Minggu, 26 Oktober 2008

Trapping on Tintin’s figure…inspire by Herge!

Obsesi sirkulasi di wahana media
Kalo ditanya sejak kapan tertarik dunia jurnalistik. Jawabannya bisa-bisa mencapai rana nisbi. Tapi terkait asal mula, bisa jadi akibat aku terinspirasi oleh kisah petualangan Tintin, karya Herge. Sebuah komik yang diakui sebagai bentuk karya sastra dunia. Kog gitu? Dampak global effect-nya yang berhasil membuktikan. Dicintai pembaca nyaris seluruh pelosok sebar benua. Yang mungkin pangsa-nya saat itu ditujukan hanya untuk konsumsi bacaan bocah.
Tintin diciptakan Herge sebagai tokoh utama protagonist. Bersahabat setia seekor anjing bernama Snowy…berprofesi wartawan. Tipikal pekerja keras. Suka menolong sesama gak peduli beda RAS. Berjiwa berani, rela berkorban, namun tetap bersahaja menampilkan kurang-lebih dari sifat manusiawi-nya. Sekilas begitulah karakter yang ditanamkan si pencipta.
Tapi lebih menarik adalah kisah perjalanan Tintin yang melintasi lingkup benua. Hinggap di selasar bulan, mereguk kedamaian dunia samudra. Mampir di negara tertentu dengan budaya dan konflik berbeda. Setting waktu dan tempat yang tepat, berhasil mewarnai sebuah mahakarya. Masterpiece of creator.
Terobsesi Tintin, dimasa bocah saya jadi lebih termotif untuk raih nuansa “seolah-olah”. Dengan secuil bawaan hobi menggambar, menuangkan waktu mencontek obyek-nya. Kian lama keranjingan tambah koleksi untuk genapi serial komplitnya. Menumpuk uang jajan sebagai upaya kompensasi beli buku. Tapi gak bawaan pemelihara, alhasil gak satupun tersisa. Lenyap disantap rayap, atau raib gak kembali dipinjam teman karib.
Didewasakan oleh waktu…., saya lebih mawas pahami diri sekaligus berupaya gali potensi. Tidak lagi terbutakan karakter. Kian banyak tokoh lain bermunculan terkait iklim perubahan. Intinya adalah pemenuhan mendasar dari kebutuhan psikologis menghadapi hidup. Ada tempat berkiblat, ada juga acuan referensi. Belajar dari kurikulum sekitar.
Selanjutnya, saya beralih kagum pada Herge, si pencipta Tintin. Bagaimana dia bisa menggambarkan detil lokasi kunjungan Tintin. Melihat lengkap mata-kepala dengan ber-otobiografi mandiri? Atau sekedar berfantasi via perca pengetahuan hingga terkemas mozaik cergam?. Di poin ini saya tambah giat teraspirasi. Gelora hasrat bisa bikin karya sendiri. Made by myself….,

Dan waktu buktikan semuanya.
Bergelut aktivitas berkartun dalam selingan pekerjaan, tergerak bikin kaos jabarkan metoda gebrak diri “Talk Thru T-shirt”. Bikin plank pesanan Rinjani Divers, juga terima orderan tertentu. Merias tampilan boat dengan gambar kartun tema laut. Mulai tergerak rajin bikin design kaos sekalipun pakai piranti lunak termudah di komputer, Paint. Salurkan “minat” di distro Rinjani Diving Club. Sekalian rangkap seksi usaha dan pemasaran lingkup terbatas.
Langkah kenal media jurnalistik terbentuk saat artikel pertama dimuat di Lombok Post. Judulnya Distribusi Limbah Newmount, terkait aktifis NGO lingkungan. Sejak itu, beranikan diri melamar posisi illustrator di Lombok Pos begitu buka lowongan. Nama tercantum di daftar pelamar yang dipanggil, semua teman pada mikir saya bakal jadi wartawan. Tapi cuma bertahan 2 hari saja. Suasana terlalu formil…gak pahami kinerja kartunis. Kilas dialog, cuma dibekali prospek suatu hari bisa ngetop kayak Leak Koestiya-nya Jawa Pos. hahahaha….. mau berkiprah dalam baur langkah bersama, kog malah di semangati jadi orang lain. Terus terang bikin mual… nuansa top-down kental banget!
Lewat segmen waktu,
Koran Mataram baru saja eksis. Rekrutmen alamiah sedang berlangsung. Aku terhitung berbaur saat KM gagas Mataram 10K bareng Pemkot. Kekosongan posisi illustrator-nya bikin mudah tawarin konsep kerjasama. Pelajari sisi lemahnya, ternyata saat tertentu pihak Lay-out sering bikin mengisi balon kata dengan stok gambar kartun yang lama. Cuma sekedar bisa penuhi kolom kartun Lidah Rakyat. Wah…mental copy-paste sedang berlangsung nih!
Atas restu Pimred kiprah jadi leluasa. Nangkring saban pagi jelang rapat redaksi, ikuti tema headline ataupun spot news. Selanjutnya merebus ide jadi sajian kartun editorial. Proses alami tanpa berpikir kompensasi salary. Mumpung lagi fresh on mood..dan karya siap terpublikasi. Asyiknya bergulir dalam senjang kompetitif…,


-->
Karya edisi perdana. Masih mencari bentuk dan karakter.
Tema : jadwal Tanwir Muhammadiyah mundur. Cuaca penghujan belakangan sering terjadi kasus pesawat slip-out dari landasan.
Kolom Lidah Rakyat hal.1

-->
Tema : perseteruan kubu bursa pimpinan NU.
Hasyim Muzadi dan Gus Dur.
Rubrik OPINI hal.4


-->


Dari sekian karakter yang aku ciptakan, 2 figur ini kerap muncul. Dua beda chara bernama MUIN dan IMUN. Tampilan MUIN lebih dewasa dibanding IMUN, aku sebut sebagai penokohan vice-versa. Physically, bisa diliat beda rentang lengan/celana mereka. Muatan figure filosofisnya, MUIN adalah symbol kebijakan dengan jangkau pemikiran lebih matang perhitungan, si pencetus aksi. IMUN berarti imunitas segala hal. Tampil cuek..apa adanya. Reaktif-Spontanitas! Tapi sering tepat sasaran. Solusi manjur dari kebuntuan. Nyeleneh tapi dibutuhkan. Penerapan energy YIN-YANG. Kira-kira bgitulah!



-->

Well! These is my short memoir on Lombok Pos existence. After got an emptiness on new structural building. Seated on rung of ladder… accompanied with cup of coffee and blowing smoke of cigarette. To find a final decision.. break the rule on loneliness. Let getting out from the comfortable-zone. Simply sounded but hard to find. Trust me!





-->

Tidak ada komentar: