Jumat, 11 November 2011

Program Penampung Air Hujan


Rentang Juli akhir hingga Oktober 2011 ini, sedikit mengalihkan fokus saya pada kegiatan lembaga dimana saya nimbrung. (note :per 30 Desember 2011 resmi saya berhenti)

Yah, Saya konsentrasi pada kunjung pelosok Lombok di bagian cakup wilayah Sekotong. Terutama gili Asahan dan up-land Kedaro. Telusur tanjak aspal persis dibelakang komplek fasilitas hotel Sun Dancer.
Terkait dengan program bantuan untuk wilayah kategori rawan air bersih. disupport oleh Japan Water Forum dan disalurkan via lembaga Live & Learn Environment Education (LLEE-Indonesia). Jelang setahun sejak saya bergabung.
Melalui tahapan proses, dan studi kelayakan aplikasi program terpilih pembangunan Penampungan Air Hujan (PAH). Sekaligus kegiatan ini masih berupa sinergi dari program pemerintah melalui sub dinas kesehatan Lombok Barat, yaitu judul besar Sanitasi dan Kesehatan Masyarakat.

Berkah Hujan
Selama ini bisa jadi hujan menjadi fenomena langka. Terkait tema Perubahan iklim global, nyaris dialami semua negara. Peralihan musim menjadi sulit di deteksi. Pola tanam pangan menjadi semrawut eja peralihan kemarau-penghujan. Berefek pada kondisi rawan pangan, apalagi masa tandus di beberapa kawasan kategori kering-kerontang. Makin sulit untuk mendapatkan mata air dengan limpahan ideal. Level air tanah yang mulai menurun. Belum lagi kasus polusi air tanah di perwakilan dominasi wilayah Sekotong dengan maraknya usaha tambang tradisional di sebaran penjuru. Kandungan kadar merkuri yang entah kapan dinyatakan mencapai ambang batas. Sinyalemen gak pasti.


Sisi lain, sekalipun begitu, ada juga kejadian unik dari peralihan musim gak pasti tadi. Khusus yang dialami wilayah Lombok barat dengan stok kantung air terbilang masih aman. Wilayah notabene masih berdekatan dengan bagian kaki Rinjani(sekalipun belakangan bahkan sirkulasi air PDAM juga mulai enggan deras netes, akibat sharing kebutuhan zonawarga). Katakan zona Narmada, beberapa pedagang durian justru mendulang untung dari perubahan iklim yang terjadi. Bahkan pohon-pohon ikutan latah baca gelagat cuaca. Alhasil, pohon durian tadi produksi buah lebih panjang dari status normalnya.

Kembali kaitan judul di atas,
Langkah yang kami lakukan tentu saja bukan menjamin kategori capai kesejahteraan lebih luas. Sebab, program bantuan ini sifatnya lebih tematik disalurkan di lembaga pendidikan formal. Terutama Sekolah dengan kriteria pelosok, terpencil dan akses jangkau medan memang sulit. Tidak saja bantuan fisik, tapi juga terdapat muatan pendidikan lingkungan pada siswa dan pemberdayaan dan partisipasi daya bimbing para guru terkait sekolah per-masing.
Pendekatan aktual melalui sesi pengenalan bagian PAH dan fungsi. Hanya murid kelas 5 & 6 yang di-ikutan dalam program ini. Kenapa, sebab kegiatan ini diharapkan akan mampu bergulir dan berkelanjutan melalui transfer ilmu dan pengetahuan dari senior-yunior pada strata kelas. Lalu disambung pelatihan pembuatan sabun dari buah Lerak (istilah lokal menyebutnya buah SOWOT). Tentu saja bagian ini adalah relevansi dari sadar akan lingkungan sendiri dan pembiasaan hidup sehat melalui aksi dini 'cuci tangan pakai sabun'. sowot...lerak, atau in-english dijuluki "soap nut" adalah bahan yang murni dari alam non chemical. Tidak punya dampak polutan untuk lingkungan sekitarnya.
Chapter terakhir, aksi penanaman bibit pohon lerak di lingkungan sekolah. Melengkapi purna tugas sederhana, beberapa siswa diberi tanggung jawab sesuai porsi tugas tim masing. Tiga kelompok yang diwakili oleh beberapa siswa. meliputi tim PAH (Penampungan Air Hujan, bertugas mengawasi dan merawat fasilitas penampungan. Tim sabun, bertanggung jawab untuk membuat sabun dari biji lerak untuk keperluan cuci tangan di kelas. Kelompok ke-3 adalah tim Kebun, merawat dan menjaga bibit lerak yang di tanam di halaman sekolah.

last bt not least, semoga gerakan aksi "masih hijau" ini akan bisa lestari. Demi perbaikian maslahat lebih luas...., Aamiin.....,





Note
:
Tulisan ini sekedar wacana sederhana dari rangkai kegiatan konservasi sirkulasi air. Terkait pemanfaatan penampungan air hujan yang dicoba sosialisasikan melalui bantuan di beberapa sekolah dasar di kawasan Sekotong, Lombok barat - NTB. Dengan kriteria daerah rawan air dan pelosok. Spesifik teritorial. Harapannya, semoga memberi dampak meluas untuk aksi konservasi yang lebih luas di wilayah NTB khususnya.


Tidak ada komentar: