Jumat, 02 Januari 2009

Kunjung sahabat di Stabat – SumUt.

Pisah – temu – farewell forever….,

Tulisan kali ini sekedar jerih memenuhi hajat silam, terkait kenangan saat ikuti diklat pengelolaan Hutan Mangrove Lestari di MIC-Bali 2002. Terngiang pesan akhir saya pada pak Bunyamin… “insyaAllah kesempatan lain saya akan datang ke Medan”. Dan hajat ini terpenuhi selang 5 tahun kemudian. Via kans ikutan program pelatihan selam staf Diskanlut propinsi Sumatera Utara.



Ini para “student” lagi nampang jelang dive di pulau kecil tetangga pulau Mursala



Genap seminggu pulang Sibolga kami satu tim pelatih kembali Medan. Kesempatan nelpon pak Bunyamin, cakap akrab penuhi silaturahmi dialogis. Tapi gak bisa ketemu akibat jarak Stabat-Medan cukup jauh. While, jarak yang hanya sekian bentang ke Sei kambing malah belum bisa terpenuhi, rumah almarmum Dr. Leo Mandera.

Selang hari kedepan malah muncul ide untuk jenguk Aceh. Sekalian liat peluang cari info program kelautan yang mungkin akan di agendakan. Kala itu bertepatan pelantikan gubernur baru Aceh terpilih, sosok masyarakat dan sekaligus tokoh GAM. Peluang ini akhirnya yang dapat mempertemukan saya dengan pak Bunyamin. Mampir di rumah beliau yang cukup asri. Namun cukup mengenaskan adalah kondisi beliau (maaf!) pincang bertopang kruk, akibat alami kecelakaan motor 3 bulan sebelumnya. Sempat tercetus dalam kisah by phone sebelumnya. Namun menariknya, tidak kurangi gaya ramah milik-nya. Sedikit paras pucat akibat asupan obat rutin paska sembuh. Kami berpelukan layak-nya sahabat, dan baur alir bincang yang lebih inten. Kenal anggota keluarga dan cengkrama ringan. Hingga pamit untuk lanjut perjalanan tujuan Aceh. Beliau berpesan untuk mampir lagi bila kembali dari Aceh nanti.

Lewat 4 hari penuhi hajat Aceh kami balik ke Medan. Mobil sarat isi oknum keluarga Amiruddin (rekan seperjalanan) juga mau ke Stabat. Hanya kali ini beda agenda, acara pinang gadis pujaan calon adik ipar Amiruddin. Saya cuma bisa mawas gak bisa mampir ke rumah pak Bunyamin kali terakhir. But, permakluman sudah terlaksana by phone. Toh masih ada pesan…”ingat jangan lupa ya, Tolong subsidi informasi bagi perkembangan lembaga kami”. “InsyaAllah saya akan bantu….” Jawab saya di sela akhir bincang.


Mengisi sisa hari di Medan, persiapan kemas peralatan selam dan penyelesaian fee honor pelatih selam. Masih sempat rekreasi di Brastagi, cicipi hawa sejuk himpun ion negative di tubuh, sekalian pacu adrenalin di trek Go-kart. Esoknya terbang tuju Semarang. Berbekal penganan khas Bika-Ambon untuk oleh-2 keluarga Malang. Bye-bye Aceh… Medan… Stabat….,


Lewat seminggu…, satu malam di sekitar tengah Februari 2007 selagi nongkrong di warung Mie-Aceh punya "Ayah" SumurBoto. Satu SMS masuk……, bunyi begini : Innalillahi wa inna ilahi rajiun, telah berpulang Bpk Bunyamin, mohon doa bagi arwah beliau dan mohon di maafkan kesalahan beliau selama hidup. Salam kami sekeluarga yang ditinggalkan.

Sedikit gelagap hati saya senyap! MasyaAllah…Allahu-akbar, ternyata cakap via telpon antara kami minggu lalu adalah pesan beliau kali terakhir. dari berbalas pesan istri beliau saya mendapat kronologis kisah jelang ajal beliau. Suatu pagi pak Bunyamin merasa diri bugar…, minta ijin istri-nya untuk jenguk lokasi penanaman bakau di kawasan pesisir terkait program NGO-lembaga beliau bernaung. Sekalipun masih dalam proses masa recovery kondisi sembuh. Tetap semangat kunjung…., tiba disana sempat sedikit berbaur aktifitas ringan, saksi bilang melihat beliau mendadak lemas…pingsan. Boyong ke RS hingga temui ajal disana.

Gak ada kata lain, selain harapan semoga beliau mencapai keteduhan vegetasi surgawi.. Memenuhi sekedar upaya penghormatan bagi beliau, sempat saya hubungi MIC-JICA Bali untuk menebar berita bagi rekan-2 diklat se-angkatan. Selamat jalan sahabat kami…pejuang bakau lestari.

2 komentar:

Antown mengatakan...

boleh kalo mau discan fotonya, yang pnting ssuai dengan temanya...
makasih ya

gala-aksi mengatakan...

ah, pesan lama sekali.. baru terbaca sekarang. :)
silahkan dimanfaatkan. hahaha....l