Sabtu, 20 Juni 2009

serial pesisir....& trend momentum

Peringatan hari Bumi per 22 April...,
hari lingkungan hidup sedunia per 5 Juni...
world Ocean day per 8 Juni ...

Menjalani periodikal waktu..., selalu saja tersisipkan pesan terlampir... one moment upon in time, kog serasa menjadi mahluk instan. Padahal begitu banyak peluang kadang lewat begitu saja. Sejak ruh tertiup... kita-lah mahluk yang diamanati sebagai khalifah penjaga Bumi. Alhamdulillahi rabbil Alamin...., segala puji bagi Allah..seru sekalian Alam.
Begitu mudah tersebut.... dalam bilas ujaran rutin. Salah satu intisari dari jabaran salah satu 7 ayat yang berulang, Matsani... samudra Al-Fatihah. preambule Kitabullah!!!
Memang begitu "rumit" mentransfer ilmu sholat menjadi visualisasi karakter. Tanpa menjiwai dan paham makna baca'an, jadi-lah serasa robot. Bergerak tanpa bobot karakteristik, the soul of human being.
Pertanyaannya...., harus kapan "sadar" diri bahwa kita ini berdampingan dengan bumi? setahun sekali terkait trend setter Momentum? atau kudu berasesoris emblem dan ijazah Pencinta Alam, geliat Ritual UKM pada umum-nya? ber-kiblat stok bulan SAFAR... menciptakan peluang kunjung lokasi alami. Sebagai ajang pendekatan vitalitas agamis. Wisata berdogma mendekatkan diri pada bumi dan Sang Pencipta. Ironis-nya kerap melenceng pemaknaan budi&daya manusia stagnasi.. pola homogen, Safari = Seragam.
Next,
atau cukup memaknai ibrah metode approaching lebih fundamental, rutinitas Miqraj. (sholat).. aktifitas gerak... berbalut syair firman Ilahiah. Realisasi-nya dengan memanfaatkan segenap peluang waktu yang ada.

Menggeluti laut... bahari al-Bahri,
sisi lain yang kadang saya lakukan penuhi hasrat gadis cilik-ku. Kenal biota pesisir... cangkang keong dan kerang. Identifikasi sejak dini. Penanaman benih mutasi ilmu lingkungan pesisir. Cukup dengan bahan se-ada-nya. Pada baur serakan rubble (patahan karang), atau sepanjang batas garis hempas ujung ombak. Observasi pernik pesisir.
Sejauh ini Gingga masih kapasitas storage rendah. Entah nanti, bila terarah jadi shell's collector. Tentu harus bakal meluas rana kunjung lokasi-nya. Untuk bilangan pesisir Lombok saya rekomendasi areal khusus. Pantai Mekaki. Tempuh jalur Sekotong tengah... Kawasan zona selatan Lombok. Pasir putih - bergulung ombak point brake. Tegar menghadap Samudra Indonesia. Bagi siapa-pun yang punya hobi pengumpul cangkang keong... silahkan pilih tempat ini sebagai opsi wisata. Temukan berbagai jenis menarik cangkang crustacea dan Moluska. Plus warna yang masih kinclong.
Pada gambar disamping bisa ditemui serakan aneka pernik pesisir, meliputi Coralline alga (Halimeda capiosa), Rumput laut (Sea-weed) non Catonni yang bukan paritas olahan agar-agar, dan beberapa jenis Sargassum. Sponge dan tunikata.


In depth perihal sargassum,
setahun silam pernah saya dampingi rombongan dari Departemen Kelautan pusat. Tema kunjungan adalah survey pengamatan sebaran berbagai jenis sargassum yang ada di wilayah pesisir Lombok. Kami mulai menyisir kawasan utara di teluk Dalem-Tanjung. Berlanjut ke pesisir pantai Oberoi hotel. lalu menyusuri wilayah pesisir Sekotong. Dalam kurun beda hari, santroni wilayah teluk Ekas. Hingga capai wilayah Kuta. Namun hanya sedikit ditemukan coloni ruang tumbuh si alga Sargassum. Terakhir, ditutup anjangsana seharian penuh di kawasan teluk Sepi. Ternyata agak ramai ditumbuhi Sargassum. Sayang hingga saat ini saya belum dapat kepastian manfaat apa yang sedang dikaji dari biota terkait. Status off the record. Tapi jika masih menyangkut sentil soal alge, saya jadi teringat cerita pak Sarwono dalam kongres HAPPI. Bahan alternatif Bio-diesel.

2 komentar:

Hani mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
gala-aksi mengatakan...

ok,...