Kamis, 16 Oktober 2008

SAVE THE PLANET

Adopsi Teori…Adaptasi Wacana...

Sebuah kenangan lewat….,
24-25 Februari 2006, ada acara kumpul di Sembalun. Prakarsa bareng bikin Lokalatih Proses Adaptasi ESD. Kerjasama yayasan Benih Matahari & HSFI dengan 3 lembaga lokal ; yayasan JARI (Juang Laut Lestari) – SPKL (Sekretariat Pengembangan Kesehatan Lingkungan) – YAMI (Yayasan Al-Mahadul Islami ). Dari 3 lembaga lokal ini yang kemudian di kemudian hari sepakat bentuk PPLH Lombok - Lembaga Holistik.
Berangkat dari pemahaman bahwa sadar lingkungan hanya bisa ditanamkan sejak dini. Sehingga peserta pelatihan lebih di utamakan pada para guru ataupun staf lembaga yang terkait langsung dengan program pemberdayaan melalui pendekatan ilmu terapan lingkungan. Kedepan, sasaran utama anak-anak, baik formal dan lingkup informal sebagai generasi harapan. Pada sesi pembuka, sempat dihadiri pula beberapa tamu OISCA. Tamu tidak di undang…namun memberi warna pembauran.
Menariknya, Lokalatih ini digelar persis paska 1 bulan lewati musibah banjir yang terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Lombok Timur. Terparah di Sembalun Bumbung & Sambelia. Wajar kalo peserta masih diliputi rasa was-wasil Honnas!. Malam gelap, sebab aliran listrik terputus akibat shaf tiang tergerus banjir di sebagian ruas jalan. Angin berpenampilan garang, hembusnya serupa pembuka awal badai. Disirami hujan dengan tingkat curah yang meriah. Dingin menyusup sum-sum tulang. Peserta wanita banyak enggan ke WC, antisipati kencing dengan menyiram semburan-nya di halaman depan kamar inap. Padahal ini lokasi Pesantren….hahaha, harap maklum ini darurat.

Tentang Foto, 2 image pendukung adalah koleksi saya pribadi. “Pesan Muara Jangkuk” terabadikan persis pada hari terjadinya banjir besar di Lombok (21 Januari 2006). Pakai kamera film manual-SLR. Fakta tersaji adalah warga Kampung Melayu Bangsal dan Sintung, penghuni pintu muara kali Jangkuk sedang panen sampah yang dibawa arus banjir. Notabene merupakan Alur Sub Wilayah Sungai Dodokan. Kebetulan, saya lagi keluyuran catch the moment..eh! kog ada bapak nongkrong dengan bahasa-kaos uniknya. Bak ketiban hidayah hari.., kebetulan masa itu saya dan sebagian rekan profesi photographer lagi sepakat hunting mau angkat tema aura kota tua Ampenan. Sayangnya, realisasi pameran bersama batal. Angkak dende’ bgejuh mesa’ kritisi karya… ???
Accidently momen lainnya “Panen Ampas Rinjani”. Seminggu paska banjir saya bersama komunitas kawan lain lagi kunjung ke gili Mangrove: Lawang-Sulat (wilayah Lotim). Fakta yang hadir sepanjang garis pantai Tekalok-Sambelia dipenuhi gelondongan kayu. Bukti illegal lodging yang terbawa arus sungai dan berserakan di sekitar Selat Sugian. Panen nelayan yang benar-benar unik, ada komoditas non-biota. Hari-hari itu berkutat beberapa pengusaha mobile Chain-Saw. Boros ganti mata gergaji lantaran di kayu gelondong sedikit banyak terselip bebatuan, selagi proses Upline-Downline transferring system. Lagi-lagi Laut berstatus TPA.
Dengus puas atau kesal.. menyatu derap asa sungsang. Setidaknya aku sudah menjadi salah satu saksi ketika alam berbagi kisah. Apapun ada-nya kami mencoba menerapkan Langkah-Langkah Hijau.






Tidak ada komentar: