besok masih 1 kasus terbengkalai. deadline cartoon contest Molla Nasreddin. entah bisa penuhi obsesi partisipatif apa nggak. let's see....,
Sabtu, 28 Februari 2009
jelang Tutup February...,
besok masih 1 kasus terbengkalai. deadline cartoon contest Molla Nasreddin. entah bisa penuhi obsesi partisipatif apa nggak. let's see....,
Selasa, 24 Februari 2009
Fenomena “Kunjung” Rumah Sakit
Bicara perlakuan terhadap pasien terkait pula bicara beda strata sosial. Sudah terasa sejak di loket daftar. Ungkapan itu ditandai dengan pertanyaan klise oknum RSU: “daftar via umum, asuransi atau fasilitas miskin”. Selanjutnya, nikmati-lah alur pelayanan yang anda dapati sesuai pilihan. Ada 2 kutub layanan VIP. Very important Person…atau terlebih singkatan nyelekit kelas bawah “Very ImpotenSIAL Person”. Dan memang itu sudah termaklumi sebagai hal lumrah bahasa duniawi.
Sedikit ulas acu bahasa,
Frase inggris as noun bilang “Hospital” di-indonesia-kan jadi “Rumah Sakit”. while, frase adjective (kata sifat) “Hospitable” malah dimaknai sebagai “kemurahan hati” atau-pun “keramahan”. Gak nyambung sama sekali. Konotasi tentang Rumah Sakit yang hingga detik ini saya alami benar-benar punya aura “sakit”. Terlebih lagi bila dihubungkan kepuasan terhadap sifat layanan. Sebagian masyarakat marginal bilang “menyakitkan”. Realitas nyata, RSU umum-nya memang gitu! Sempatin diri longok kelas bangsal utamanya kelas III. Mirip barak. Jibun pasien… se-abrek pengunjung. "RAWAT-INAP" bemakna.... rawat 1 pasien, yang nginap 2-3 orang. Berjejal dilantai gelaran tikar dan karpet. Lengkap bantal-guling-selimut.
Skup ini diperkecil pada pengalaman opname di RSU Mataram beberapa hari kemarin….,
Saat tiba jam kunjung, lorong bangsal mendadak luber manusia. Tertawa bahana disatu sudut ruang. Ada segelintir komunitas nongkrong. Kepul asap rokok persis di bawah tulisan No Smoking. Satpam raib tanggal fungsi tabligh. Seliweran manusia campur pasien dan pengunjung. Kian hantar jenuh. Tertekan akibat nebula ramai.
Kami terdampar di bangsal anak – gedung timur lantai 2. Satu ruang besar 6X6 meter, dibagi 4 petak. Terpisahkan oleh tirai warna peach. Sedikit campur ornamen debu, noda kotor, dan bercak darah. Mungkin pernah rangkap fungsi lap tangan dari penghuni sebelumnya. Malam tiba, sesi sunyi yang saya harap lekas hadir. Berbekal gulung matras dan kantung tidur. Sempatin diri tuang resah di nyala monitor laptop. Sesekali harus sigap buatin bubur cepat saji bagi Fathir. Masuki hari ke-2 malah lebih komplit tugas. Mijitin yanti sebab masuk angin.
Belum lagi nilai pegal kaki. Naik-turun tunai aneka tugas. Belanja keperluan, antar sampel darah saban pagi, atau jenguk musholla di bilangan lantai bawah. Lebih menjanjikan kondisi toilet-nya dibanding sarana bangsal. Lebih jorok. Timbun jejal sampah. rangkap cuci piring! Gak ada gayung air. Harus kreatif bikin sendiri dari sobekan botol aqua. Tapi ini sekaligus pelajaran “survival” buat Yanti hadapi sikon emergency.
Situasi duka-cita ini jadi nilai kisah tersendiri. Yanti tersenyum liat keluarga pasien lain bawa gayung air pribadi, lengkap pasta-sikat gigi-sabun. Padahal tabiat begini sering terlihat pada masyarakat pinggir sungai. Kampung Melayu sebagai wilayah kota Bandar punya istilah tersendiri terhadap citra warga yang di-identikkan dengan khas pedalaman itu. MASTENG… sebut singkat Masyarakat Tengak (tengah). Istilah yang membedakan komunitas warga pesisir dengan komunal non pesisir. Yang jelas tidak terkait dengan Mustang. Kuda liar pedalaman Amerika yang terkenal tangguh.
Honestly, jadi tercetus lagi penasaran saya. Di Sumbawa terkenal mitos susu kuda liar. Penyembuh berbagai penyakit. Salah satu-nya kanker darah. Entah-lah mustang, apakah susu-nya juga terkenal tangguh. No body knows….,
Minggu, 22 Februari 2009
Numpang Juwalan....,
sempat pula saya numpang promosikan di shout box milik "Naked-Traveller". sapa tau ada yang sempat baca dan tergerak uber lintas link.
silahkan Bid bila berminat. Penawaran Rp 1.700.000,-
NB:
sebenarnya ada blog tersendiri yang muat jejal barang dagangan. cuma memang muat atribut etnik dan antik. jadi sedikit riskan disisipin disana arloji ini. bila sempat liat http://talk-showroom.blogspot.com.
Makasih.
27 February 2009 : SOLD OUT
Kamis, 19 Februari 2009
Dengue fever
aku lagi sulit berteriak....,
di kampung ini sudah beberapa orang juga ambruk. salah satu warga yang kena punya paman kerja di Dinas Kesehatan mataram. mesti-nya segera tergerak untuk upayain Dinas terkait untuk lakuin Fogging. kepala RT sekaligus kepala kampung cuek bebek! kecuali ikuti program fogging alur sosialisasi Partai tertentu. muka mereka baru giat NONGOL!
ternyata memang benar!!!! MEREKA inilah oknum yang melestarikan epidemi DB kian merebak .. meluas!!!! entah gimana kalo anggota keluarga mereka sendiri yang alami. terutama yang punya balita.
BESOK AKU HARUS GEBRAK INSTANSI.......!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
POI by Camera….
Point of Interest by camera. Dua image di bawah ini kog seperti punya makna terselubung, momen terkait. Tanpa unsur kesengajaan, terbingkai dalam rentang interval hari. Tonggak lampu penerang “ala-kadar” ini saya ambil saat survey di wilayah dataran tinggi Santong-LombUt. Depan rumah guru SMP. Salah satu responden untuk referensi survey kakao. Tertanggal 13 februari.
Entah ke-unik-an apa yang bikin saya tergerak abadikan “benda” polos se-ada-nya ini. Selain sisip kandungan nilai filosofi. Upaya sahaja berbagi benih terang dari sang pemilik rumah. Kabel merah-hitam yang redup warna terkikis oleh waktu. Kayu Gamal istilah lokal…berupa cagak ber-loyalitas nisbi. Tangkup plastik bekas kemasan sabun colek. Dan 1 penghuni, cicak warna senada di cross-bar bentang sebelah kanan. What else? That’s enough! I think so….,
Tibalah hari gelar valentine. Lengkap ber-4 kami antar si adik Fathir terdampar di RSU Mataram. Opname akibat diganjar serbuan Dengue’s Squadron. Bala tentara Aedes aegypti. Termenung sejenak saya amati si cagak besi. Kini berbagi supply asupan botol infus. Tetes demi tetes… Mengisi alir pembuluh darah di tangan mungil Fathir. Senyap menyusup dalam kelenjar relung kalbu. Menjalar bersama kinerja detak pesan jantung. Kemarin ada tiang “lain” yang bikin saya terfokus. Abadi-kan sebuah still-life moment … Abai-kan si buah hati yang tergelok di rumah. Terbengkalai akibat praduga tanpa rasa bersalah dari si ayah. Ditinggal sejenak survey…
Kini 2 image ini ibarat tugu peringatan bagi saya pribadi. Pesan memang bisa hadir dari sesuatu yang remeh, tanpa diperhitungkan. Unpredictable scene of life. Dan secara kebetulan pula valentine jadi tonggak pencetus stimulus rasa. Hari kasih-sayang bagi keluarga-ku!!!!!
Rabu, 18 Februari 2009
OPNAME & Makna Kasih-sayang…
Valentine … fall end thin. “Akhirnya jatuh kurus….” Buka pagi rencana bawa Fathir ke Puskesmas. Kunjungan seorang rekan bikin jeda tunda. Yanti tergerak ajak bapak beranjak 2 langkah. Toh kepastian debar kabar bikin aku terhenyak. Kudu periksa darah di Lab! Gejala Fathir mirip indikasi DB. Bergegaslah kami tuju Hepatika-Mataram. Peran mbak Soraya (asisten pak Mulyanto) demikian tangkas dan tuntas. Tanpa tunggu lama, kajian staf bergelut singkat. Hasilnya.., trombosit Fathir memang merendah hingga satuan parameter PLT 97. Terlalu jauh dibawah rata-rata normal (150-450). Biang virus terpantau DB. Fathir positif idap. Barangkali kaitan dampak sebaran epidemik paska landa banjir dibilangan sempadan Jangkuk. Pantes saja yunior-ku layu…., padahal praduga awal kami pikir sekedar efek alamiah pertumbuhan. Lagi nongol 2 serial gigi di gusi bawah. Opsi anggapan lain “demam” biasa. Seolah tanda gejala umum campak. Istilah lokal dibilang penyakit ”edeh”. Gak nyana dihinggapi Dengue. Malah sempat terabai oleh aktivitas survey 2 hari sebelumnya.
Dan valentine ini kian membawa arti tersendiri. Merampas rasa peduli pada sang buah hati. Taburi kasih… belai dengan sayang. Hempaskan kami dari kancah kebersamaan, betapa “mahal”-nya nilai sebuah hakikat utuh. Gingga merana sementara waktu. Harus terpisah dari kami ber-tiga. Bangkit henyak malam terngiang rengekan Gingga minta seteguk air. Kadang masih saya bumbui sedikit damprat. Dan kini buat saya miris! Hati berlipat, mata saya basah… sesal kerap hadir belakangan.
Untuk Gingga, jangan redup asa. Kami disini juga demi si adik yang kini tergolek lemah. Biarkan dia sembuh untuk kembali mewarnai ajang bermain keseharian. Home sweat home…., hati saya terasa teriris, bolong-bolong, lunglai. Berlendir nuansa elegy. Mendadak, saya rindu pulang rumah….
Rhythm of the Falling Rain…,
Menuai tarian gerimis. Aku-pun kian terpuruk di pojok tiang Berugak. Bale bengong khas Sasak. Tepat salah satu sudut sekenem, berjumlah 6 saka. Lebat kian terbanjiri tetes-rinai. “Ini tangis atau kencing langit?!” gumamku sambut gelora sensasi alam.
Mobil cuma bisa mendaki sebatas sisa setapak. Bukan lagi aspal! Namun dua jalur lintas altar jalan berbalut semen. Tidak semua alur sempurna. Terutama alur tanjakan punggung bukit. Sudah tergerus laju air dibelahan waktu silam. Toh bisa kami daki berbekal tunggang motor. Untung saja setapak ini masih berupa tanah campur butiran batu apung. Beri peluang cengkram bilur putaran roda. Semakin sulit kian pacu adrenalin. Tancap gas….,
Akhirnya, tibalah kami di kawasan tuju. Dusun Betumping-kecamatan Tanjung-Kabupaten Lombok Utara. Berjarak 5 Km dari posko parkir mobil. Belah gerimis sisa… menggauli terpa hawa dingin perbukitan. Susup pemukiman belantara. Jauhi sejenak peradapan.
Aku melayang… aku terangsang semerbak aroma rimba.
Kans himpun ion negatif tubuh… tanpa di jejali prasangka negatif!
Aku sempatkan diri panjat pematang ladang,
Nikmati sensasi jelang minggat turun ke bawah.
Jadi teringat senandung KLA Project ,
Musim penghujan hadir…tanpa pesan
Bawa kenangan lama… tlah menghilang…
Surya terpancar dari wajah kita….,
Bawa separuh nafasmu…. Adalah milik-ku…