Kamis, 04 Juni 2009

Menikmati Sengat Ubur-Ubur

Lantaran ulas Feeding Frenzy, saya jadi teringat pengalaman silam. Tentu bukan jenis yang mematikan seperti spesies Irukandji. Terlebih Box Jelly fish alias Chinorax fleekeri yang umum disebut SeaWasp. Rata-rata mereka miliki tubuh transparan. Persis performa kue agar-agar…

Berbekal laju arus air mereka-pun menjelajahi samudra. Sirkulasi hidup yang dijalani dengan tabah, sesuai takdir. Tiba saat musim bertelur, mereka memasuki wilayah teluk berceruk sempit. Terutama zona minim arus. Fenomena alam menarik. Karena dalam satu hamparan luas akan tampak permukaan laut di huni ratusan bahkan ribuan “agar-agar” hidup. Tonjol punggung dipermukaan air. Saat yang tepat melakukan ajang kumpul masa reproduksi. Melepas telur… menempel pada substrat alami, biasanya pada akar bakau (Mangrove) dan juga helai-helai Lamun (sea grass). Para dewasa hengkang lokasi begitu tiba masa peralihan arus. Kembali tabiat gaya pelagis…arung samudra. Tiba masa daur tetas, para telur jadi anakan muda disebut juvenile. Beberapa saat huni teluk sebagai zona nursery. Ketika tiba tepat ganti musim… ngelayap bersama arus.


Tipikal jenis lain

Ada juga spesies warna lain. Sejauh yang pernah saya amati ada yang berwarna coklat. Jadi lebih mudah terdeteksi visual. Tidak pasif ikuti arus, tapi atraktif dengan gerak ritmik… gaya propulsion. Tenaga dorong dihasilkan dari katup masuk-buang. Dibekali organ alamiah intake dan exhaust. Ilham sederhana bagi pengembangan tehnologi kinerja jet-ski dan kapal bermesin hydro-foil.

Menarik-nya lagi spesies ini berenang lincah. Belum saya identifikasi lebih jauh. Punya ikan pendamping setia sebagai teman seiring perjalanan. Sebuah potret simbiosis. Si ikan bertugas pembersih bakteri penempel pada tubuh si Ubur2 coklat. Sekaligus naung keselamatan hidup dari predator ikan besar lain. Ogah PDKT karena riskan terbelai lengan-lengan penyengat sang ubur-dubur.

Saya gak tau sejauhmana rasa efek sengatnya. Dulu pernah dialami rekan ditahun 1995. Satu kesempatan, latihan renang rutin jelang momen RLSA (Renang Lintas Selat Alas ‘95). Asyik ayun lengan si Riko terpekik diantara 8 rekan lain. Ternyata tersengat ubur-2 coklat. Beberapa jenak kemudian pada lengan-nya dipenuhi bentol merah. Tidur malam kadang menggigil.. campur gigau tahan sakit. jelang sembuh semua bentol kering persis luka lecet. Konon panas-nya luar biasa. Nikmati ada-nya….


Tiba gilir saya,

Merasakan hidayah… ktimpa “nikmat” pembawa sengsara. Satu sore usai tutup konter masih sempatin main kano di teras depan pantai Senggigi. Bersama rekan mitra jaga konter. Persis di areal koloni kecil terumbu depan Senggigi Beach Hotel, sesuatu menarik perhatian mata. Kilap Hijau memantul sinar mentari jelang senja. Magic hours….,

Ternyata saya mendapati sebuah store box – container tersangkut pada dahan karang Acropora. Segera saya pungut. Tersentak liat sekilas isi. Ada beberapa lembar rupiah serta lipatan perangko nominal 700 perak. Entah siapa pemilik, pastinya milik wisatawan. Barangkali asyik berenang trus terlepas kebawa arus, hingga tersangkut di bilangan karang.

Sejenak muter cari-cari sosok pemilik. Tapi sekitar arah datang arus sudah sepi para swimmer. Hingga timbul bisikan usil …”ini status temuan – ambil saja”. Kami saling senyum sendiri mendayung arah balik konter. Gempita hati sikapi durian runtuh…,


But wait,

Jelang tepi bibir pantai saya melambat pola dayung. Ada sesuatu benda lain berwarna biru. Benda asing mengapung. Diterpa penasaran, main asal pungut. Mendadak sontak “benda” kecil sekilas mirip bohlam 5 watt itu menghantar rasa panas pada jari saya. Astagfirullah!!!! gilir saya nyebut saking kaget. Saya tepis sensasi rasa api itu! Sekali lagi saya pungut pakai ujung dayung. Baru-lah saya paham. Ini dia yang disebut ubur-ubur Biru.

Terkenal dengan sebutan “Blue-Bottle”. Bernama latin Physalia physalis. Nama keren lainnya Portuguese Man of War. Karena bentuknya mirip kapal layar portugis (caravel) abad 15-16. Berlipit layar pola segitiga…

Singkat ulas, biota ini biasa hidup dipermukaan air. Mengapung berkat bantuan organ kantung udara pada tubuhnya. Tidak ber-Propulsion, tapi manfaatin sarana bantu media gerak tempuh jelajah. Berupa kombinasi angin, arus dan pasang-surut. Layaknya class Hydrozoa lain, spesies ini memiliki rumbai lengan tentakel sebagai lengan pencahar makanan. Menyengat mangsa korban berupa suntikan enzim toksin dengan intensitas varian dosis. Tergenggam tentakel berarti kian lancar subsidi sengat.


Kembali kasus pribadi.

Seketika jari saya memerah. Efek panas kian menjalar lengan. Campur sensasi rasa demam. Sedikit erang tahan sakit. Sensasi toksin khas laut, nematocyst. Tilik tentakel blue-bottle yang tertinggal di jari, panjang transparans ungu dengan segmen titik-titik biru. Persis mengamati performa telur katak. Pada jaringan lapis bawah kulit ari terdapat bintik putih lepuh sesuai jiplak format bintik biru tadi. Meninggal jejak cemeti…,

Ampun dah rasa-nya! Secuil jari bisa ber-sensasi panas kayak gitu. Apalagi tersengat di organ vital yang jibun pusat syaraf. Misal leher, bisa jadi saya langsung pingsan. Terlebih ogah tersengat dibagian alat vital. Bagi anda, gak saya rekomendasikan berenang telanjang!!! Swear…. Don’t swim without underwear. Kcuali yang minat julurin “titit” mirip metode mak Erot.

Ujung-2nya saya sikapi ini sebagai ibrah sekaligus sesi kenal biota. Gegas pulang Senggigi sekedar pingin dapat obat penawar yang tertingggal di rumah.

Stingose, pemberian tamu diving yang pernah saya handel. Next step progressive life, perangko saya pergunakan berkirim surat penyambung silturahmi. Dan duit sejumlah 120.000 rupiah telah saya jadikan ajang selametan bareng teman lainnya. Santap sop kikil. Nikmat…sengsara…nikmat….







a note :
materi photo pendukung berasal dari Wikipedia.org

Tidak ada komentar: