Oknum enyam rana wisata juga bahkan dibuat runyam. Karena sebelumnya pamor "
Pink Beach" mencuat lebih dahulu di blok timur, kawasan pulau kecil (gili) di NTT*. Terletak di
teluk Sape, tersisip diantara celah 2 propinsi, NTB dan NTT. Spot sebelah timur NTT merupakan komplek dengan banyak pulau. Tidak lagi disebut dengan julukan
gili seperti penyebutan ala Lombok. Saking banyaknya pulau, jadi tidak terpantau nama khusus.
|
Perama, land sea adventures.. |
Dikawasan ini lebih dikenal dua pulau besar,
Komodo dan
Rinca. Teritorial mukim endemik kadal purba pelosok timur, Komodo. Saya sendiri punya rekam jelajah di tahun 2002. Saat gabung dalam pelatihan Selam untuk komunitas lokal di Labuan Bajo. Kerjasama TNC dan Yayasan JARI. Saking banyaknya pulau, TNC (
The Nature Conservancy) mempunyai agenda pengamatan rutin di 185 titik yang tersebar di antara gugus pulau. Pantai Pink - NTT, biasa menjadi areal zona singgah nelayan kecil. Pamor-nya terangkat ketika gencar di promosikan oleh beberapa operator pelaku wisata
cruise. Paket wisata pelayaran yang menjual stok estapet antar nusa, dan berakhir di Rinca atawa pulau Komodo. Ada yang starting awal dari
Bali, Lombok dan
Pelabuhan Sape (Flores), notabene ujung pulau timur pulau Sumbawa. Tergantung opsi wisatawan yang pilih rute trip laut. Pilih durasi tempuh lama atau lebih singkat. Pelaku program sea-safari dari Bali-Lombok-Flores dirintis lebih dini oleh
Perama Tour. Dari mereka-lah, ekplorasi wisata tematik kepulauan ini dilakukan. Beri efek berantai bagi pelaku wisata lain yang bermunculan kemudian.
Belakangan pantai Pink - NTT berubah inisial lagi jadi
Pantai Merah. Sejauh pengamatan sejak mulai rebak pengajuan status 7 keajaiban dunia untuk versi situs natural di belahan dunia. Status pulau Komodo mulai tanjak rating. Membawa imbas pada gugus pulau disekitarnya. Terlebih sejak mulai dijual paket khusus fotografi. Gejala awal demam DLSR merebak harga friendly, tipe low-entry. Pantai Merah menjadi pulau "eye catching" sebagai sasaran obyek jepret dan wajib kudu di kunjungi. Fotografer domestik bermunculan drastis bak cendawan musim hujan. Bagus sih! sekaligus dampak positif bagi intens promosi stok potensi alam negeri sendiri. Pro-aktif dari para treveler merangkap blogger.
Dekat momentum itu pula Pink-Beach versi Lombok naik pamor. Hal ini sempat menjadi informasi simpang-siur. Seperti saat saya coba
googling. Ada blog
bule yang pernah coba ulas. Tapi karena berdasar sekedar bahan wacana
copy-paste, malah jadi salah kaprah. Pantai Pink NTT dikatakan ada di Lombok. Lho kog??? Ternyata dia belum pahami zonasi peta, mana
West Nusa Tenggara dan
East Nusa Tenggara. Dan dia analogikan berdasarkan rute tempuh paket wisata antar pulau dari website Perama. Poin starting dari pelabuhan Kayangan Lombok - berakhir di Labuan Bajo-Flores. Mampir pulau diantaranya pantai Pink (notabene pantai Merah. Di-kira masih satu propinsi. Weleh! masbro bule... negeri kami itu nusantara alias archipelago. Beda kawasan ya beda tertib administratif.
Bak info semrawut.. benang kusut. Alih-alih saya coba urai benang
Merah-nya. Latar belakang kisah akurat apa sehingga pantai Pink NTT menjadi pantai Merah. Gak ada titik terang. Hanya benak saya mulai susun kontruksi berpikir sederhana. Alibi sekaligus asumsi dangkal. Medio 2012 pantai Pink Lombok (NTB) adalah rebak trending topik. Gak heran sih! sebab tahun 2012 merupakan canangan progam tahun spesial. Ditetapkan
pemprop NTB sebagai ajang "
Lombok-Sumbawa Promo 2012". Saya pribadi tengarai ini semua akibat rekayasa
getol dan "geliat dadakan".Telat memberdayakan stok wilayah sendiri. Seolah selubung pesan singkat.
Eh, pemirsa... kami juga punya loh pantai Pink. Ayo mari kemari... silak mampir.
Dan entah apakah ada
akad tertentu antara kubu tourism-board antara 2 propinsi. Ujug-ujug, abakadabra. Plat resmi inisial spot wisata sudah terbagi. Pantai Merah di NTT... pantai Pink di Lombok-NTB. Mudahan mencerahkan....,
|
Sky..Sea & Sand...my nephew between the lines!!! |
Fisik pasir pink Beach...,
Jika pelotot detil. Rupa pasir di pink Beach Lombok memang unik. Butiran pecahan karang putih lebih halus dan didominasi partikel (halus pula) pecahan karang merah, seperti inset atas. Efek glittering akibat terpaan surya menjadikannya pukau warna merah muda.
Agak beda dengan rupa pasir di belahan sepanjang
pesisih selatan Lombok. Dominasi butir
pasir merica. Padahal kalau di telisik pecahan halus karang merah-pun biasa ditemui di manapun. Notabene pesisir Lombok selatan. Hanya prosentase campuran agak minim. Terbukti ada pula artikel lain dari penulis blog asal Lombok yang menemukan fenomena warna sama di sekitar
Pantai Induk, Lombok Barat. Bahkan saat saya kongkow di selasar pantai Pemalikan bagian sekotong. Pantai disana sekilas tatapan mata biasa memang putih. Tapi gambar hasil kinerja rekam lensa menjadi beda. Bisa jadi efek bias UV. Warna pink ada disekitar garis batas pecah ombak. Dilevel atas warna pasir tergradasi lebih kelabu.
Status Kawasan & Tata guna lahan
|
papan penunjuk arah ala kadar-nya |
Kurun awal tuju tengah tahun. Terbilang sudah 3 kali saya kunjung Pink Beach Lombok. Pertama kali saat bertepatan maulid Nabi, 24 Januari 2012.
Link dokumentasi. Bergegas pergi, usai hajat ikutkan putra saya di acara khitan masal, di Kampung Melayu - Ampenan.
As soon as possible, mengingat gelagat cuaca mudah berubah saat siang. Dominasi mendung. Cukup durasi tempuh 2 jam dari Mataram. Gak bisa ngebut. Soalnya jelang masuk pecah simpang desa
Pemongkong dan
Sekaroh, rupa aspal mulai bopeng parah! Medan off-road. Tapi tetap tidak mengurangi minat kunjung para remaja asal sekitaran kota kabupaten & kecamatan, Lombok Timur. Rombongan ABG meliuk ikuti trek rupa aspal lama..makadam..lumpur dan debu. Semata demi pink-beach. Tunggang
Avanza , jarak yang kurang 20 kilometer ternyata cukup sita waktu. Ada juga seliweran mobil lain. Sambil laju pelan saya mulai merekam visual ala rapid observasi. Gamblang baca
plank yang tertancap di lintas alur aspal. Wilayah ini tampaknya pernah menjadi pengembangan zona pertanian intensif lahan kritis. Notabene areal rawan pangan karena krisis air. Alur bantuan lembaga GTZ. Lebih nyusup ke dalam, zona hijau mulai ditumbuhi vegetasi ber-pola tanam rapi. Terlihat pernah jadi lokasi penghijauan. Terbukti status kawasan menjadi zona konservasi. Ada tancap plank besar BKSA. Tidak ada jenis tanaman produksi buah. Mungkin menyesuaikan jenis lahan. Dipilih jenis vegetasi yang mampu beradaptasi lahan kering. Minimal mampu bertahan dalam pergantian alih musim penghujan. Jadi terlihat dominasi
Sengon. Ada tegakan
Nimbe, debut lokal menyebut alias lain pohon
pak Karno. Gunduk lahan perbukitan kiri aspal banyak juga ditanami pohon
Jambu mete. Ada juga sebilah komplek tanah tertancap rapi tegakan
Akasia. Ketinggian tajuk sama identik dengan pola tanam serempak. Selebihnya ya didominasi ekosistem semak belukar. Majemuk.. hiterogen, termasuk bantenan. Vegetasi alamiah paling juga ada asem dan bidara laut.
Tiba lagi pecah simpang. Tertancap petunjuk arah lurus Tanjung Ringgit dan Pink Beach 3km. Aksi reboisasi disini ditandai marak pohon
jati super. Arah kiri merujuk ceruk teluk yang dinamai
Tanjung Segui. Lafal lain menyebut
Sabui. Agak nelangsa rupa lansekap di gunduk bukit yang langsung menghadap singgung laut. Begitu banyak warga buka lahan. Jagung menjadi bibit primadona tepat masuki musim hujan. Petak dengan variasi luas lahan. Tapi sisi riskan, ada sedikit lingkar pantai putih (mungkin jg pink) yang beranjak legam. Akibat proses tertimpa laju sedimentasi pembukaan lahan diatasnya.
|
tanjung Sabui, banyak spot pulau karang. lokasi ranch kerang mutiara |
Hingga ujung aspal tanjung
Segui kami jumpai Bangunan besar perusahaan mutiara. Yah, saya langsung ingat. Di tempat ini dulu, tahun 1998 kami pernah dapat pinjaman fasilitas
speed-boat untuk dukung aktivitas survey pesisir. Hihihi...., kenangan lama terbuka begitu tiba dan tatap langsung. Ada 2 komplek bangunan perusahaan mutiara disitu. Salah 1 atau mungkin kedua-nya adalah milik investor Jepang. Berdiri dan berkembang sejak awal tahun 90-an. Sekaligus kami terkekeh. Banyaknya inisial nama lokasi yang beredar. Saya beralibi setengah yakin. Inisial tanjung
Segui berasal dari bahasa jepang,
Sughoi. bermakna hebat. Namun penggunaan umum adalah terlontar saat mengagumi sesuatu. Bahkan
surprise atas hal yang layak di apresiasi. Bisa tempat maupun kondisi.
Lha iya toh! gimana gak indah. View disini terpapar eksotis. Pasir cerah, air jernih. Tanjungan dengan beranda alami berupa tonjolan cadas karang tajam dan purba. Berceruk teluk kecil dengan perairan tenang. Menjanjikan lokasi
ranch line apung ideal bagi
padepokan gantung, kerang-kerang mutiara. Sangat strategis. Lagi! di garda depan teronggok pulau mungil, gili Petelu. Telu memaknai 3 gili kecil. 1 gili agak dekat pesisir pulau induk. 2 lagi terdemplot berdampingan, agak jauh di tengah teluk. Dwi-gili ini sangat khas dan beda rupa. yang ukuran besar ditumbuhi vegetasi khas. Yang size kecil hanya berupa pulau karang dan rimbun semak. Saat surut rendah keduanya menyatu. Tapi saat high-tide terpisah. Bagus pula untuk point snorkling. Kilas balik, disitu pernah kami lakukan rapid visual sensus pakai SCUBA. Cacah pertumbuhan karang dan biota ikan. Perairan tenang dan visibilitas aduhai. Hanya sangat riskan di ujung sisi gili terluar. Arus mendadak berubah. Laju arus luar biasa kencang. Wajar, tabiat khas dari perubahan bentuk topografi. Perpaduan tipikal pola arus tanjung-teluk dan selat. Rekan kami toh sudah pernah jadi korban.
Pesan sponsor : cukuplah berkiblat pengalaman orang lain. Kecuali anda tergerak jadi
Next current's victim.
Catatan penting. Jangan pernah berharap dapet poin snorkling dengan suguhan terumbu yang cantik disini. Semua kategori rusak berat. Hanya menyisakan spot-spot
rubble*. Kalaupun ada hanya berupa noktah kecil. Paling edisi terumbu karang yang baru tumbuh. Proses adaptif dan rehabilitasi alamiah. Soalnya sejarah mencatat. Dasawarsa tahun 80-90 tabiat nelayan disini sangat identik ilegal fishing. Bombing. Bahan peledak cukup mudah didapat. Karena
Tanjung Ringgit menyimpan banyak
wreck*, battle ship eks jepang yang sempat berkuasa masa PD2. Peninggalan meriam masih ada. Dan menjadi situs sejarah. Wreck tadi kebanyakan telah dijarah diambil jadi besi kilon. Karena masa perang muatan-nya banyak amunisi peluru dan senjata. Serbuk mesiu asal amunisi itulah yang digunakan sebagai bahan peledak cari ikan oleh nelayan. Sayang, karena merupakan rentet situs,bukti dan saksi sejarah yang terpendam di bawah perairan. Padahal relevansi histori itu yang bakal memiliki nilai berharga.
Bangkai
wreck itu kebanyakan nyungsep di kedalaman 50-60 meter. Ini nurut pengakuan beberapa penyelam alam (
hookah) lokal. Secara pribadi saya ogah urusan diving di kategori
red-zone. Resiko tingkat tinggi. Cuma terus terang masih digayuti penasaran akut. Pada kemana jajaran kapal
fregat Nihon?. Yang konon di kamuflase, sengaja di
ledak lalu
karamkan? Memang sih ini sekedar obrolan sambil lalu.
Cas-cis-cus... biang nguping di antara kisah para pemburu harta karun. Menyambung regulasi konon dan syahdan. Cobalah menyusun kerangka asumsi dan investigasi sederhana. Kalaupun ada negara dengan kapasitas maju. Eks pelaku kolonialisme...katakan lalu tergerak demi tuntutan konsesi politik etis. Menyalurkan dana bantuan berupa CSR dan alur tanam investasi jangka panjang. Secara kebetulan dipilih lokasi strategis dekat pantai or pelabuhan pakta pertahanan eks masa penjajahan era bahula. Perihal harta
ghanimah yang gak sempat diangkut pulang. Akibat negara berantakan di ganjar bom Atom tentara sekutu. Rehabilitasi paska perang... idealnya ya tetap punya pundi-pundi tersembunyi. Kedalaman samudera memang paling tepat untuk jadi
Bottom-Bank. Layer dasar yang gak cukup sekedar intipan snorkeling. Gak terpantau... toh paling hanya permukaan laut saja yang bisa di nikmati. Oleh kalangan awam. Hihihi.... jika kelak bisa dipanen. Sejalan riset dan tehnologi mumpuni yang menyertai. Berapa nominal total jenderal? Ah, sudahlah.. anggap kedar kecamuk kosmologi pikiran ngelantur.
Back on trek article...,
Kunjung perdana ke Pink-Beach ini bukan sekedar penyembuh rasa ingin tau. Tapi memang ada misi survey lokasi. Dampingi ajakan rekan akibat ada keinginan orang asing (jepun lagi). Mukim di Bali yang tergerak pingin punya lahan di
pink-beach, alias
pantai Tangsi...
wal Sekaroh binti Temeak. Terbukti bahwa tempat ini sudah bikin banyak orang kepincut. Entah sekedar penasaran.. tujuan pelesir hingga investasi. Seperti halnya, pantai
Bloam yang sudah dikelola lebih private oleh Jiva-Klui. Setelah melihat fisik terlahir, betapa pendeknya garis pantai. Tidak lebih dari 1 Km. Lalu mau berapa oknum yang bakal tergerak patok lahan di areal terbatas itu. Kontras dengan Pantai Merah-NTT yang merupakan bagian dari sebongkah pulau. Secuil lahan yang demi peruntukan spot wisata. Akankah tergadai. Demi pariwisata kerakyatan atau industri besar pariwisata. Ditimbang-timbang... berat mana??
|
rupa turunan jalan masuk menuju pantai Pink |
Dari lintas aspal
compang-camping di punggung bukit. Ntar ketemu portal bambu, rangkap fungsi gapura "selamat datang" masuk pantai Pink. Welcome banner ala kadar, dengan tiket masuk Rp 10,000 untuk mobil. Alur akses menurun terjal dengan sudut ekstrim 35 derajat. Masih berupa gerus gak rata hasil garuk eksavator. Bisa jadi dulu-nya ini cuma alur setapak yang kini diperlebar sejalan perkembangan promosi terlampir.
Jika hujan. Sebaiknya parkir dipelataran atas saja. Selanjutnya, anda harus pilih jalan kaki kebawah sana. Lumayan olahraga sekitar tempuh a half kilometer. Mending gitu daripada resiko jalan licin... belum lagi berpapasan antara mobil yang naik atau turun. Cukup was-was meredam pijakan gas dan rem. Leleh keringat.. pegal betis-paha.
Sementara petugas jaga portal belum mahir atur lalu-lalang lintas kendaraan. Dan mereka gak terbekali alat komunikasi ideal. Kebangetan juga stake-holder pengembang wisata disini. Berapa sih harga sepasang HT or walkie-talkie? Jadi harap maklum saja. Pengecualian kalo bawa mobil standar 4X4. Libas saja semua kondisi miris tadi.
Seperti jeda seminggu kemudian. 1 februari 2013 saya anjangsana kembali. Kali ini sekedar penuhi hajat rekan lain. Iba terhadap bocahnya. Nimbrung obrolan kelas gak
ngeh lantaran teman lainnya bercerita soal keindahan pantai Pink. Ajakan mendadak itu saya penuhi, dengan syarat wajib pake
Ford Ranger milik-nya. Bukan persoalan cari nyaman or ajang narsis-najis. Hanya menyesuaikan kondisi medan dengan daya tangguh off-road vehicle. Paling tidak saya bisa memberi balansi testimoni akurat. Bukan sekedar wacana copas.
|
Rupa pantai pink dijepret dari ujung jorok tanjungan sebelah timur. Belum ada bangunan resort apapun
kecuali tampak 2 bangunan bungalow milik warga asing. Lahan itu konon sudah dibeli. Sedang di ngarai bawah kiri, terdapat 3KK pemukim. Latar muka tampak bebatuan yang terserak dan menancap di punggung tanjungan bukit. Kebanyakan berupa fosil karang yang mengeras. |
|
|
Sampel batu yang saya pungut. Sekalipun sudah mengeras, tapi terlihat jelas pola alur dan motif dari asal jenis coral tertentu. Mengeras sebagai proses fosil. Note : di daerah Lombok tengah, sekitar kawasan teluk Awang dan Kuta. Saya pernah menemukan perusahan lokal rumahan yang memproduksi tegel/ubin dengan bahan batuan fosil karang ini. Di iris sesuai standar size. Lain lagi dengan asal batu yang sama, hanya serat batu lebih empuk. Kekerasan pembentuk unsur batu lebih rendah. Diukir berbagai bentuk dan menjadi komoditi bahan kerajinan pokok. Lebih dikenal dengan kerajinan Batu Paras. |