Sabtu, 14 Maret 2009

Abadi-kan Edelweiss….,







Ganyang 2 hari survey ternyata ada saja sisip hidayah gak sengaja. Seolah jadi terkenang bait lagu berikut ini : Indonesia tanah air beta… Pusaka Abadi nan Jaya…,
Beranjak dari Aik Bukak, hujan sudah mulai mengguyur. Perut kian terasa keroncongan akibat guncang aspal tak rata. Sengaja pilih jalur tembus Kopang. Sengaja tahan lapar saking pingin-nya idam rasa pedas sajian ayam Rarang. Obsesi terpenuhi lanjut tancap gas belah hujan. Sejenak mampir servis Tissot dibilangan Pao’Motong. Dan bergegas lagi terobos sisa gerimis…, susuri aspal tuju Lemor dan panjat tanjakan Sapit. Tiba-lah kami di Jurang Malang. Gapura puncak menuju Sembalun Bumbung. Mobil sengaja saya hentikan agar 2 rekan puas panen sajian bentang alam. Namun buat saya sendiri ada agenda khusus! Jarang kesampaian tiap kali saya babat jalur ini. Mengamati sekaligus memotret jibun Edelweiss yang menempel sepanjang pematang tebing. Sederhana saja. Teringat kisah basi para pendaki, ngotot naik gunung. Pulang bangga dengan setangkup Edelweiss. Disini… di punggung anak Rinjani, begitu mudah saya raih. Tanpa pernah terpikir boyong Mataram. Kalo-pun berniat motret, ini-pun sekedar alibi “ABADI-kan” momen untuk kontribusi blog. promosi wisata kurang-lebih. Sayang-nya masih pada kuncup. Belum merekah-ruah saat jelang Agustus nanti. Yakin pemandangan-nya kian bestari….,

Apa yang berkesan? Belum! Selain berkesempatan inap di rumah sahabat bernama Nanang Nugraha. Nuansa berhawa dingin. Kontras dengan di-areal zona “bawah”. Malam lebih menggigil, terutama saat wudhu. Apapun kondisi demikian nikmat terjalani. Wait! Ntar saya tulis artikel tersendiri…. Be patient. Hajat kunjung-pun terpenuhi. Singkat kisah berpulang kami ke Mataram. Lagi-lagi tahan lapar untuk sebuah janji kenikmatan santap. Kunjungi RM Sekarbela. Semata demi ayam bakar bumbu Seraten. Memang cocok sebagai tujuan wisata Kuliner. Super pedas…bersanding manis gula merah. Ambil opsi paket dan dapatkan varian menu. Plecing Kangkung, Pecel, Sop ikan bumbu kunyit (berasa Palumara) dan Sop buntut nikmat khas rempah (gak bisa dipungkiri ada kecrut suas tiram).

Malam tiba,
Seolah ketiban hidayah hari. Entah diterpa angin apa…ungkap seseorang. Yang jelas nama saya memang ber-unsur angin! Seorang kerabat telpon ada tawaran koleksi arloji lain. Michel Jordi – Geneve. Seri 1991. Sedikit unik karena spesies ini merupakan item produk peringatan 700 tahun berdiri-nya Negara Swiss (1291). Dial bertatah gambar Edelweiss berikut strap kulit bordir gambar senada. Silver solid base-made, menurut referensi rekan hobi sejenis.
ABAI disilam… sempat ter-ABADI-kan baur kemarin. Saya ibarat terganjar anugrah tersendiri. MJ Serial Edelweiss sengaja dibuat sebagai perlambang Ke-ABADI-an SWISS sebagai pusat arloji dunia.
Thanks to my country…. Pusaka abadi nan Jaya….,

Tidak ada komentar: