Kamis, 09 Oktober 2008

Trilogy, website..portal…Blog

Knapa masih harus kpincut Blog…???


Hari berjalan...dan belum surut gebu upaya mengejar ketinggalan langkah. Kesabaran saya praktis terkuras penuh. Obsesi jadi bagian masyarakat jaringan era digital…, ternyata cukup banyak menyita waktu. Data-data analog yang terhimpun empat tahun, bukanlah rentetan singkat jedah kala. Tapi kapan lagi kalau tidak dimulai…kini…lebih dini…..,
Untuk kupasan ke-kini-an, ada artikel menarik di Kompas tertanggal 14 Agustus 2008. Kebetulan terbaca beberapa hari lalu saat nongkrong di Samanta*. Judul-nya… Tren “Website” – Geliat Portal Berita dan Senjakala “Blog”. Terkait antusiasme pribadi belakangan, saya larut pelototin alur sajian kolom. Harus diakui isinya berbobot. Penjelasannya runut.. aplikatif dan komunikatif. Bahasa renyah mudah terpahami. Pokoknya khas Kompas. Lengkap cuplik argumen para pakar pengembang IT.
Cuma lantaran satu sub-tema bahasan, bikin terhenyak. Apa benar situs Blog bakal ditinggalin komunitasnya? Kalo saja masih berpenampilan fitur konvensional apa-adanya… lebih-lebih statusnya dijuluki cuma sekedar kancah permainan bocah. Tak simpul singkat debut playgroup as playground, klo memang boleh ikutan nimbrung sumbang istilah. Benar-benar isi paragaf pemicu adrenalin….,

Luas dan batasan
Sepintas pemahaman mendasar dari 3 kategori adalah sama. Website-Portal-Blog merupakan wadah mediasi penyaluran aspirasi. Berakar silsilah induk dan sub-ordinat. Varian penyajian konten yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat calon pengguna di bilik maya. Ketiga-nya adalah paket kemas situs penjabaran hasil produk tehnologi rana digital. Web di ciptakan lebih sarat fasilitas dibanding portal maupun blog.
Informasi virtualisme…,Cuma berbeda kelengkapan bekal fitur penyerta-nya. Dus, besaran daya tampung sebagai muara kapabilitas ability-nya. Satuan byte dikonversi dalam nilai Kilo-Mega-Giga. Bahkan mungkin Nano..kelak!
Perkara mau akses sebagai pengguna, toh cukup daftar sebagai konsumen pada penyedia layanan jasa di jagat internet. Baik gratis maupun berbayar. Tentunya dengan konsekuensi keterbatasan yang ditawarkan.
Berbayar artinya punya sisi keleluasan bagi user demi kepentingannya. Opsi gratis bermakna pemanfaatan sarana baku yang tersedia. Namun bila cerdik, selebihnya gerakan inovatif binti kreatif yang ambil peran. Sejauh mana free user facility dapat mengelola-nya. Jadikan hal biasa menjadi luar biasa.

Knapa aku pilih Blog??
Jangan telan mentah dulu sebuah pemikiran. Jadi referensi bijak, arahkan saya untuk lebih sedikit mendalami kajian artikel Kompas tadi. Tapi bukan bermotif antipati.
Portal Berita yang dimaksud, disebutkan sebagai website bertipe CMS (Content Managemen System). Berparas paling atas tampilan lebar untuk head-line news. Selanjutnya pembagian 3 kolom sisip sub-berita, dan juga tersedia petak inset rongga iklan. Porsi dan versi khas nuansa jurnalistik. Tepatnya sebagai jurnal on-line.
Sedang Blog ??? Penampilan template-nya lebih sederhana, bi-kolom, sisi kiri untuk penyajian materi, kanan pendukung data tehnis, sekaligus zona mitra-advertorial bagi yang berminat.
Kembali pada misi awal diciptakan blog, lain alias juga disebut Virtual-Diary. Selain alasan gratis, pilihan ini lebih fokuskan diri pada konsep menyajikan sesuatu yang lebih ego-sentris, opini adalah privasi. Bukan sajian editorial, sekedar copy-paste menu nara-sumber. Namun tetap berpedoman referensi data pendukung.
Sisi lain, Portal Berita bagi saya akan menyulitkan bila di jadikan jurnal menu harian. Rasanya akan memadai bila dikelola dalam komunitas lingkup terbatas. Minimal ada alokasi bagi peran, reporter dan photographer. Sebagaimana realitas sebuah korporasi media yang sangat butuh sirkulasi berita-berita terkini. Biar gak hambar. Selain stok wartawan utama, kans masih terbuka untuk kontributor daerah. Itupun diperlukan lagi keberadaan stringer, upaya antisipasi medan liput. Semua dirangkai jadi paut-jalin sebuah khazanah jurnalistik, menebar misi tabligh.
Bila kemudian hari muncul kesan childish bergabung di Blog, buat saya gak jadi kendala. Harap maklumi langkah seorang pemula. Setidaknya saya juga masih punya rasa percaya diri ambil langkah maju. Kutipan buku “How to Think Like Leonardo Da Vinci” karya Michael J. Gelb* juga bisa jadi pil sejuk penenang jiwa. Terutama bab yang membahas tentang CURIOSITA, tertulis satu poin…”Aku belajar dari anak kecil”.
Dan biarkan saya jadi pesolek….untuk kian getol permak dan rias tampilan Blog ini nantinya. Sekalipun belepotan bahan make-up…., up-date!



Keynote :
* Samanta : Yayasan Masyarakat Nusa Tenggara, berlokasi di Mataram-NTB.
* Terjemahan Gramedia, Menjadi Jenius Seperti Leonardo da Vinci, Menggunakan Tujuh Prinsip Da Vinci untuk Meningkatkan Kreatifitas dan Menyeimbangkan Tubuh dan Pikiran.

Tidak ada komentar: