Sabtu, 23 Juli 2016

Aku... IBU-ku... korespondensi & FILATELI...,

Yah, 
menjalani kurun Juli.. itu semacam pit-stop bulan yang penuh dengan refleksi diri. Sejak awal dekat momen lahir. Lalu berlanjut tiba momentum Idul Fitri. Kiprah peralihan ramadhan menuju syawal. Bak tirai tipis di lintas segmen waktu. Kemeriahan-kemeriahan itu berlalu. Euphoria kemaslahatan umat juga mestinya kemampuan intropeksi diri dan kolektif. Moga saja!
Dan 11 Juli ini tiba pada momentum 2 tahun wafatnya ibu kami tercinta. Ada irisan keping haru yang tidak terlukiskan. Sekalipun sebagai ibu dan anak, kami memiliki ikatan tersendiri. Semenjak saya terpisah teritori. Yah, tulis-menulis surat menjadi satu media penyambung. Jembatan komunikasi tali asih. Dan perangko-perangko lama di album filateli menjadi jajaran koleksi dan saksi bisu. Perjalanan waktu. 

tulisan FB :
Kilas ballik, dari hubungan "spesial" kami adalah jembatan surat-menyurat. Media pamungkas menyalurkan harapan..keluh-kesah hingga menguatkan satu sama lain. Dan dari sekian lalu-lintas korespodensi itu... cuma perangko-perangko kusam penuh kenangan itu yang bisa saya simpan. Menyambung "tali bahasa" antara Malang-Mataram di kisaran 1992 hingga 2005.
Dengan membuka kitab filateli ini betapa banyak momen dan rekam peristiwa yang mewarnai. Dari sejak edisi Pelita V dan VI di-era embah "sik Penak Jaman-ku Toh"..hingga dia geblak di 1998, muncul juga edisi reformasi. dari varian perangko gambar pak Harto multi pecahan nominal. Dari harga tajuk layanan pos kilat 500,-..naik 700,- hingga lupa berapa. Serasa rekam catatan ringkas peradapan ada dibalik gambar" itu. Bahkan, jika kaum sekarang sedikit mencibir soal trending topik rebak batu Akik di 2 tahun lalu. Waduh le-tole..nduk-genduk..., bahkan pihak Pos&Giro ini pernah buat edisi Calsedony angka tahun 2000.Merah daging-nya bisa merujuk Red Baron asal Pacitan..Red Raflesia bengkulu..Kecubung Api.. hatta, sub Bacan Obi merah (yang heboh 10 tahun kemudian). Dan koleksi yang paling saya sukai adalah aneka flora-satwa endemik khas Indonesia.

Ah, apa kabar Ibunda-ku sayang? cuma selayang lantun doa-doa...yang kini bisa aku hantar. Tanpa kertas..amplop dan perangko. Rindu ku putih tak ber-materai. Engkau..adalah sosok tak tergantikan. Setiap waktu... tanpa perlu tunggu momentum 22 Desember.











Tidak ada komentar: