Kamis, 09 Oktober 2008

Menyaring Aspirasi Siswa di Garda Pesisir



Fenomena lingkungan sebagai kurikulum terpinggirkan

27 Desember 2007
Jauh sebelum subuh mata-ku nanar lagi. Hembus angin akhir Desember tahun ini terasa begitu jalang. Gesek ranting di atap seng belakang rumah kian menjadi. Persis aksi nada tone biola tak berirama. Bergaya indie-label. Simpul sementara, apa kini sudah masuki awal tahun baru Cina ? gejala Imlek yang selalu bikin mata meleq !!!
Akhirnya dengan sedikit himpun energi, aku bangkit dari altar baring. Kaku… lesu…, gak sempurna lelap yang cuma terbayar nilai sekedar tadi. Sementara para oknum lain masih larut dalam buai impi masing-masing.
Beranjak guyur kran, wudhu tunai tahajjud. Tatapku hinggap sejenak pada sajian langit… gumpal gak rata, kelabu kehitaman. Dan angin masih saja perkasa! Hembus-nya memaksa pisang-pisang menari rancak. “Siul dan suit” pelepah makin ceracau riang. Halaman belakang bergelimang gugur si mangga Golek. Cakar ranting-nya senantiasa garuk gelombang tubuh seng. Ah! Peduli apa…, toh patitur simponi sahaja itu masih bisa dinikmati, basuh musim kerontang yang baru alih-pergi. Sejurus waktu, aku-pun larut pada alur tahajjud saat rinai tiba….,
Subuhan pun usai, lanjutkan sekilas hambar pejam. Terlalu mepet interval waktu, dan masih sisa sehari agenda dampingi mbak Hani kunjung Awang. Disudut kamar, tampak Gingga terbaring dengan dengkur patah-patah akibat di-ganjar batuk. Ini peluang aku untuk bergegas…, gak dihantui jatah keliling pake’ motor. Pastinya dibumbui rengekan. Belakangan ini lintasan-nya beranjak meluas, selaras tumbuh-diri. Gak lagi sekitar lingkar kampung. Nyaris jadi menu kerap, bikin aku menggerutu. Tapi sadar kalau ini jadi wajib-ku dengan predikat ayah-nya.
Gerimis reda. Mulai ku-panasi mesin mobil, 7 menit cukup!! Pijakan gas dan tarikan mesin mulai geming putaran roda. Awali buka hari…..,

Sebar Kuisioner di SDN 1 Awang
Tiba digerbang tebing-tebing Awang, hujan lebat mulai unjuk diri. Begitu terasa berkah air memacu hijau hadir di punggung gersang perbukitan . Geliat asa tumbuh, semangat vegetasi menebar rimbun tajuk.
Sejenak mampir di rumah Bapak Using, insan lokal sebagai relawan, dia selalu terbukti sangat handal membantu kelancaran misi. Memangkas alur birokrasi.. dialogis panjang lebar. Sesi sisip waktu, aku kebut sarapan, ternyata belum mampu genapi ganjal lapar. Dingin masih tega serap daya tahan tubuh..,
Kegiatan ini masih rangkaian penyertaan tugas disertasi S2 mbak Hani. Temanya untuk mengetahui sejauhmana pemahaman di kalangan siswa sekolah dasar, tentang lingkungan pesisir. Tentunya juga sedikit wawancara dengan para guru sebagai tenaga pendidik dan nara sumber.
Meski sudah bikin janji, jumlah target siswa tidak bisa penuhi kuota standar responden. Hujan tetap jadi alibi..gak bisa datang. Terutama sekelompok siswa yang tinggal di seberang punggung bukit sebelah barat. Jika dirunut via alur rute berkesan napak tilas… realisasi jejak bocah mengais asa meraih edukasi. Benar kriteria referensi awal, memilih lokasi “pelosok dan sekaligus terpencil”.
Akhirnya sepakat tangani bagi kelas. Suasana mengalir setelah bumbui prakata kenal diri dan maksud misi. Riuh reda…hiruk-pikuk khas masa kecil, butuh sedikit uji kesabaran. While, si giant-kecil Idris, sedari tadi sudah hinggap di sanggar penitipin anak, bini Using.
Dibanding 2 lokasi sasaran kunjung sebelumnya, Pelangan dan Tekalok-Sambelia, kondisi SDN Awang lebih memprihatinkan. Pemahaman dan tanggap materi para siswa-nya masih sangat rendah. Sekalipun disertai pengantar ilustrasi sederhana (made in myself), masih harus berperan banyak penjelasan. Translasi bahasa Indonesia-sasak cukup bikin lidah kelu. Disini masih menganut dwi-bahasa pengantar materi pelajaran.
Hebatnya lagi, tugas memfasilitasi ini berujung naif. Empat guru dan Kepsek nimbrung di kelas tempat aku berkiprah. Dari sekedar mengarahkan pemahaman siswa-nya sampai memberi pilihan jawaban. Skenario mentah lagi…, suasana Top-Down mendominasi lagi.
Dan semoga narasi berikut, mampu menjawab sebagai masukan yang bisa menguak tabir “minim”nya indikasi prihatin tadi.

toh dipenghujung pemahaman, level “parah” ini akhirnya bisa termaklumi. Sebagaimana kondisi alam sekitarnya yang pesat tergradasi. Bentang paras pesisir beranjak pupus dengan tibanya gelinjang perubahan. Sebagian tegakan kumpulan Soneratia sebelah kanan proyek dermaga kini tinggal berupa ornamen bisu…mati berdiri. Kehilangan fungsi dasar pemecah alami terjangan ombak. Sepanjang tepi pantai menuju tanjung bukit mulai digerus abrasi, akibat pembelokan arah terjang ombak oleh onggok angkuh pondasi dermaga.
Wajah bukit pun sempat terkikis garukan cartepillar. Mengisi bak-bak dump-truk mengisi lahan luas petak dermaga. Sebagaimana cerita Using saat temani kami jenguk di ketinggian selatan Awang. Mungkin Pelaksana proyek berpikir teori efisiensi, lakukan garuk-uruk di sekitarnya. Tapi ternyata walaupun sempat berlangsung beberapa hari, ada juga pihak yang keberatan…, dan sang bukit urung tereksploitasi lebih lanjut.

Bahas sekilas Awang…,
Seperti menabuh gelora asa ironis. Cakupan alam-nya merupakan bagian lingkar teluk Ekas. Secuil batas wilayah administrasi milik Kabupaten Lombok Tengah, Timur-selatan bawah. Entah dengan dasar kebijakan apa sampai tercetus proyek dermaga taraf Internasional ini dibangun sebagai alternative gate. Konon bakal sebagai pintu pendongkrak PAD-Loteng jalur laut, (selain Bandara Tana-awu berstatus gapura dirgantara). Sementara penyelasaian kasus paket pengembangan paket wisata marina di lingkar Kuta belum juga menemukan poin konsep dan realisasi langkah kongkrit. Alih konsentrasi inovasi lahan sumber daya berlangsung plin-plan, malahan canang gelar tahap mereklamasi secuil Awang…,
Pasalnya, disekitar ruas kiri calon dermaga Awang juga bertebaran karamba-karamba nelayan setempat. Zona pemanfaatan, apakah bakal bisa selaras dengan pengembangan alur lintas pelabuhan? Lalu akankah melebar ruang gusur zona karamba? Bila tadinya nelayan cukup mendayung dari lokasi parkir sampan menuju poin jangkau karamba, kedepannya harus berpikir konsumsi BBM. Ritmik statistik yang benar-benar harus di analisa penuh muatan nurani.

Sisi lain, menyangkut luasan teluk, berarti mengkalkulasi dampak multiple effect yang bakal ditimbulkan. Mari telusuri jelajah kawasan…, dari bibir teluk sebelah utara kita bakal di suguhi pemandangan blok-blok tambak hingga lokasi sentra produksi garam. Tepat sebelum mencapai batas wilayah Batu Nampar (Kab. Lotim), dikenal sebagai lokasi usaha budidaya karamba, dan skala kecil budidaya rumput laut. Disini masih cukup luas sebaran ekosistem lamun-nya dibanding poin cacah lokasi dari hasil monitoring survey yang pernah dilakukan.
Kitari jauh lagi lingkar timur teluk, masuki sub-wilayah Kecamatan Jerowaru. Nyaris setiap jengkal pesisir berasosiasi usaha-usaha sektor kelautan. Mulai pengepul kepiting dan ikan hasil tangkapan nelayan tradisional. Meningkat usaha menengah budidaya mutiara, persis utara bawah dari dusun Lendang Terak, lokasi nangkring hotel dan resto “Heaven on the Planet”. Usaha wisata ini pengakomodir para Surfer mancanegara yang keranjingan daya magnetis sensasi ombak Ekas. Seperti slogan pengelola-nya… “Kenapa harus jauh-jauh mencapai surga, kalo disini sudah tersedia!”
Andai prediksi hasil survey yang pernah dilakukan benar, teluk Ekas pada musim tertentu merupakan alur singgah ikan Tuna. Melintasi samudra menggiring para juvenile-nya untuk mampir. Jadi merupakan poin tempat memijah bagi kelompok ikan pelagis.
Diperkuat lagi pembacaan tabiat dan pola arus masuk-keluar dari pintu teluk memiliki kecenderungan stagnan. Tampak tergelar pada hasil oleh konversi data di software Terra-modelling. Mestinya kajian berbasis tehnologi ini bisa menjadi panutan survey Amdal, terkait kebijakan studi olah teluk.
Input akhir, paling tidak mendapat gambaran jelas disatu sisi tentang porsi labil obsesi pendirian dermaga. Dipihak lain terhimpun database yang dapat dikelola sebagai dasar peluang managemen konflik.
Awang yang malang…, semoga tidak meniti harapan yang hanya di “awang-awang”, akibat kancah logis politis prioritas jangka pendek. Pro atau status Quo berpulang para pribadi insan yang menjalani. Dan maaf!! Seperti biasa nyata-nya aku hanya bisa berbagi jumput resah…

Tidak ada komentar: