Selasa, 06 Januari 2009

Saya-pun termasuk SDM terbengkalai…..,


Participant Training on Operation of SURVEY EQUIPMENT

Kali ini ulasan lain pelatihan Operasional Peralatan survey Oceanografi di Mataram. Terlaksana di tahun 2005. Saya sendiri adalah wakil peserta yang ikut atas nama NGO-kelautan lokal, yayasan JARI. Total peserta sekitar 8 orang. Mayoritas berasal dari instansi terkait, Diskanlut Propinsi NTB. Durasi diklat makan waktu 10 hari akibat jabaran padat materi modul tehnis pelatihan. Baik kelas maupun praktek lapangan. Meliputi introductory dan operasional hardware dan software. Termasuk konfigurasi alat, tahap observasi/pengukuran di lapangan dan pengolahan data akhir.

Bagi saya muatan ilmu diklat ini sangat menarik himpun fokus minat studi, wadah jalur in-formal. Peralatan terdiri dari item canggih meliputi: DGPS seri Trimble, TM32 radio telemetry . Echosounder, Trimble HYDROpro Navigation software & Terramodel Processing software. 2 perangkat Valeport MIDAS dengan 2 beda fungsi pengukur parametric, Nortek Aquadrop Profiler ADCP (bottom mounted), RDI VM-300 ADCP(vessel mounted) dan TROLL9000 Multiparameter Water Quality monitoring. Sekaligus pengadaan kapal survey yang dirancang khusus untuk operasional laut. Bekalan kamera manual sarana dokumentasi bawah air berwujud seri Nikonos V. Sangat disayangkan…karena merupakan seri yang hampir punah di pasaran. Terakhir ultimatum tahun 2003. Gak lagi di repro oleh NIKON sejak mewabah era gadget digital. Kecewa deh….!!

Nyaris total biaya seluruh pengadaan barang telan biaya 6 milyar rupiah. Nilai nominal fantastis tentu saja.


Lalu apa yang melatar belakangi diklat ini? sepintas usut ada beberapa faktor picu. Yaitu sehubungan olah peta database wilayah perairan NTB yang out of date dari segi akurasi. Sebagaimana diungkap salah satu mentor, referensi peta oseanografi kita (Indonesia juga NTB) adalah stok lama – jaman kolonial. Sangat tidak relevan bila masih digunakan sebagai input data di pelaksanaan acuan project kelautan era kini. Pemanfaatan pengelolaan peta berbasis tehnologi citra satelit sangat rentan korelasi-nya dengan kebutuhan akurasi data tadi. Cetuslah plesetan GIGOLO…. Garbish Input GOing Low Output. Data sampah keluaran-nya pasti ampas!

Ada juga benar-nya, buang banyak biaya… riskan prosedur daur ulang. Coba saja tanya gamblang…, siapa pihak yang berani tanggung jawab? Juntrung ujung paling tabiat timbun “dosa” multi level. Korupsi berjama’ah….,

Nara sumber lain bilang, konon ini masih berhubungan dengan paket hibah proyek luar negri. Diperlukan keberadaan pihak universitas sebagai mitra damping. Dengan awal gebrak program pemetaan detil dasar laut selat Lombok. Jelasnya bukan disabet NTB…, sebab yang meraih peluang puncak kucur hibah adalah Bali. Konon lagi “kans” itu sempat di seminarkan dimana stake holder instansi NTB terkait hadir. Mungkin semacam studi kelayakan…test and property.

Dititik ini saya gak berminat lagi perpanjang usut kasus. Sia-sia panen isu di gendang telinga. Selebihnya juga gak paham dana 6 milyar itu berasal dari APBN atau PAD. Mengalir laju ritme diklat…. Pelatih dominan Heri Sulistyobudi, marketing & Sales Engineer dari Hydronav Tehnikatama-Jakarta.

Lewat beberapa hari usai diklat ada lagi berita, tim peserta diklat akan disertakan dalam survey pemetaan ke teluk Saleh di pulau Sumbawa. Dalam jeda kurun waktu muncul lembaga anyar di Perancak-Bali, berinisial SEACORM alias BROK = Badan Riset Observasi Kelautan. Entah apakah lembaga ini yang terbentuk oleh alur kucur hibah tadi.

Tunggu punya tunggu…., ilmu beranjak mentah akibat tidak pernah praktek ulang. Gak terdengar kapan segera terealisasi pogram jenguk teluk Saleh. Konon pengajuan anggaran ditolak pusat.

Satu kesempatan ada teman lama warga BPPT, mas Realiano kunjung Mataram terkait urusan dinas. Seperti biasa saya diminta jemput di bandara Selaparang. Ternyata disana saya ketemu staf Diskanlut Propinsi NTB berniat juga jemput tamu. Dilalah tanpa nyana… saya dan mereka jemput tamu yang sama! Hahahaha…..

Akhirnya sepakat bertemu di kantor Diskanlut, disana saya baru tau mas Lino sudah resmi PNS di tubuh SEACORM. Saya-pun diajak nimbrung di “forum” resmi institusi, ada agenda kunjung masih terkait kegiatan pemetaan selat Lombok. Sekaligus survey, apakah fasilitas peralatan survey Oseanografi milik NTB (baru diadakan!) bisa digunakan sebagai pendukung di program merger regional. Demi kebijakan… atau atas nama kebajikan dua sisi.

Entahlah…bukan kapasitas saya jawab! Putus akhir kondisi kapal 2 lunas-catamaran bermesin tempel ganda 80 PK dinyatakan gak layak untuk survey arung kondisi selat Lombok. Tidak laik banding jika pakai armada Baruna Jaya milik LIPI. Hening saya tanggapi…toh memang gitu adanya! dalam praktek diklat di areal teluk Dalem (Tanjung) sang “Catamaram” itu goyah nyali hadapi alun ombak. Bagaimana bisa tegar seolah DEWA AIR? bagai BARUNA yang terbukti tangguh hilir-mudik di kancah samudra….. BARUNA JAYA MAHE.


Waktu bergulir, hadir “news” lagi bahwa sarana itu mau di sewa pihak swasta. Gak lain adalah bapak Heri Sulistyobudi, staf jajaran Hydronav. Bedanya tindak beliau murni profesionalisme pakai bendera PT. Hendak tangani pengukuran detil lansekap rencana pembangunan areal satu pelabuhan di wilayah NTB. Entah dimana.

Alur logika sederhana tentunya selain perangkat oseanografi termanfaatkan, bisa mendapat pemasukan kas instansi. Kompensasi lain juga menyertakan beberapa rekan terlatih yang pernah enyam diklat. Cukup meyakinkan, namun angin segar tetap sekedar nasib lewat. Oknum instansi bilang (samar ID-kode etik) akibat ganjal kebijakan internal otorita. Komplit sudah “takdir” perangkat tersebut sebagai “ila”. Dibanggakan cuma nilai mahal-nya… dipertuhan sebagai komoditas…tapi nisbi realitas fungsi. Ter-onggok di gudang bak paritas isi museum.


Genap pula kategori saya sebagai SDM terbengkalai. Namun cukup lega memahami runut dan pola alur kisah yang mewarnai. Terakhir, sempat saya ketemu seorang teman eks peserta diklat. Dulu ikut sebagai utusan ber-status honorer di instansi Balai Benih. Saya pahami sebagai upaya normal pemberdayaan kroni mandiri. Cuma heran kog saat itu tampil sebagai staf Delta hardware- Mataram Mall, tempat temu kami. Jawabnya klise! Alih kerja sebab bosan tunggu jatah pengangkatan PNS. Jatah keburu diserobot honorer yunior. Senantiasa terjebak pola stagnasi basi….,

Btw, dia bernama Galih Rakasiwi. Terkenang tokoh insan film karismatik di tahun 80an, di-perankan Rano Karno. Tentang keputusan hengkang instansi dan apapun alasan adalah hak preogratif-nya. Hanya bekal kisah diklat yang menyatukan forum singkat kami. Sukses selalu…Tetap tegar! Dan kisi batin saya cuma mampu bergumam…”sobat muda, jadilah sosok realitas seorang GALIH!” Punya antusias daya meng-GALI potensi… tidak redup dan letih membangun citra diri. Kita-lah khalifah… terlahir unggul di kancah Balai Benih kompetitif… rahim bunda tercinta.

2 komentar:

Hani mengatakan...

nggak usah khawatir...rejeki nggak kemana...hehehe.

ini sudah pasang speedy, kok jarang update :p

gala-aksi mengatakan...

dasar TELKOM! telpon kepasang..dilalah fasilitas SPEEDY melempem layan cepat saji. gitu kog berani pasang iklan BUESAR_BUESAR.... padahal mesti ganti rangkai kata SPEED THAT YOU CAN'T TRUST