Lomba ini diadakan dengan tujuan untuk me-review produk Sotoji, yakni produk Soto Jamur Instan yang baru saja diluncurkan guna meraih opini publik yang positif namun juga kritis-solutif dari para konsumen. Para calon peserta lomba akan dikirimkan sampel produk Sotoji secara cuma-cuma untuk bahan review.
Singkatnya, seolah mengharap testimoni dari khalayak luas. Sebuah strategi unik dan menarik. Terlebih merangkul jaringan blogger. Pendekatan mengakomodir opini dan advetorial versi virtual. Cepat... tepat ... efisien! Semudah fenomena buru info via jari di selasar mesin pencari. Dan demi penuhi rasa penasaran kali ini, saya tergerak (lagi) nimbrung kepul dapur... bakal selezat apa yah?
Jujur, tatap awal pertama, memberikan 'citra' gak jauh dari mie instan pada umumnya. Saya menduga isi-nya bakal identik keriwil kuning. Kesan yang sangat konvensional banget! Maklumlah. Keterbiasaan dan pola rutin akan berdampak demikian. Ternyata enggak. Selain bungkusnya warna beda. Sotoji menggunakan bahan utama sohun. Mie putih bahan dasar beras, yang keliatan seperti gumpalan senar pancing. Disamping, kandungan lauk yang menyertakan jamur kian menambah obsesi rasa, sensasi enyam lidah. Sesuatu yang beda.....,
Juga sedikit agak janggal. Konotasi judul dominan "soto" menjadi gak relevan. Lebih tepat disebut kemasan sohun rasa soto. (Meski belakangan saya baru ngeh SOTOJI tak lain singkatan SOTOJamurInstan). Tentu saja berkat racikan bumbu dan minyak soto yang di upayakan lebih mendekati cita rasa yang diharapkan. Namun, bisa saja ini merupakan trik cerdik dari pabrikan Sotoji. Judul kontradiktif. Sekaligus undang hasrat jajal, bagi siapapun kategori mania panganan kemasan instan. Cepat saji. Punya nilai cukup gizi memadai. Dan tentu saja tanpa meninggalkan jejak nikmat santap. Yummy... delicious!!!
Proses olah
Siapa saja pasti bisa, gak bakal alami kendala berarti. Sebab pengolahan dan cara masak cukup mudah. Segampang balik telapak tangan, ala dolanan hompimpah!. Tertera di balik bungkus. Lengkap urutannya. Seperti khas sajian instan lain, memang di modifikasi bagi tipikal survival ala kadar. Siapin peralatan masak umum. Nimbrung dapur. Secara sederhana dijabarkan begini.. ni..,
1. Siapin beberapa peralatan. Kompor.. piring.. dan alat pemasak wajib lainnya. (seperti inzet di sebelah)
2. Siapin 2 gelas air dengan takaran 200mL.
3. Nyalain kompor dan tuang air pada wadah pemasak berikut sohun & Jamur. Aduk sohun hingga matang.
4. Sementara, siapin pula bumbu, minyak soto dan cabai bubuk di mangkok.
5. Selanjutnya tuang sohun dan jamur beserta kuah kedalam mangkok, campur hingga rata.
6. Selanjutnya sajikan...
Mau sebagai menu utama atau lauk pelengkap nasi.... silahkan ganyang dengan penuh konsentrasi. Dijamin halal thoyibban! Mau maem sendiri... bahkan bergerombol sekalipun. Boleh kog! Asal tidak mengurangi jatah ransum rekan penyicip. Dan jangan merasa berdosa klo ada pihak yang masih ngiler mengharap porsi lebih. Ikuti pesan moral, pepatah-petitih... "Nyaman sama di mulut... kurang, yah bikin lagi !!!"
Testimoni pribadi ...
Nyam-nyam-nyam..Nyaman! sluruuup, seruput. Pastinya, hidangan Sotoji akan lebih nikmat jika disantap saat kondisi hangat. Memang gak dipungkiri, dengan disertakan jamur tiram, Sotoji menjadi beda dengan yang lain. Kenyal.. nendang-nendang gimana gitu! Gurih! dengan baur sensasi aromatik minimalis bumbu rempah. Meski tentu saja, sekali lagi, gak bisa dibilang mendekati rasa komplit 'soto' yang sebenarnya. Terlanjur foremon saya berharap deteksi aroma khas. Terutama serai dan bau tajam daun bawang. Sayang, aroma ini gak nongol dari semerbak hangat Sotoji. Daya endus yang ter-eliminasi. Sedikit hambar dengan tanda "kutip". Dan opini ini semoga menjadi masukan bagi pihak pabrik terkait.
Seperti ungkapan rahasia umum bagi kalangan kuliner. Faktor "berani bumbu". Imbuhan yang semoga dalam produksi sotoji berikutnya akan tergerak lebih inovatif. Memainkan "pangsa rasa" dengan tambahan varian rempah khas Tanah air. Padahal klo merujuk referensi kuliner khas Soto. Wah! kurang apa hayo!
Sebut saja via urut.. soto Banjar, Madura, Lamongan, Kudus, Betawi, dan lain-lain. Ini saja belum kelar habis perbendaharan masakan khas. Masih ada lagi racikan soto khas yang sudah cukup terkenal. Semisal Soto Gubeng asal Surabaya. Sebagaimana kriteria gamblang tentang soto dari wikipedia.
Next, baru menggagas sotoji perdana saja, saya sudah cukup salut kog! Secara filosofi, perusahaan ini terasa punya 'kadar' nasionalisme yang patut dibanggakan. Mampu menghadirkan panganan instan namun dengan tidak meninggalkan ikon ke-Indonesia-an. Dan ini sesuatu yang lain!
Terlebih (jika dan hanya jika) berani menggagas lebih jauh. Sotoji dengan variabel pilihan rasa Soto khas Nusantara. Setidaknya, kelak akan lahir kecintaan dan kepedulian terhadap produk karya dalam negeri. Dengan sinergi dan identikal warna Nusantara. Saya tersenyum, nyaris bergolak. Bahkan filsafat Bhinekka tunggal Ika bisa tercermin dari sekedar kreatifitas rana kuliner ( Berbeda-beda.. tetapi tetap satu rasa ) Sekaligus tip&trik garap idealisme terselubung. Bisa jadi. Mungkin saja. Disisi ini, gak perlu lagi tunggu ucapan khas pak Bondan Winarno, makyuuuus! Ini lebih pada gerilya aksi MakKKJoooos!!!
Kembali pada tampilan menu saji,
Tergerak siasati menu hidang. Mumpung lagi intens semangat ber-eksperimen. Terkait dengan identitas konotasi siap-saji tadi. Saya mencoba menyertakan partikel tambahan, persis gambar sampul depan kemasan. Ada hiasan tomat... taburan bawang goreng dan sedikit perasan jeruk nipis. Terlewat kecuali pajangan telur rebus. Lantaran stok di kulkas lagi ludes.
Belakangan muncul ide mendadak. Saya menyempatkan lari ke warung tak jauh dari rumah. Sekedar jajal ide spontan. Penyertaan lain, taburan kacang asin dan irisan sosis. Bahan yang murah-meriah. Semudah memperoleh di beberapa kios pinggir. Hasilnya, memang beda. Sensasi goyang lidah kian rancak. Aktif berdecak... seruput yang aduhai. Berkah berkuah.. sensasi kaldu yang undang liur jatuh. Kunyah emang kunyah! Apalagi ditambah partitur 'kriuk-kriuk'... bunyi merdu butiran kacang asin. Begitu nikmat diselingi slice of so Nice. Berbaur segala atribut penganan kecil di semangkok purnarupa Sotoji. Aaah..... Wouuw... Hmm.... Ouch-Yessss! panen celetuk, gumam ber-gumam....,
Dan ini gak bisa anda... kamu... se-Kalian cuma bayangkan. Ter-imingi oleh my taste-moni (baca: testimoni mandiri). Tanpa berani uji-coba sendiri. Silahkan.... silahkan....,
Last but not least, terus maju Sotoji... demi perbaikan citra sekaligus cita-rasa...,
Untuk realisasi wacana dan dedikasi kuliner Indonesia.
Semoga tercapai...
demi lidah-lidah menari...,
desis kompor.. celoteh duel sendok-garpu.. sekerabat panci
Demi Tuhan & para koki... (saya ketagihan!)
DEMI...kian! ..........seKIAN!
sekedar catatan kaki ;
postingan ini di buat dan disertakan pada Lomba menulis Sotoji versi blogger.