Selasa, 27 April 2010

Tebing Fosil... Lombok Selatan

Hmmmm.....,
Saban kunjung ke tempat ini, gak ada lain. Nuansa lebih mewakili paras negri kerontang. Dominan terik.. bakar kulit. Batok kepala serasa d panggang. Dehidrasi pula! Hanya persis tiba musim kemarau. Hujan bisa dibilang enggan datang. Sebagian bilang inilah perwakilan pesona 'lahan tidur' pesisir pulau Lombok bagian selatan.
Secara spesifik, lokasi ini adalah termasuk dalam kawasan luas teluk Ekas bagian timur. Masuk wilayah kabupaten Lombok Timur bagian selatan. Secara pembagian wilayah hampir 3/4 kawasan adalah milik Lombok Timur. Kcuali bagian pesisir ujung barat. Merupakan wilayah kabupaten Lombok Tengah. Dengan nama desa Awang.
Jadi wajar, secara penamaan peta seluruh kawasan disebut sebagai teluk Ekas. Namun bagi warga Lombok Tengah menyebutnya dengan istilah teluk Awang. Alasan sederhana, ada sebagian wilayah lingkar teluk yang masuk dalam batas wilayah administrasi mereka. Betapa konyol ungkapan rumor, bila kemudian hari ada konflik tikai antara ke 2 belah pihak. Akankah disebut konflik Perang Teluk? seperti edisi jazirah Timur-Tengah. Maksudnya tentu saja Lombok Timur VS Lombok Tengah!!! Gombal.....,

Minimalis Hijau..
curah hujan yang rendah mengakibatkan hampir di kawasan bagian selatan Lombok rawan masalah pangan. Peralihan tiba musim hujan digunakan untuk peluang tanam. Itupun sebatas palawija, termasuk Padi gogo-rancah. Jadi bisa dibayangkan saat kemarau panjang. Efek perubahan iklim global. Kurangnya daerah ikatan air bisa memperparah kondisi yang ada. Hanya segelintir spot-spot hijau. Itupun hanya vegetasi khas yang mampu beradaptasi dengan lingkungan minim air. Termasuk garis pesisir. Rimbun semata vegetasi kelompok asosiasi mangrove.

Tourism development area...
Jauh sebelumnya, kawasan Teluk Ekas lebih di kenal dengan satu poin pesisir yang oleh warga-nya di sebut sebagai pantai Surga. Gulungan ombak menyatu dengan sirkulasi rutin tak henti, subsidi hempasan angin selatan dari Samudera Indonesia. Secara sederhana oleh warga dianggap sajian eksotis. Menikmati sajian anugrrah alam. Gumpal buih putih di analogikan laksana gerombolan biri-biri.

Tempat saya nangkring (pada inset) adalah bungalow beach view - resort Heaven On The Planet (HOTP). Letaknya berada di dusun Lendang Terak. Nama HOTP sengaja dipilih oleh owner sebab mengacu pada konotasi surga. 5 tahun sebelumnya agak sulit menempuh jalur aspal. Akses aspal yang terputus di batas desa terakhir, disambung jalan tanah. Musim penghujan berupa belepotan lumpur. Hanya mampu ditempuh dengan vehicle tipe 4X4. Alhasil sempat dijuluki nyeleneh. Punya pantai Surga tapi akses tempuh berupa jalur Neraka!.
Disisi lain secara psikologis, kondisi jadi serasi. Teori pasangan yin-yang. Mencapai Surga memang harus ditempuh dengan serangkaian ujian sulit. Dan faktanya memang begitu. Ombak pesisir selatan Lombok sangat digemari, memancing minat kunjung para surfer mancanegara. Dimulai dari spot ujung barat, batu gendang - Pelangan. Runut ke timur, Kuta, Tanjung Aan, Gerupuk dan Teluk Ekas.
Dan belakangan kendala tadi tidak perlu di kuatirkan lagi. Pemda Lombok Timur kini sedang getol membangun infrastruktur di kawasan itu.

kans Geo-Wisata
Peluang lain yang belum total di garap adalah Geo-wisata. Wacana ini sebelumnya pernah dilansir pihak LIPI dalam presentasi (tahun 2003) topik pengembangan wisata geologi di kawasan selatan Lombok. Redaksional yang merujuk pada teori pembentukan daratan, muasal kepulauan nusantara, termasuk Lombok. Sejarah vulkanologi sebagai bagian zona lingkar api (Ring of Fire).
Peninggalan fosil gunung api purba di sekitar pantai Kuta Lombok menjadi salah satu bukti otentik, hingga saat ini. Relevansi terhadap teori pembentukan daratan. Timbuk struktur spektrum gempa. Pergerakan lempeng hingga pengangkatan daratan dari gugus terumbu era bahula.
Bukti-bukti lain adalah peninggalan tebing fosil yang berada disepanjang lingkar timur dataran dinding teluk Ekas. Kebanyakan adalah fosil biota berupa cangkang kelompok moluska (wikipedia), krustasea, dan patahan koral (rubble). Struktur bisa dibilang rapuh. Karena dari tinjau belakangan ini beberapa kontur sudah mulai runtuh. Bisa jadi karena faktor abrasi, pasang-surut air laut.

Tampak fisik, padatan kontur memang rentan rontok. Mungkin karena, secara kajian geologis sederhana.. proses pembentukan alamiah yang masih fase tahap awal. Campuran butir dan partikel rapuh. Belum membentuk unsur kapur/limestone (CaCo3) yang dominan putih. Sedikit berbeda dengan kandungan bukit bebatuan yang terdapat di sekitar Awang dan mengarah sedikit ke bagian tengah pulau besar. Sekalipun warna mendekati sama, kuning kecoklatan, namun kepadatannya lebih solid. Biasanya dari iris penampang terlihat campuran unsur batu apung dan material bawaan lain. Dan masih bisa dibentuk untuk keperluan kerajinan batu ukir masyarakat lokal. Dinamakan Batu Paras.
Ingin sekedar menikmati fenomena tebing fosil itu, silahkan menikmati rangkaian foto yang terlampir dibawah ini.


bongkahan dinding mulai runtuh...


struktur kontur atas lebih padat...


masih terlihat patahan karang (rubble) dari jenis staghorn
dan bagian ini lapisan terbawah dr kontur yg rapuh


cangkang kepiting tampak masih utuh



Tidak ada komentar: