Selasa, 10 Februari 2009

Social Net Working

Ber-aktifitas zona maya, artinya siap interaksi dengan berbagai komunitas jejaring. Ada banyak koloni bercokol disana. Sebut saja : Friendster, Hi5, Myspace. Jhoos, Facebook, Grouply, Tagged. Terakhir muncul lagi tawaran gabung Yuwie. Bikin puyeng sebab multiple choice. Alhasil, sekian banyak opsi kiriman sobat on-line belum mampu saya penuhi. Dan kesempatan kali ini sekaligus saya mohon maap sebesar-besarnya. Jujur dari lubuk hati yang paling dangkal. Saya memang tipikal ketinggalan kejar tehnologi. Ngetik gak bisa ngebut…., bukan pula criteria jagoan chating. Aktifkan Yahoo Messenger-pun hanya sesekali. Tukar pemikiran dan dialogis berjangka masih kerap andalin e-mail. Norak yah!...tapi begitulah ada-nya.

Sedikit singgung Yuwie. Ia-pun hadir via e-mail dari seseorang yang belum saya kenal persis. Pake embel-embel kalimat pembuka “BANYAK TEMAN BANYAK REJEKI”. Entah dia dapat alamat e-mail saya dari siapa. Saya merasa “terhormat” akibat diposisikan link CC. Dipikir-nya barangkali saya punya link komunitas seabreg. Yo wis lah!

Konon, nimbrung Yuwie banyak peluang dulang nominal duit. Info jenjang lengkap. Dari A sampe Z. Undang pesona “Learn by Earning”. Terus terang saya gak gitu tertarik. Alasan-e, saya termasuk orang yang bukan mau bergaul hanya atas dasar semata-mata demi duit. Dan sekilas Yuwie adop system MLM (kalo gak mau dibilang persis). Kalo alasan untuk bisnis, mendingan saya raih sistim perniagaan murni. Tanpa terkontaminasi unsur passive income. Hukum supply-demand, jelas pangsa-nya. Wujud barang ada dan tau komunitas yang membutuhkan. Dan gak perlu rogoh saku untuk bawa barang-nya. Karena berbasis unsur “percaya”. Jaminan setara nilai barang hanya in-case saja. Barang laku…syukur Alhamdulillah! Untung berapa-pun nikmat. Terserah dimanfaatkan beli apa. Muara akhir capai kesejahteraan duniawi itu relatif. Intinya, tanpa trial error berbekal starter kit.


Ada beberapa ajang MLM yang pernah saya gauli. Bukan untuk murni geluti. Tapi gara-gara ajakan teman. Bisa diganjar rasa penasaran. Juga rasa iba karena pertimbangan nilai “perjuangan” oknum terkait yang tak kenal redup. Pantang mundur. Aura-nya super PD. Kadang malah over confident. Dan umum-nya tabiat itu disandang para beginner. Di forum kumpul memang ada materi pemakalah yang inspirable. Referensi tokoh idola yang digandrungi selalu ada 2 sosok. Robert Takeyoshi penulis Rich Dad - Poor Dad. Atau R. Covey penulis Seven Habit. Sirkulasi stagnan….,

Satu pengalaman saya pernah ikut program pelatihan Manajemen Usaha Kecil bagi pengelola koperasi. Selenggara Dinas Koperasi dan UKM propinsi Mataram. Dihadiri peserta wakil dari koperasi seantero NTB. Saya ada kenal seorang bapak. Antusiasme-nya tampak beda. Jidat bintik hitam pertanda “tato” sujud. Sesekali suka teriak yel tertentu. Nyeletuk sisip alur dialogis komunitas peserta. Entah omong apa! Ember-amber (ember tumpah – basa Jawa!) Gak juntrung…ora nyambung!

Style kalem saya mungkin yang bikin beliau mendekat. Materi kelas berlangsung, saya disodori gambar laminating. Dia berdiri samping seorang tokoh MLM skala Nasional. Berbinar bangga. Lagi-lagi, amit-amit jabang EMBER, ternyata oknum MLM. Saya-pun di prospek di sela acara. Berbisik bak tukang gendam. “Oke anda senior” batin saya. Saya menghormati strata konvensional itu. Bermuara dialog pada tawaran hadir suatu seminar. “Mas-nya akan menemukan sesuatu yang fenomenal… hebat! Bakar semangat!”. “Insya-Allah…” jawab saya singkat. Pisahlah kami genap usai usia diklat.

Beberapa hari kemudian…,

Lagi enak tidur. Bude teriak ada tamu. Ternyata sang bapak itu yang datang. Silaturahmi sekaligus ingatin jadwal seminar ntar sore. Dan saya memang datang demi hargai jerih-payah beliau.

Ternyata MLM produk farmasi. Seorang pemakalah maju. Berdasi rapi..sepatu kinclong…rambut klimis, PD habis. Cecar kisahnya seolah gak kenal koma. Namun demi asupan ilmu pengetahuan masih bisa saya bertahan. Sesekali membahana tepuk tangan tamu down-liner! Seorang oknum duduk deret belakang samping saya tunjukin lagi sesuatu. “Bener mas, liat ni bukti transfer yang masuk rekening saya”. Selagi wacana mengalir bahas konsekuensi poin bonus. Dia ngaku baru 2 bulan gabung.


Tiba break-off. Seluruh hadirin disuruh bangkit semua. Alur sesi refresh bakar semangat. Disetel-lah sebuah lagu. National anthem mereka rupanya! Berirama march. Serasa kian blo’on memenuhi ajakan ritual tersebut. “Ayo jangan malu-malu”..”kita mesti semangaaat yeaaach!” ujar si tokoh sentral. Bercampur contoh gerakan ritmik seadanya. Persis aksi senam.

Mintak ampun risih! Malu bin kagok! Nimbrung perdana kog mendadak dijejali macem gini. Gontai sebab masih digayut kantuk, saya-pun LATAH baur ritual tersebut. Banyak salah gerakan akibat ikut adegan “gila” ini. Eh! Si pembisik samping ceplos lagi “Ayo mas, semangat…semangat!” sambil tepuk bahu saya. TOEEEWWWWWW….. mendadak sinyal usil saya terusik! Bergeliat lebih dahsyat daripada ritmik kolektif. Tampil nyeleneh…tabiat korsleting!!! Baur gerak aerobic..brake dance, terparah gaya tarian pedalaman Papua. Alhasil saya-pun jadi prioritas pandang. Biar Asmat asal Selamat!!!!

Untung gak berlangsung lama. Musik senyap. Saya bungkam seolah tidak terjadi apa-apa. Gilir kian tambah bingung tatap mereka. Hingga santap hidangan penutup. Pamit lenggang pulang. Saya hanya bisa tersenyum manis lintasi stok paras yang masih digayuti tanya. “?????????????”




Sekedar catatan :

Seperti kata hadist , Sambung silaturahmi dapat “undang” datangnya rejeki. Namun jangan paksa rejeki bisa datang dari “ajang” merekayasa silaturahmi. Silaturahmi niat TULUS berbeda dengan silaturahmi ber-SILABUS. Mari bersilaturahmi…dan saya tidak ingin lagi SILAT lidah.

Tidak ada komentar: