10 November 2008
Jelang 10 pagi jemputan Liza travel di ujung gang sudah tiba. Sejurus kemudian meliuk lincah di panjang aspal Malang tuju Juanda, mengiris padat lintas. Masih sempat berbalas SMS dengan sobat masa SMA, si Agit Suhardini. Garap dialog skena-nya….gojlok Malang-an.
AS : “xy, gimana klo awakmu nangkring de’ moncong pesawat ae? Ben seperti film Titanic”
Aku : “golek isis ta! Glem klo awakmu dadi partner, dan adegan bakal paling tak inget nyKeth kamu Baring di sofa! Hahaha…”
AS : “boleh…tapi kiro-kiro judul sing tepak opo?
Aku : “PETANic_Agit! Gole’ tumo…
Hahahaha…bla-bla-bla hingga salam penutup, sudah dekati gerbang masuk bandara. Turun dan berjejal di padat antrian. Bergegas ke gate 3 usai urus boarding pass. Jadwal flight masih 2 jam lagi, kini terobsesi buru hotspot. Sayangnya sinyal lemah…jauh dari pancar sumber gelombang. Alhasil aku suntuk di serang jenuh. Tidur-tidur ayam…luar biasa tersiksa di ruang tunggu. So loooooooong on lounge!!!
Detik-detik jelang berangkat aku beranjak pulih bugar. Satu persatu penumpang mengisi lambung Lion, si Singa tubuh lonjor. Komplit penuhi lajur deret kursi. Dengung mesin meninggi..menggetar badan pesawat, bergerak lamban…take on position. Hentakan gas tarikan penuh…meluncur deras di landas pacu. Seketika lepas landas menembus cakrawala timur. Terkesan apa ada-nya…seperti biasa.
Lelap berselubung dengung mesin, lampaui setengah jam durasi terbang. Henyak ringan akibat suar-ujar pramugari di moncong speaker, ntar lagi dekat Lombok. Namun terasa ada “beda” suasana. Alami guncang dampak eksternal, “kita masuki cuaca buruk…” susul suar-ujar tanpa indikasi panik sedikitpun. Entah terbiasa atau kerap terlatih samarkan mimik. Dasar para kernet cantik!!!
Longok jendela, awan bagai gumpal selimut, kian bungkam kami dengan aura kalut. Pilot memutuskan terbang rendah diatas selat, lalu manuver miring arah utara. Surya senja menembus dibilangan deret jendela sisi kiri. Terpa kami dengan benderang, mengusir gelap usai terjebak dilapis atas langit tadi. Tiga gili baru saja several left behind…. Terpaksa balik kembali Surabaya.
Desah penumpang lepas lega, pahami keputusan pilot demi solusi selamat. Saat itu pula aku teringat deret kalimat seperti sub-judul di atas. Barangkali seperti itu ancang pesan di ruang cockpit. Dan sedikit celetuk hibur diri tetangga kursi samping, “jangan-2 kita di suruh lebih lama dekam Surabaya untuk sejenak kenang pahlawan terkait hari”. Dibalas bijak “lho, kami yang datang lebih pagi di Juanda tadi sudah sempat heningkan cipta kog!”. Ternyata memang ada momen ringkas seremonial khusus berlaku bagi seluruh pengunjung bandara. Aku kesiangan….kini dapat jatah kali ke-2nya. Hehehe…..
Landing lagi di landas pacu Juanda…, penumpang di harap turun pesawat dan nangkring diruang tunggu. Baru saja hendak berkemas…wait! Ada laporan cuaca bagus…jangan turun dulu! Maaf ralat lagi…., laporan tadi kurang akurat, silahkan penumpang turun (ksengsem sipu si pramugari). Tangkas beranjak… aku manfaatin kilas waktu rapel sholat di musholla sudut selasar. Kini terasa lebih segar dan yakin dengan doa perjalanan….,
“Panggilan kepada penumpang Lion tujuan Mataram IW8384…mohon menuju lagi ke pesawat!” belah suar mencerca selasar. Cuma rehat sekitar 30-an menit…
Ulang lagi prosedur rutin… singkat interval Lion membumbung belah angkasa gelap, segelap harapan baik pada cuaca yang bakal dihadapi. Memasuki wuwung atap Bali ternyata “ujian” gelagat resah kian mengumbar ciut nyali. Pesawat gemetar… ginjal-ginjal seperti menabrak gundukan polisi tidur. Tapi ini bukan daratan!!!
Lagi celetuk bapak di sebelah..” ah! Ini blom seberapa, Amrozi aja mantep ngadepi peluru!”. Sedikit menghibur diantara suasana lengang kabin. Aku timpali joke sekena-nya, “tuh Pak! Didepan ada satu simpatisan-nya, doa-nya pasti afdol mengiringi penerbangan ini”. Mengacu pada satu penumpang, sosok bergamis putih, jenggot lebat dan jidat ber-noktah legam. Bahkan istrinya saja tampil bercadar.
20-an menit dibalut awan gelap…., langit perlahan kian menipis…. Dan kemerlap cahaya di pesisir Lombok mulai beri cerca harapan. Akhirnya! Alhamdulillah….Allahu akbar!
Sang pilot ternyata pahlawan kami hari ini. sekalipun sempat bikin dentum landing agak keras di altar pacu Selaparang . Puuuuih!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar