Rabu, 04 Februari 2009

kunjung Sambelia....,

5 Februari 2009








Ajakan mendadak pagi ini menyentak via dering hp. Kunjung Sambelia berkaitan misi mbak Hani, sosialisasi terap bekal materi pendidikan lingkungan pesisir di sekolah dasar status pelosok. Wait, masih ada tamu datang pagi ini. Om haji santo’ pingin boyong sebentar arloji merk Rotary. Sirkulasi niaga kami didunia per-arloji-an. Awan masih berhias mendung…. Rentan gerimis. Sarapan sudah terlewat sedari tadi. Antisipasi hujan, pake ponco. Lalu kebut tembus dingin pagi tuju banteng.

Bukan kijang-nya mas Sleman yang sedianya jadi tunggangan. Ternyata ter-onggok Mitsubishi black silver milik TriwiCom. Lingkar setir setengah tampil bugil, tanpa asesoris cover seharusnya. Gak ada tombol klakson. Mesin gemeretak bawaan khas tipe diesel. Sekalipun rada kesel

Inti-nya nikmati ada-nya…. Masih teringat pengalaman sebulan lalu saat boyong Trinity and the gank. Lokasi tujuan yang juga sama! Vehicle yang sama pula! Masalahnya bukan apa, tunggangi mobil ini sama juga dengan latihan fitness! Bak aksi angkat barbell! Akibat tidak power steering… nyetir kerah daya otot lengan. Siap-siap saja bernasib alami pegal biceps - triceps.

Tiba Tekalok – Sambelia, jam sudah unjuk diri di angka 10.30 Wita. Masih saja mendung. Kanopi awan merimbun bagai tajuk pohon di lingkar puncak bonggol Rinjani. Gak beri kesempatan intipan matahari, sama sekali. Mbak Hani langsung berinteraksi bincang dengan para guru. Dan layaknya tamu, kami di sambut dengan ramah tamah.


Hujan akhirnya turun. Kian memaksa perut bernyanyi minta di-isi. Yah! Tenang saja, giliran kini datangi base-camp Labupandan. Sajian khas kuliner ala pesisir damba minat santap. Betul saja! Kami dapat hidangan makan siang berupa gorengan ikan Kuniran, family Nemipteridae sp. Tangkapan segar pemancing sekitar. Aroma-nya tusuk hidung berlapis bau asem Sumbawa. Menyusup hingga rongga dalam tubuh ikan. Nikmat bin mantab……, bercocol sambel tomat ulek. Andai saja para Trinity&gank hadir, yakin liur-nya bakal netes. Tapi jangan! Ntar aku gak kbagian… mereka terlalu ganas ganyang sambal! Terakhir, penutup air putih. Bukan hasil tuang kemasan botol. Sekedar godokan air hasil panas tungku kayu. Beda rasa…tamu punya sensasi rasa unik, hapus haus.


Dulu, saya kerap dibuat penasaran dengan sensasi rasa khas unik itu. Padahal sekedar air godokan tungku kayu. Jadi terkenang perjalanan lintas seberang tana Samawa, aksi kelana mandiri. Mampir bivak reot peladang sabana. Atau rangkai silaturahmi kunjung keluarga jalur marga Selayar, tetap saja ada sensasi air rasa kayu bakar. Sekelumit daya tarik…,

Lintas waktu tibalah jawaban-nya. Awal masa nikah, si yanti punya obat khusus. Berjuluk “Bayu Kuntho” produk Pak Oles. Berfungsi hilangin bekas luka paska operasi, keloid. Berupa cairan, obat ini ternyata olahan sari hasil pembakaran kayu. Easy observation, bisa diliat saat bakar kayu, antara batas bara arang dan bagian kayu terlalap api. Ada tampak pernik gelembung udara kecil, warna coklat gelap. Cairan itulah yang diambil sebagai bahan obat, bergelar “bayu kuntho”.

Sedikit saya endus diujung tutup botol. Aha! Eureka! Saya girang bak Columbus penemu tegak vertical telur. “Aroma” itu seketika bangkitkan gambaran kilas balik. Otobiografi di rentang silam. Proses rebus air…kayu bakar…keringat pembakaran… menyatu kebul asap! Menyusup di gelegak air dalam ketel. Memang belum ketemu manfaat logis-nya. Setidaknya, mahligai nikah sudah membimbing pada sendat segmen hidup yang saya cari. Dahaga Avonturir!

1 komentar:

Hani mengatakan...

hahaha...sudah aku duga pasti semakin rajin melek semenjak si speedy hadir.

wah saking terbuai dengan sambelnya si inaq, nggak ada foto ikannya ya

btw, masih kecewa dengan finishing cuci mobil pinggir jalan...uweeek smelly-eee :D