saat kita tekun observasi biota benthic. Tipe mahluk dasaran.

Juluk lain, orang bule namai ear-shell. Kerang kuping karena serupa bentuk. Bener juga sih.., tapi justru istilah ini bikin saya geli. Saya anggap inilah kerang tipe pesolek akut. Gimana tidak, si "kuping" ini telah ter-modifikasi nyeleneh. Dilengkapi plong 'tindik' sebanyak 7 biji. Hahaha..., janggal banget klo di translate basa indo kog jadi kerang mata tujuh. Mestinya secara english harus di ubah. Biar keren... "the Seven pierced Ear-Shell".. trus di alih bahasa jadi Kerang tindik Tujuh. Kog bisa jadi mata 7/ seven eyes?
Hehehe... padahal abalone punya perangkat dwi-netra sebagai alat penglihatan lazim. Beda dengan kerang tipe bivalva yang hanya mengandalkan sensor gerak. Direspon secara stimulan pencitraan obyek yang di eja dan diterjemahan mandiri.
Inisial yang simpel lagi. Versi indonesia belahan timur... kerap di lontar ucap para nelayan bajo. aka Kerang Balik Batu. Yah sesuai juga! Sebab secara habitat abalone suka nempel di balik gumpalan karang. Tabiat doyan sembunyi. Entah apa karena mereka sensitif terhadap over bias cahaya terang. Sehingga harus ngumpet. Jika gitu alasannya, abalone termasuk kategori nocturnal. Hewani aktif di malam hari. Hidden-stoney Shell.. , liat! betapa ngawur dan berantakan-nya jika ada translate antar bahasa sak enak puser yang bikin. Batu yang dimaksud awam kita adalah karang... bagi bule adalah hewan. Bersimbiosis menghasilkan zat kapur sebagai bahan baku utama pembentuk struktur tubuh, ber-aneka bentuk di ekosistem terumbu. Mana-mana mau dah... yang penting mudeng!
Tapi boleh juga kog. kelak, inovasi peribahasa khas bilang jika memaknai orang punya maksud tertentu atawa niat selubung. boleh ganti... DULU : ada udang dibalik batu. KINI : ada kerang di balik batu.. :) 

Pangsa konsumen 
Penyuka kuliner favorit sapa lagi kalo gak China, Jepang, Taiwan dan Korea. Ada berbagai macam sajian menu. Tapi konon tetap nikmat disantap mentah, ala sashimi jepun dengan colet pasta wasabi. Bahkan cukup di telan setelah di kecrut-in iris jeruk nipis. Penetral sengat bau amis. Ada informasi menu abalon termasuk kuliner eksotis. Menyamai sup sirip hiu dan seduh sup sarang burung walet. Mahal katanya....
Pantauan yang pernah dulu saya liput ala kadar. Bahwa memang ada permintaan dari pihak pengepul. Nelayan mencari demi tambahan sulam rupiah. Per-kilo sekian... sekian. Tapi rasa-nya gak juga menyamai harga sirip hiu. Apalagi harga sarang walet. Relatif mungkin... harga tinggi juga dijual lanjut pada eksportir. Sama halnya ketika kulit abalon pernah di order khusus sebagai bahan kerajinan. Sempat saya melihat rekan yang punya bisnis abalon, terima tanpa cangkang. Alias daging doang...., tapi kondisi kering. Artinya dalam kondisi gak fresh-pun tetap ada penampung. Apa khasiat-nya belum juga saya pernah tau.

Daging laku. Cangkang-pun juga digemari. Para shell kolektor juga menyukai abalon karena pola warna-warni yang ada di balik sisi dalam cangkang. Beberapa kerajinan mozaic yang memakai bahan kulit abalon juga bermunculan. Terutama di kawasan wisata basis pesisir. beda dengan tone warna kerang mutiara. Abalon corak warna lebih dominan hijau-biru dengan efek pantul ber-spektrum. Hanya harga per-kilo cangkang abalon lebih mahal dibanding kulit kerang mutiara. Sekalipun ke-dua biota sudah mampu untuk dibudidaya dengan pola intensif. Dulu kulit mutiara seperti gak digubris. Karena tujuan utama budidaya kerang mutiara adalah menghasilkan perhiasan butir mutiara. Menyisipkan nukleus padat bulat, sehingga sejalan waktu akan menghasilkan mutiara super. Bulat sempurna dan berat 3 gram keatas menjadi stok pangsa ekspor. Daging dan kulit jadi residu gak bernilai. Daging di ganyang karyawan silahkan... Kulit di tumpuk berantakan.

Tengok juga industri horologi, perarlojian dunia. Dikuasai 2 negara besar Swiss dan Jepang. Ada karya arloji pada dial  memanfaatkan kulit cangkang kerang. Istilah yang umum disebut "mother of pearl". Hanya belum ketahuan persis-nya yang dipakai jenis kerang mana. Apakah kerang mutiara tipe bivalva? atau ada jenis lain. Perihal oyster, bahkan nama besar produsen Rolex mengeluarkan seri spesies khusus, Rolex Oyster. Andil apresiasi biota terkait, barangkali.



Balai benih Loka-Budidaya Sekotong, termasuk instansi  sukses mengembangkan riset dan regenerasi abalon. Artinya bagi masyarakat, ada alternatif meniru dan jiplak tehnologi yang sama. Tidak lagi memungut hasil dengan cara menggantungkan pada alam saja. Saling kejar target rekrut berlebihan dengan tanpa di imbangi upaya pelestarian terhadap biota yang berkembang sangat lamban.
Membuka peluang usaha baru. Demi meningkatkan taraf hidup komunal pesisir. Mau sebagai pemilik usaha, joint venture. Atau-pun memberi lahan opsi pekerjaan bagi warga dengan beda konsentrasi usaha. Atau memang mau fokus geluti usaha.
Relevansi dari kunjungan awal ini berlanjut dengan kunjungan khusus pemilik restoran Jepang yang ada di Bali. MoU digadang-gadang sedang disepakati 2 belah pihak. Jadi, bagi instansi tidak saja mampu meriset dan sukses me-reproduksi abalon. Namun membuka peluang kerjasama bisnis efektif. Yang menjadi poin menarik dari si investor Jepang. Balai LoKa Budidaya Sekotong telah mampu melahirkan paritas abalon jenis baru. Hasil persilangan antar 2 spesies. Bravo....  semoga tidak terhenti sampai disitu saja.   



Dokumentasi foto dari beda size abalon yang ada di balai Benih Sekotong.

size 6mm

size 25mm

size 40mm populasi padat

size 50mm

size 70mm... mature abalon

abalon ter-unik...narsis genit, seolah bilang... aku mirip apa hayo???


 

Tidak ada komentar: