Kamis, 05 Februari 2009

Kampung digital

(sorry without image)


Istilah ini baru belakangan saya dengar. Betapa ketinggalan informasi! konsen di zona maya jadi lupain media konvensional. Namun ternyata ada hikmah dari rentet urusan speedy yang terbengkalai. Let me descript from beginning…:

18 Januari :

Saya posting unek-unek Speedy, speed that U can’t trust. Setelah keluyur kota cukupi bekal diri dengan bahan pendukung. Lengkapi amunisi serang balik terhadap jasa lamban layanan sebuah instansi. Sekaligus forward via SMS tentang posting tersebut pada pihak management Speedy.

22 Januari :

Malam bareng Yanti&Gingga makan di warung mie ayam pak Yanto di kawasan Airlangga, blok deret AMM. Ndilalah gak sengaja ketemu sama mbakyu Reseptionist Telkom yang pernah saya temui beberapa wakut lalu. Sedikit ralat, parasnya mungkin sudah kadung bawaan rada judes. Input saran buat HRD-Telkom (Mataram). Mestinya perlu kajian psychology sebelum pajang oknum, right women in the right position. Stok profil sesuai minat dan bakat. Bagi yang ber-tabiat ramah-tamah cocok display server. Tipikal “sangar” mending pasang di seksi tagihan konsumen macet. Atau sekalian bikin divisi centeng- tukang kepruk! Subsidi bidang keamanan klo lagi kurang personil.

23 Januari :

Jumat pagi, selagi adegan hunting arloji di pasar Pao’Motong. SMS balasan dari manager marketing Speedy. Ternyata ditanggapi juga unek-unek itu.

28 Januari :

Usai bikin rentet janji, sepakat saya dan manager Speedy ktemu di kantor pusat Telkom. Inti-nya saya cuma minta hak yang terbengkalai. Sisi lain, kami jadi asyik dialog tentang pengembangan dan langkah yang sudah dijalankan internal speedy. Masukan pengembangan sector IT bagi program pemberdayaan generasi di Mataram. Saya ajuin Tanya, Kog gak seting hotspot gratis di perpustakaan umum? Sentra wahana distribusi yang sangat relevan muatan tema pendidikan. Belum terpikir. Sekedar ilustrasi saya ambil contoh di Perpus kota Malang. Suasana aktifitas hidup! Ber-internet ria bukan masalah. Telah tersedia 3 pancar sinyal hotspot dari beda server. Hotspot Telkom salah satu-nya.


Next,

Disinilah baru terungkap kisah “Kampung Digital”. Berlokasi di Pagutan. Otorita sentral ada tokoh tuan guru lokal yang berperan. Penggagas langkah di awali zona terkecil. Telkom sebagai mitra langsung dukung perangkat wifi. Akses on-line non limit, namun biaya ditanggung sebagian warga. Konsep gotong royong. Menarik minat kunjung….,

Ceplos kendala. Ada keinginan pengadaan computer di kampung itu. Pihak Telkom berminat turut bantu. Cuma entah berstatus bantuan kredit ringan atau layaknya grant. Saya gak telalu forsir alur isu. Padahal kalo jeli ada program lain yang sangat memikat, One Laptop Per Child Foundation disingkat OLPC. Program global yang sedang marak. Singkat garis besar saja saya berceloteh.

Lho memang ada? kata pak Manager. Saya hanya tersenyum. Hendak sosialisasi konsep ber-IT memang bisa jadi belepotan. Terutama kalo mainstream-nya masih anut ritual telekomunikasi. Terlalu naïf jika ntar Tehnologi Informasi hanya berkutat single function-arena bincang.

Simpul asa, Semoga saja kelak Kampung Digital, nasibnya bukan hendak mencetak Generasi doyan Chatting. Tapi generasi ampuh… giat buru informasi. Allah bissahwab….

Tidak ada komentar: